Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menggali Peluang Ekonomi Gig di Era Digital: Kerja Fleksibel, Tantangan Baru!
6 November 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Dedikasi Untuk Negeri tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital telah membawa perubahan besar dalam dunia kerja, terutama dengan hadirnya gig economy atau ekonomi gig. Ini adalah cara baru dalam bekerja yang menawarkan fleksibilitas untuk mengambil proyek-proyek jangka pendek sesuai keinginan dan kebutuhan, bukan mengikuti jadwal kerja kantor yang kaku. Dari menjadi freelancer, desain grafis, hingga driver layanan antar, ekonomi gig membuka peluang kerja yang jauh lebih luas dan fleksibel.
ADVERTISEMENT
Apa Itu Ekonomi Gig?
Ekonomi gig adalah sistem kerja di mana seseorang bisa bekerja dari satu proyek ke proyek lainnya, tanpa terikat kontrak jangka panjang. Dengan bantuan platform online seperti Gojek, Grab, atau Fiverr, pekerja gig memiliki kebebasan memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Ini memberi keuntungan bagi mereka yang mencari pekerjaan sampingan atau ingin lebih mengontrol jam kerja mereka sendiri.
Mengapa Ekonomi Gig Semakin Populer?
Ekonomi gig terus tumbuh pesat, dan ini tidak lepas dari beberapa faktor pendorong utama:
1. Teknologi yang Semakin Maju
Internet dan smartphone kini sudah menjadi bagian hidup sehari-hari. Dengan teknologi ini, pekerja bisa dengan mudah menemukan proyek atau klien dari mana saja. Hanya dengan aplikasi atau platform online, pekerjaan bisa ditemukan, dipilih, dan dijalankan tanpa harus ke kantor!
ADVERTISEMENT
2. Fleksibilitas yang Menjadi Pilihan Gaya Hidup
Banyak dari generasi milenial dan Gen Z lebih suka kebebasan dalam bekerja. Mereka menghargai waktu untuk bisa mengembangkan diri, menjalani hobi, atau berkumpul dengan keluarga. Ekonomi gig memungkinkan mereka untuk menentukan jam kerja sendiri, yang pastinya berbeda dengan rutinitas 9-to-5 di kantor.
3. Peluang Kerja Lebih Terbuka
Banyak orang, terutama yang mungkin sulit mendapatkan pekerjaan formal, kini bisa mendapatkan penghasilan dari pekerjaan gig. Ini termasuk ibu rumah tangga, mahasiswa, hingga orang-orang yang tinggal di daerah yang jauh dari kota besar.
Dampak Positif Ekonomi Gig
Ekonomi gig tidak hanya membawa keuntungan untuk pekerja, tetapi juga untuk masyarakat secara luas. Berikut adalah beberapa manfaatnya:
ADVERTISEMENT
1. Lebih Banyak Peluang Kerja
Ekonomi gig menawarkan lapangan kerja yang sebelumnya tidak ada, terutama di sektor jasa seperti pengiriman dan transportasi.
2. Pendapatan Tambahan
Pekerjaan ini memungkinkan seseorang untuk mencari penghasilan tambahan yang bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari atau tabungan masa depan.
3. Peningkatan Keterampilan
Pekerja gig memiliki kesempatan untuk terus belajar dan mengasah keterampilan baru dari berbagai proyek yang mereka ambil. Hal ini dapat membuka pintu bagi mereka untuk masuk ke industri yang lebih luas.
4. Lebih Fleksibel
Pekerja gig dapat mengatur sendiri waktu kerja mereka, sehingga mereka dapat bekerja kapanpun dan dimanapun. Pekerja gig juga bisa memilih proyek yang sesuai dengan kemampuan mereka.
Tantangan Ekonomi Gig: Tidak Hanya Tentang Kebebasan
ADVERTISEMENT
Di balik fleksibilitasnya, ekonomi gig juga membawa sejumlah tantangan yang harus dihadapi para pekerja dan juga perusahaan yang menyediakan peluang:
1. Penghasilan yang Tidak Menentu
Pendapatan dari ekonomi gig bisa naik-turun sesuai jumlah pekerjaan yang didapat. Hal ini membuat pekerja gig harus pintar dalam mengelola keuangan.
2. Kurangnya Perlindungan Kerja dan Jaminan Sosial
Beberapa penyedia layanan ekonomi gig terkadang cenderung mengeksploitasi pekerja gig dengan memberikan gaji yang rendah, namun jam kerja yang panjang. Berbeda dengan pekerja kantoran, pekerja gig tidak mendapatkan tunjangan kesehatan atau pensiun. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap risiko kesehatan dan finansial.
3. Persaingan yang Ketat
Ekonomi gig memiliki banyak pesaing di platform online, sehingga para pekerja harus selalu berinovasi dan meningkatkan keterampilan untuk bisa mendapatkan proyek. Hal seperti ini dapat menyebabkan mereka stres dan cemas.
ADVERTISEMENT
4. Kurangnya Pengawasan oleh Perusahaan
Perusahaan memiliki kontrol dan pengawasan yang lebih sedikit terhadap pekerja lepas dibandingkan karyawan tetap, karena fleksibilitas bekerja yang dimiliki oleh pekerja gig. Hal ini dapat menimbulkan risiko kualitas pekerjaan dan keamanan data. Misalnya ketika pekerja harus mengerjakan proyek yang melibatkan hak kekayaan intelektual, tentu saja perusahaan perlu memastikan bahwa hak-hak tersebut aman.
