Isu Resesi Global: Gen-Z Harus Apa?

Defry Ramadan
saya seorang lulusan Hubungan Internasional di Universitas Muhammadiyah Malang. saya berasal dari Bima, Nusa Tenggara Barat.
Konten dari Pengguna
26 Maret 2023 21:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Defry Ramadan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Foto bersama penulis denga teman-teman SMA tahun 2019
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Foto bersama penulis denga teman-teman SMA tahun 2019
ADVERTISEMENT
Diera kontemporer sedang berkembang isu resesi global, karena sangat dinamisnya aspek-aspek baik dalam aspek politik, sosial maupun ekonomi. Namun, pola dinamika dari semua aspek tergantung pada sisi ekonomi. Hal tersebut dikarenakan posisi sentral aspek ekonomi sebagai aspek suprastruktural dalam mempengaruhi semua domain-domain lainnya. Secara dimensional ekonomi bergerak secara dinamis setiap tahunnya. Di mana terdapat potensi-potensi mengalami peningkatan dan resesi, bergantung pada situasi sirkulasi aktivitas ekonomi pada negara- negara di dunia.
ADVERTISEMENT
Di tahun 2023, diprediksikan akan terjadi resesi ekonomi secara global. Hal tersebut sesuai dengan narasi dari International Monetery Fund (IMF) dan World Bank, yang menyatakan berdasar kondisi objektif bahwa krisis ekonomi telah terjadi di beberapa negara. Terdapat juga validasi dari firma riset investasi Ned Davis Research, dengan narasi prediktif menyatakan bahwa terdapat 98,1% kemungkinan terjadi resesi di tahun 2023. Kemudian, tingginya inflasi di beberapa negara yang terjadi saat ini, disebabkan oleh suplai barang untuk mencukupi permintaan yang tinggi dan situasi perang antara Russia dan Ukraina (Singarimbun n.d. 2022).
Indonesia sendiri melalui Menteri keuangan, yakni Sri Mulyani menyatakan Indonesia memiliki potensi atau kemungkinan yang cukup kecil mengalami resesi ekonomi di tahun 2023 imbas dari kondisi dinamika ekonomi politik global. Hal tersebut melihat dari beberapa indikator seperti surplus neraca perdagangan Indonesia pada bulan Agustus 2022 dan produktifitas sirkulasi manufaktur, menjadi aspek penyelamat indonesia dari bayang-bayang resesi. Kedua indikator tersebut merupakan katalis positif untuk kondisi ekonomi Indonesia. Lembaga keuangan internasional IMF dan World Bank menyatakan bahwa ekonomi Indonesia masih bisa growt up pada angka 5,1% sampai 5,3% dalam tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Namun, perlu untuk tetap mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi dinamika global yang bisa saja suatu waktu mengancam dan tidak terdeteksi atau terprediksi. Sikap preventif harus bisa diterapkan, terutama generasi muda pemegang estafet keberlangsungan bangsa dan negara. Terlebih lagi, dalam menatap Indonesia Emas tahun 2045 generasi paska millenial yakni Gen-Z menjadi aktor utama dalam menjemput bonus demografi Indonesia di tahun 2045.
Dalam hal ini, generasi memiliki tipe atau karakteristik yang berbeda yang dipengaruhi oleh aspek nilai, ambisi dan gaya bekerja. Hari ini, generasi Z (Gen-Z) memiliki karakteristik sangat berbeda dengan generasi-generasi yang sebelumnya. Di mana penguasaan informasi dan teknologi yang sangat melekat pada kehidupan Gen-Z serta memberikan pengaruh pada nilai-nilai, pandangan dan tujuan hidup generasi Z (Ramadhani et al. 2022).
ADVERTISEMENT
Sehingga dengan kondisi dinamika global yang terjadi saat ini, terutama pada aspek ekonomi yang dapat memberikan dampak besar pada skala tatanan kehidupan Gen-Z, maka bagaimana generasi Z menyikapi persoalan resesi arah ekonomi global?
