Konten dari Pengguna

Gen Z dan Stres Kerja: Menyelami Dampak Psikologis Stres Kerja bagi Generasi Z

Dedikasi Untuk Negeri
Fokus pada pengembangan potensi diri Pemuda Pemudi, dengan ikut Aksi Nyata Pemberdayaan Sosial, Aksi Tanggap Bencana dan Pemerataan Pendidikan di Indonesia.
24 Oktober 2024 16:00 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dedikasi Untuk Negeri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber gambar: pribadi).
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber gambar: pribadi).
ADVERTISEMENT
Di tengah kemajuan dan persaingan era digital saat ini, Generasi Z, yang lahir antara 1997 dan 2012, menjadi perhatian utama di dunia kerja. Generasi ini dikenal sebagai digital native, julukan bagi generasi yang tumbuh di lingkungan yang sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Mereka ini memiliki akses luas terhadap teknologi dan informasi, menjadikan mereka adaptif, inovatif, dan ambisius. Gen Z juga menekankan pentingnya keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaan, mencari makna dalam apa yang mereka lakukan, serta berusaha keras untuk mencapai tujuan pribadi dan profesional mereka.
ADVERTISEMENT
Namun, tren saat ini di dunia kerja menghadirkan tantangan unik bagi Gen Z. Budaya kerja 24/7 atau kerja yang terus-menerus aktif, diperkuat oleh kemajuan teknologi, memaksa mereka untuk selalu terhubung, menciptakan tekanan yang tak kunjung reda. Ditambah dengan persaingan kerja yang kian ketat dan ekspektasi untuk cepat mencapai sukses, kondisi ini bisa seperti dua mata pisau yang berpotensi meningkatkan stres kerja yang mereka alami.
Stres kerja bukan hanya tentang kelelahan fisik; dampak psikologisnya jauh lebih kompleks dan bisa berakibat serius bila tidak ditangani dengan baik. Bagi Gen Z, stres kerja bisa mempengaruhi kestabilan emosi, kesehatan mental, hingga kemampuan untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan profesional. Ini menempatkan mereka pada risiko yang lebih tinggi untuk mengalami burnout, kecemasan, dan depresi yang sayangnya sering dianggap sebagai bagian 'normal' dari proses berkarier di zaman sekarang.
ADVERTISEMENT
Generasi Z juga menghadapi tantangan untuk selalu mengikuti kemajuan teknologi yang cepat dan sering berubah. Mereka sering kali merasa ketinggalan atau kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan ini, yang dapat menambah beban tekanan yang mereka rasakan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memberikan gaji yang layak, mendengarkan masukan, dan mendukung Gen Z dalam mengatasi stres di tempat kerja.
Untuk mengurangi tekanan, Gen Z juga perlu belajar mengelola harapan dan mengembangkan keterampilan yang penting untuk sukses di dunia kerja. Mereka sering menghadapi beban kerja yang berat, persaingan yang tinggi, dan perubahan teknologi serta tren bisnis yang cepat, yang semuanya bisa meningkatkan stres di kalangan Gen Z dan berdampak buruk pada kinerja mereka.
ADVERTISEMENT
Program pelatihan yang mengajarkan keterampilan teknologi dan kemampuan berkomunikasi sangat membantu Gen Z menyesuaikan diri dengan tempat kerja yang selalu berubah. Pelatihan tentang cara mengelola stres dan menjaga kesehatan mental juga penting untuk mendukung kesejahteraan Gen Z.
Menurut sebuah penelitian dari Deloitte, Gen Z lebih memilih pekerjaan yang memberi fleksibilitas dan keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi. Menyediakan pilihan kerja yang fleksibel, seperti bekerja dari rumah atau jam kerja yang bisa disesuaikan, bisa mengurangi stres dan meningkatkan kinerja mereka. Selain itu, perusahaan perlu membangun lingkungan kerja yang inklusif dan saling mendukung, dimana setiap Gen Z merasa dihargai dan didengar. Hal ini akan menciptakan tempat kerja yang lebih positif dan sehat.
ADVERTISEMENT
Contoh kasus:
Kasus yang terjadi pada Aulia Risma Lestari merupakan salah satu dari mayoritas kasus dimana depresi dan burnout psikologis pada Generasi Z yang terjadi di Indonesia. Burnout culture menjadi salah satu problematika yang disebabkan oleh kelelahan kronis yang muncul karena banyaknya tekanan di era modernisasi saat ini mulai dari masalah ekonomi, pergaulan, dan tata cara pengelolaan hidup yang tidak seimbang dimana seseorang mementingkan mengejar gengsi sehingga seseorang terjebak dalam beberapa problematika berkelanjutan lainnya.
Generasi Z adalah aset berharga dalam dunia kerja. Dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai tantangan yang mereka hadapi dan dukungan yang tepat, mereka dapat berkembang menjadi generasi pekerja yang produktif, inovatif, dan sejahtera. Secara keseluruhan, keberhasilan Generasi Z di tempat kerja sangat tergantung pada kemampuan mereka untuk mengelola stres dan beradaptasi dengan perubahan. Dengan dukungan yang sesuai dari perusahaan serta upaya pribadi, mereka dapat mengatasi tantangan ini dan meraih potensi penuh mereka.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Ahmad, Y., Tewal, B., & Taroreh, R. N. (2019). Pengaruh stres kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Fif Group Manado. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 7(3), 2303–1174. https://doi.org/10.35794/emba.7.3.2019.23747.
Deloitte. (2023). The Deloitte Global 2023 Gen Z and Millennial Survey. Deloitte Insights. Talent Insider. “Memahami Gen Z Di Dunia Kerja: Mematahkan Stereotip Negatif “Malas Kerja” - Talent Insider.” Talentinsider.com, 2024, talentinsider.com/insights/memahami-gen-z-di-dunia-kerja-mematahkan-stereotip-negatif-malas-kerja . Accessed 22 Oct. 2024.
Wahyuningsih, Lala. “Gen Z Jadi Generasi Paling Gampang Stres Di Dunia Kerja, Ini Penyebabnya.” Hypeabis, 4 Oct. 2023, hypeabis.id/read/29247/gen-z-jadi-generasi-paling-gampang-stres-di-dunia-kerja-ini-penyebabnya. Accessed 22 Oct. 2024.
KUKIN (Kumpulan Karya Indah), Vol. 3.
Penulis: Aisyah Nabila Farhanah, Yulianda Sutisna, Muhammad Fery Rizaldi, Rachel Fatima Zahra (Part of Human Resource)
ADVERTISEMENT
Dedikasi Untuk Negeri
#TINDAKAKSINYATA
#MENGABDIUNTUKINDONESIA