Maret Bercerita Aksara

Defatwa Aulia
Mahasiswa Universitas Pamulang, prodi Sastra Indonesia.
Konten dari Pengguna
29 Maret 2023 10:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defatwa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
https://pixabay.com/id/photos/bangku-musim-gugur-taman-istirahat-560435/
Hai aksara, sepertinya aku sudah lama tidak menulis tentangmu. Kali ini aku akan menyapamu dari sebuah tulisan ini ya.
ADVERTISEMENT
Maret, rasanya sama seperti januari tidak mendapat sapa darimu. Bahkan, ini lebih jauh dari januari, lebih kehilangan kamu. Sepertinya aku merasa kamu menjauh kali ini, padahal aku sudah berusaha untuk memperbaiki. Aku tahu aksara bahwa kamupun mengetahui tentang masalah yang terjadi pada kita, feeling ku kuat aksara. Mungkin kejadian malam itu, malam-malam terakhir kita baik-baik saja, apa salah aku sedikit kecewa tentang penuturanmu? Ya, aksara saya tahu jika itu hakmu namun tetap saya tidak suka dengan nada cara bicaramu. Tapi, ketidaksukaan saya malah menjadi perkara untuk kita. Maaf aksara.
Saya sangat cemburu sekarang dengan mereka yang dapat bergurau denganmu. Canda tawa denganmu, sedangkan aku sekarang? Hanya dapat menatap dan melihatmu dari foto di galeriku. Namun, apa yang membuat kamu seperti ini? Lelah dengan keegoisanku? Padahal dari dulu aku selalu meminta kamu agar tetap bertahan. Aku cemburu aksara, sangat cemburu.
ADVERTISEMENT
Hari ini pula aku berusaha menyapamu langsung, namun entah mengapa aku merasa kita sangat asing dan tidak seperti biasanya. Rasanya sakit, hancur sekali aksara. Selama 1 tahun kebelakang ini yang sangat saya takutkan, hal paling saya tidak mau asing dengan orang terkasih. Aku selalu memikirkan setiap waktu, mencemaskanmu padahal kamu disana sangat berbahagia dan amat baik-baik namun rasanya tetap jika tidak bersamaku rasa takut selalu menghampiri sebab aku tahu, kamu menutupi kegelisahan terhadap diri kamu sendiri dengan kesibukanmu.
Aksara, aku selalu ingin tahu kegiatanmu dan apa saja yang kamu lakukan hari itu. Namun, sekarang aku sudah tidak mendapat kabar darimu. Setiap hari aku menunggu, namun nyatanya kamu tak kunjung datang. Beribu hari aku lewati tanpa kamu, namun sayang sepi terasa ku jalani tanpamu.
ADVERTISEMENT
Bagaimana dengan janji yang telah kita buat? Janji hari-hari bersama, tidak melupa dan akan terus mengingat. Aku tahu, bahkan aku sadar manusia memang membuat janji hanya untuk sebagai penenang tetapi tetap saja rasanya aku ingin menagih pada janji kita. Seperti yang telah ku katakan kamu itu pilu, namun aku tetap terjatuh denganmu.
Sepertinya jika diberi ruang untuk memutar waktu, aku akan memilih dan meminta untuk sama seperti ditahun 2020 lalu. Warna, ya tahun berwarna setelah hujan badai datang. Menemani kegelisahan yang datang menghampiri, memberi warna di setiap harinya tanpa henti. Bahkan, rasa ingin jumpa selalu kamu ucapkan. Jauh berbeda dari sekarang.
Hari ini hujan turun dikota Bogor, tempat yang saat ini ku singgahi. Tuhan pernah berjanji dan berkata salah satu doa yang paling mustajab adalah ketika turun hujan. Maka, aku berdoa dan penuh harap agar mendapat kesembuhan jiwa dan aku meminta aksara kembali seperti tahun 2020.
ADVERTISEMENT
Benar aku akan tetap terjatuh denganmu, bila aku belum melupakanmu.
Aku menunggu pada hati baikmu kembali.
Merindukanmu, Aksara.