Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Flexploitation: Romantisasi Kerja Lepas yang Berujung Eksploitasi
17 Januari 2025 18:38 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Defani Shafa Maharani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Era digital telah membawa perubahan besar dalam dunia kerja. Fleksibilitas kini menjadi kata kunci yang melekat pada gaya hidup modern. Pekerjaan yang tak lagi terikat waktu dan tempat dianggap sebagai solusi atas kejenuhan pekerjaan konvensional yang kaku. Dengan hadirnya platform digital seperti Upwork, Fiverr, hingga aplikasi ride-hailing seperti Gojek, banyak pekerja yang mulai beralih ke sistem kerja freelance.
ADVERTISEMENT
Kerja fleksibel kerap digambarkan sebagai surga bagi mereka yang ingin bekerja sesuai passion, mengatur jadwal sendiri, dan memiliki kendali penuh atas hidup mereka. Di media sosial, narasi tentang kebebasan dan kesuksesan pekerja lepas terus digaungkan, memperlihatkan citra glamor seperti bisa bekerja dari kafe, bepergian tanpa batas, atau menikmati hidup tanpa tekanan atasan.
Namun, di balik kisah sukses yang kerap viral tersebut, ada sisi gelap yang jarang terungkap. Fleksibilitas yang ditawarkan justru mengandung risiko besar, terutama bagi pekerja yang tidak memiliki perlindungan dan jaminan kerja. Kondisi ini melahirkan istilah baru: flexploitation, yakni eksploitasi tersembunyi di balik romantisme kerja fleksibel.
Flexploitation merupakan istilah baru yang menggabungkan kata "kerja fleksibel" dan "eksploitasi," yang merujuk pada eksploitasi terselubung yang dialami pekerja lepas dalam sistem kerja fleksibel. Fleksibilitas, yang sering dianggap sebagai kebebasan, justru dapat membuat pekerja berada dalam posisi yang rentan.
ADVERTISEMENT
Bagi banyak pekerja lepas, fleksibilitas tidak selalu berarti kebebasan. Sebaliknya, mereka sering kali terjebak dalam tekanan untuk memenuhi tuntutan klien yang tak ada habisnya, bekerja dengan jam kerja yang tidak teratur, dan pendapatan yang tidak stabil. Situasi ini semakin menegaskan bahwa bekerja secara fleksibel bukanlah solusi yang sempurna seperti yang disiratkan oleh narasi tersebut.
Fenomena Kerja Fleksibel di Era Digital
Seiring dengan kemajuan teknologi, platform digital seperti Fiverr, Upwork, dan Gojek telah mempermudah pekerjaan yang fleksibel. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan jumlah pekerja lepas di Indonesia mencapai 46,47 juta orang pada tahun 2023, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, pertumbuhan ini juga menghadirkan tantangan lain. Pekerja lepas sering menghadapi jam kerja yang tidak teratur, pendapatan yang tidak stabil, dan kurangnya akses terhadap hak-hak dasar seperti asuransi kesehatan atau cuti.
ADVERTISEMENT
Ciri-Ciri Flexploitation
Eksploitasi dalam pekerjaan fleksibel biasanya ditandai dengan aspek-aspek berikut:
Kurangnya keamanan kerja
Banyak pekerja lepas yang bekerja tanpa kontrak formal. Hal ini membuat mereka tidak memiliki perlindungan hukum yang jelas, termasuk hak atas jaminan sosial dan tunjangan lainnya.
Jam kerja tidak teratur
Pekerja lepas sering kali harus menyesuaikan diri dengan zona waktu klien, terutama saat bekerja dengan klien internasional. Akibatnya, mereka sering bekerja di luar jam kerja normal, yang dapat memengaruhi kesehatan fisik dan mental mereka.
Beban kerja yang berlebihan
Banyak pekerja lepas menghadapi tekanan untuk menyelesaikan proyek besar dengan bayaran yang tidak proporsional. Persaingan yang tinggi di platform pekerjaan digital juga berarti bahwa banyak pekerja menerima upah rendah untuk mendapatkan proyek.
ADVERTISEMENT
Kurangnya akses ke hak-hak dasar
Dalam sistem kerja fleksibel, pekerja lepas sering kali tidak memiliki hak-hak dasar seperti cuti, asuransi kesehatan, dan tunjangan pensiun.
Kurangnya perlindungan terhadap ketidakstabilan pendapatan
Pendapatan pekerja lepas sangat bergantung pada proyek yang mereka dapatkan, sehingga tidak ada jaminan pendapatan yang stabil.
Dampak pada Pekerja Lepas
Fenomena flexploitation tidak hanya berdampak pada kondisi kerja pekerja lepas tetapi juga kesejahteraan mereka secara keseluruhan. Berikut ini beberapa dampak umum:
Ketidakstabilan Keuangan
Pendapatan yang tidak pasti merupakan salah satu masalah utama bagi pekerja lepas. Ketergantungan pada proyek jangka pendek tanpa kontrak yang jelas membuat banyak pekerja sulit merencanakan keuangan mereka, bahkan untuk kebutuhan dasar.
Gangguan Kesehatan Mental
Beban kerja yang tidak seimbang, tekanan untuk terus menerima proyek, dan jam kerja yang tidak teratur sering kali menyebabkan stres dan kelelahan. Studi menunjukkan bahwa pekerja dalam ekonomi gig berisiko lebih tinggi mengalami depresi dan kecemasan.
ADVERTISEMENT
Kurangnya Jaminan Sosial
Tanpa akses ke asuransi kesehatan, tunjangan pensiun, atau perlindungan hukum, pekerja lepas rentan terhadap risiko keuangan karena kecelakaan kerja atau kondisi medis yang serius.
Keterasingan Sosial
Pekerja lepas sering kali bekerja sendiri tanpa dukungan komunitas kerja yang kuat. Hal ini dapat menyebabkan perasaan kesepian, kurangnya motivasi, dan peluang yang minimal untuk berkolaborasi.
Eksploitasi Struktural
Sistem kerja yang fleksibel seringkali memanfaatkan posisi tawar pekerja yang lemah, terutama di negara-negara berkembang. Hal ini semakin memperburuk kesenjangan upah antara pekerja di negara maju dan berkembang.