Cerita untuk Ayah

Defatwa Aulia
Mahasiswa Universitas Pamulang, prodi Sastra Indonesia.
Konten dari Pengguna
9 Januari 2023 13:25 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defatwa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
foto milik pribadi
zoom-in-whitePerbesar
foto milik pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tahun ini adalah tahun ke dua meninggalnya ayah, tepat 2021 lalu di umur ayah yang beranjak ke 49 tahun ayah meninggalkan aku, kakak, adik dan ibu. Awal di mana aku merasakan sakit dan sedih yang tidak biasanya ku rasakan. Kepergian ayah sangat pilu untuk aku, apa lagi aku sangat dekat dengannya. Malamnya tiba bayang-bayang ayah masih membekas dalam memoriku, tangisku makin pecah ketika aku mengingatnya.
ADVERTISEMENT
Ayah adalah sosok yang kuat dan tidak mengenal lelah, dia sangat mencintai istri dan juga anaknya. Sebab cintanya yang begitu besar dia akan melakukan apapun, bahkan tidak mengingat untuk menjaga kesehatannya ketika bekerja.
Dua tahun sudah aku terlewat tanpa sosok orang tua laki-laki sungguh berat. Banyak beban yang aku terima setelahnya, banyak cerita yang aku dapat karenanya. Hari ku semakin berat untuk dijalani, jelas aku belum dapat menerima semuanya atas meninggalnya ayah. Seperti mimpi buruk yang kenyataan, tangisku tidak dapat berhenti setelahnya bahkan ketika aku menulis tentangnya saja mataku tidak berhenti mengeluarkan cairan dari sana.
Ayah, aku bingung ketika harus menjalankan aktivitas seperti biasanya tanpa sosokmu. Terasa canggung dalam hidupku, banyak kegelisahan terdapat di dalam hidupku. Ayah, kenapa pergi secepat itu? Aku belum terima, aku merasa sendiri aku takut.
ADVERTISEMENT
Tahun ini aku sudah semester 6 dalam menjalankan kuliah, aku mendapat nilai 3,52 sudah cukup baguskan ayah? Maaf jika hasil nilaiku tidak sempurna, aku akan berusaha mendapatkan yang terbaik. Ayah, sepertinya tahun ini akan banyak pengeluaran untuk kuliahku, sebab untuk mengajukan proposal dan lain sebagainya, belum lagi aku harus daftar ulang. Bahkan, tahun inipun harus membuat acara selamatan karena sudah dua tahun ayah pergi tentu aku harus memikirkan bagaimana keuangan untuk semuanya.
Aku bingung, aku harus berjalan ke mana dan meminta pertolongan kepada siapa. Bahkan untuk bercerita aku tidak tahu harus menceritakan kepada siapa, tidak ada lagi tempat ku bercerita, tidak ada yang mengerti. Aku mempunyai satu kakak kandung yang sedarah denganku saja tidak bisa diandalkan. Bahkan kakakku seperti membenci keberadaan aku, sedih sekali rasanya. Belum lagi untuk cicilan motor, aku harus mencari ke mana? Tuntutan Ibuku yang terus saja membicarakan perihal uang, untuk diriku sendiri saja aku susah. Entahlah kenapa orang-orang tidak melihat keadaanku bagaimana, setidaknya beri aku dukungan dan semangat.
ADVERTISEMENT
Kalau boleh jujur aku ingin seperti teman-temanku mereka bebas pikiran masalah keluarga, mungkin mereka hanya memikirkan masalah soal kuliah atau pekerjaan. Tidak denganku, aku harus memikirkan soal ekonomi, tugas kuliah, pekerjaan dan lain sebagainya. Tetapi kalau di pikirkan lagi mungkin tuhan percaya denganku bahwa aku dapat mengatasi persoalan semua peristiwa dalam hidupku.
Untuk ayahku sayang, aku minta maaf jika selama ayah hidup aku belum dapat menyempurnakan sebagai anakmu. Tenanglah di alam surga sana dan doakan anakmu agar dapat menjadikan manusia sesungguhnya.
Ibu, kakak, adik marilah kita saling merangkul dan menguatkan. Untuk semua orang yang masih memiliki orang tua lengkap sayang kepada mereka seperti mereka menyayangi kalian sewaktu kecil.
Tepat 26 Februari 2021 bagian cerita terpahit tentang kepergian ayah yang tidak akan pernah kembali. Mari untuk siapapun yang membaca tulisan saya, tolong doakan ayah saya agar tenang dan mendapatkan tempat terbaik di sisinya.
ADVERTISEMENT
Pesanku untuk Aksara kembalilah, aku menunggu.