Data Mengenai Ekonomi Gig
Menurut data World Bank, 7 September 2023, Gig Economy menyumbang hingga 12 persen dari pasar tenaga kerja global, jauh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya dan memberikan harapan khusus bagi perempuan dan pemuda di negara-negara berkembang.
Menurut Databoks yang bersumber dari The Deloitte Global Millennial Survey 2019, generasi milenial dan Gen Z memilih untuk terjun sebagai pekerja tidak tetap atau ekonomi gig. Sebanyak 58 persen milenial dan 53 persen Gen Z menganggap ekonomi gig dapat meningkatkan pendapatan mereka. Sebanyak 41 persen milenial dan 45 persen Gen Z juga menilai bahwa ekonomi gig bersifat fleksibel sehingga mereka dapat bekerja sesuai waktu yang diinginkan. Milenial dan Gen Z juga beranggapan bahwa ekonomi gig membuat mereka mendapatkan pekerjaan yang lebih baik, yakni masing-masing sebesar 37 persen dan 32 persen. Namun, milenial dan Gen Z juga memiliki pandangan negatif terhadap ekonomi gig yakni pendapatan dan waktu bekerja yang tidak dapat diprediksi serta sulit untuk membuat perencanaan masa depan.
BPS melakukan survei ketenagakerjaan secara berkala, namun tidak secara khusus mengkategorikan pekerja gig. Data BPS menunjukkan bahwa proporsi pekerja informal di Indonesia pada tahun 2021 sebesar bahwa 59,45. Kemudian pada tahun 2022 sebesar 59,31 dan pada tahun 2023 sebesar 59,11. Pekerja informal ini diantaranya merupakan pekerja gig. Sedangkan, persentase pekerja formal di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 40,55% dan 40,69% pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Bagaimana Memaksimalkan Manfaat Ekonomi Gig?
Agar bisa maksimal dalam ekonomi gig, para pekerja gig perlu membangun keahlian yang mereka miliki, menjaga reputasi di platform digital, dan terus belajar mengikuti tren industri. Mengelola keuangan dengan bijak juga menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian pendapatan dalam pekerjaan ini.
Kesimpulan: Masa Depan Kerja Ada di Ekonomi Gig?
Ekonomi gig telah mengubah wajah pasar kerja di era digital. Fleksibilitas yang ditawarkan membuat banyak orang tertarik, tetapi penting untuk menyadari bahwa ada tantangan yang menyertainya. Bagi banyak orang, ekonomi gig bisa menjadi solusi untuk menciptakan keseimbangan hidup yang lebih baik, terutama jika didukung dengan regulasi yang memastikan hak-hak mereka terlindungi.
Dalam beberapa dekade mendatang ada kemungkinan gig economy akan mempengaruhi aspek kehidupan dan ekonomi global dengan sangat tinggi, mengingat tingkat pengembangan berkelanjutan dari sistem teknologi dan kecerdasan buatan yang sangat menguras pasar tenaga Gig economy bermaksud untuk mengubah bagaimana layanan dasar akan diberikan, dengan implikasi bagi semua pemangku kepentingan, seperti konsumen dan pekerja, tetapi juga ekosistem bisnis.
ADVERTISEMENT
Tumbuh dan berkembangnya gig economy menawarkan peluang dan tantangan bagi semua peserta, baik pasif maupun aktif. Dianggap sebagai katalis untuk wirausaha dengan menghapus sistem kehancuran di mana pekerja dibayar jauh di bawah batas, terlalu banyak bekerja dan tidak siap untuk perubahan, ekonomi menunjukkan potensi keuntungan produktivitas besar-besaran, tetapi pada saat yang sama menggambarkan akhir pekerjaan keamanan.
Ekonomi gig bukan hanya tren, tetapi mungkin adalah masa depan dunia kerja. Apakah Anda siap menjadi bagian dari perubahan ini?
Referensi
Badan Pusat Statistik. (2023). Persentase Tenaga Kerja Formal Menurut Provinsi (Persen), 2021-2022. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTE2OCMy/persentase-tenaga-kerja-formal-menurut-provinsi.html
Badan Pusat Statistik. (2024). Proporsi Lapangan Kerja Informal Menurut Provinsi, 2021-2023. Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). https://www.bps.go.id/id/statistics-table/2/MTE2OCMy/persentase-tenaga-kerja-formal-menurut-provinsi.html
ADVERTISEMENT
Jayani, Dwi Hadya. (2019). Milenial Pilih Kerja Tidak Tetap Karena Waktu Lebih Bebas. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/10/28/pandangan-milenial-dan-gen-z-terhadap-pekerja-tidak-tetap
Dr. Posma Sariguna Johnson Kennedy, ST., SE., MSi., MSE. (2022). Jalan Menuju Organisasi Berkelanjutan. Media Sains Indonesia: Bandung.
Butterfield, Lanisha. (2018). What Does the Gig Economy Mean For You?. University of Oxford. Diakses pada 14 Mei 2024, dari
https://www.ox.ac.uk/news/science-blog/what-does-gig-economy-mean-you
KUKIN (Kumpulan Karya Indah), Vol. 4.
Penulis: Farah Fauziah Novianti, Emilia Khoirunnisa, Susiana Nur Sa'adaturrochmah, Rizka Amalia. (Part of Finance)
Dedikasi Untuk Negeri
#TINDAKAKSINYATA
#MENGABDIUNTUKINDONESIA