Kisah Seorang Guru Muda: Cita-cita Mulia yang Berhasil Tercapai

Defatwa Aulia
Mahasiswa Universitas Pamulang, prodi Sastra Indonesia.
Konten dari Pengguna
17 Juni 2022 14:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defatwa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar merupakan koleksi pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Gambar merupakan koleksi pribadi.
ADVERTISEMENT
"Bermimpilah setinggi mungkin, siapa tahu salah satu dari mimpimu jadi kenyataan suatu hari nanti." Ujar kerabat saya ketika diwawancarai pada hari Rabu, 11 Mei 2022 di Tegal Alur, Jakarta Barat.
ADVERTISEMENT
Hai semua! Siapa di sini yang memiliki cita-cita atau mimpi? Tentunya semua orang pasti memiliki cita-cita atau mimpi yang luar biasa seperti hal nya dengan kerabat dekat saya ini. Tetapi, sebelum membahas tentang cita-cita kerabat saya, sudahkah kalian tahu tentang definisi cita-cita? Jika tidak, mari kita bahas sedikit tentang cita-cita.
Cita-cita adalah keinginan seseorang untuk mencapai kesuksesan atau kejayaan pada masa yang akan datang. Mempunyai cita-cita sejak dini adalah hal yang sangat istimewa bagi kalangan anak-anak khususnya. Pernahkah kalian saat duduk di bangku SD mempunyai cita-cita ingin jadi dokter atau pilot? Tetapi, ketika kalian duduk di bangku SMP kalian berganti cita-cita ingin jadi pengusaha misalnya. Lalu, setelah duduk di bangku SMA cita-cita kalian ingin jadi polisi atau guru misalnya. Sungguh masa-masa yang menyenangkan bukan masih bisa berganti cita-cita? Tetapi, saat sudah lulus dari sekolah dan kehidupan sebenarnya baru kalian rasakan, perlahan-lahan berbagai cita-cita kalian di masa dahulu terkubur dan terlupakan.
ADVERTISEMENT
Marlia Sri Hardiyanti namanya. Bisa dibilang dia adalah kerabat, sahabat, atau pun saudara bagi saya. Cita-cita Marlia sungguh mulia, ia ingin menjadi seorang dokter. "Sebenarnya saya ingin menjadi dokter, karena ingin menyembuhkan orang yang sedang sakit dan juga ingin membantu semua orang, khususnya orang-orang dari kalangan bawah yang bisa dibilang kurang mampu." Ujarnya.
Seiring berjalannya waktu, karena situasi dan kondisi yang bisa dikatakan kurang mendukung. Pada bulan Oktober 2021 lalu kisah Marlia menjadi seorang guru dimulai. Semua bermula dari penulis sendiri yang terlebih dahulu bekerja di sebuah sekolah swasta di daerah Jakarta Barat, lalu mengajak kerabat saya ini untuk bersama-sama mengajar dan mengabdi untuk berusaha membangun kecerdasan bangsa.
Di situlah cita-cita atau mimpinya terwujud, yaitu melakukan hal mulia bagi orang lain. Walau bukan menjadi dokter, nyatanya menjadi seorang guru pun tak kalah mulianya. Memang jadi seorang guru honorer memiliki gaji yang tak sebanding dengan dokter atau tak sebanyak orang-orang yang bekerja di perusahaan, tetapi ilmu, manfaat, serta pengalaman di dunia pendidikan sangat berkesan serta menakjubkan bagi Marlia.
ADVERTISEMENT
"Ternyata menjadi seorang guru tidak semudah yang saya bayangkan." begitulah kata ibu guru Marlia. "Syukur alhamdulillah, akhirnya cita-cita saya terwujud, yaitu melakukan pekerjaan mulia bagi orang banyak. Saya memang gagal mengobati orang lain dengan menjadi dokter, tetapi saya bisa mencerdaskan orang lain bahkan menjadikan orang lain dokter lewat menjadi guru." Lanjutnya.
Memang benar, menjadi seorang guru tidaklah mudah. Saya pun merasakan langsung. Apalagi di usia kami yang masih terbilang sangat muda ini. Dan kami pun belum memiliki pengalaman di dunia pendidikan sebelumnya, berat rasanya jadi pengajar anak-anak yang bisa dibilang masih berusia dini. Kami harus selalu bersikap menjadi seorang yang digugu dan ditiru oleh mereka. Maka kami dituntut untuk selalu mencontohkan juga mengajarkan hal-hal baik kepada mereka.
ADVERTISEMENT
Memang benar, sebagai guru itu harus mencontohkan hal yang baik-baik kepada anak muridnya agar hal itu benar-benar diterapkan dikehidupannya, padahal kami pun merasa belum mampu menjalankan hal-hal baik di dalam kehidupan kami sendiri. Tetapi, dengan menjadi seorang guru adalah salah satu upaya kami untuk menjadi orang yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Selain mengajarkan, menjadi guru juga merupakan suatu pelajaran berharga bagi kami.
Nah, untuk para pembaca sekalian khususnya para generasi muda ayo bercita-cita setinggi langit! Apabila tak sampai maka kalian akan jatuh di antara bintang-bintang. Seperti sosok Marlia yang bermimpi menjadi dokter dan malah terlempar ke dunia pendidikan sebab hubungan pertemanan dan akhirnya kini dia menikmatinya.
Siapa tahu mimpimu juga bisa terwujud melalui orang-orang sekitar kamu. Jangan takut untuk bermimpi, mimpi itu gratis yang mahal adalah melawan rasa takut serta malas. Semangat para generasi bangsa yang sedang mengejar mimpinya!
ADVERTISEMENT