Perkembangan laju generasi Z di Indonesia pada tahun 2020, jumlah Gen Z melalui data sensus penduduk mencapai angka 270,20 juta jiwa dengan presentase 27,94%. Dengan laju perubahan pada tatanan global melalui arus globalisasi yang begitu cepat, menunut generasi Z memiliki mental adaptif. Sehingga dengan keberadaan situasi yang dinamis, hari ini memberikan dampak multidimensi untuk generasi Z. sebab aspek-aspek seperti pendidikan, ekonomi, sosial dan budaya yang tidak lagi sama karena percepetan arus perubahan yang terjadi, maka hal tersebut menjadi tantangan besar bagi kaum generasi Z.
ADVERTISEMENT
Generasi Z memiliki ciri-ciri khusus yang unik, di mana karakternya cenderung hal-hal baru yang tercipta diera kontemporer. Ciri-cirinya yakni, phygital, fear of missing out (FOMO), hiperkustomiasi, terpacu, weconomist, do it yourself (DIY) dan realistis. Kemudian relasi inheren Gen Z dengan dunia virtual dan dunia sosial hampir sama. Di mana pergeseran sosial juga sangat terlihat pada struktur sosial Gen Z yang didominasi pada aspek digital atas pengarus arus globalisasi. Hal tersebut didasari atas perkembangan teknologi informasi yang mengalami perubahan dan kemajuan yang berbeda jauh dari masa sebelumnya. Sehingga Gen Z cenderung mendapatkan kemudahan dan cepat melaui platform media yang instan (Muzni and Budiman 2021).
Dalam insight lainnya, generasi Z memiliki selera makan yang unik. Di mana survei yang dilakukan dari 1000 orang pelajar dan mahasiswa generasi Z di Inggris dan Eropa menunjukkan hasil bahwa mereka kurang mengkonsumsi sayur dan buah-buahan, jarang mengkonsumsi ikan maupun produk perikanan lainnya, dan cenderung makanan fast food. Hasil riset dari Tirto.id menyatakan, bahwa dikaetahui 78,6% generasi Z di pulau Jawa dan Bali lebih memilih makan di dalam rumah, 24,1% karena tidak ada yang menyiapkan makanan dan 20,6% karena banyak aktivitas di luar rumah. Sedangkan di Jakarta, 72,1 lebih memilih makan di luar rumah dengan alasan, 28,7% lebih banyak beraktivitas di luar rumah dan 21,7% tidak ada yang menyiapkan makanan. Serta 19,8% responden tinggal sendiri atay indekos atau jauh dari orang tua (Kusumawati, Tyas, and ... 2021).
ADVERTISEMENT
Aspek korelasi antara karakteristik generasi Z dengan sirkulasi ekonomi sebagai sikap preventif, memerlukan pemulihan transformatif di sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Hal tersebut untuk meningkatkan jumlah UMKM untuk masuk dalam ekosistem digital. Hal tersebut sebagai strategi sebagai salah satu cara untuk menopang perekonomian Indonesia. Perbaikan kualitas dan produktivitas usaha mikro dilakukan dengan logika, yakni pertama penguatan aset yang diharapkan
dapat meberikan efektivitas pada sektor pendapatan masyarakat secara umum dan mengurangi angka kemiskinan. Kedua keterampilan dan keterhubungannya dengan jaringan usaha dan pemasaran dalam satu sistem bisnis yang mapan, hal tersebut sebagai upaya untuk memperkuat basis produksi di dalam negeri dan berinfiltrasi dalam sirkulasi psar ekspor dan investasi (Andriani 2024).
ADVERTISEMENT
Pada era new normal, pertumbuhan ekonomi Indonesia dari c-to-c sebesar 3,69% setelah dihantam kontraksi perekonomian pada tahun 2020 sebesar -2,07%. Dalam menuju perkembangan ekonomi, Indonesia dirasa perlu memanfaatkan bonus demografi sebagai lokomotif utama pertumbuhan ekonomi dan diiringi dengan menciptakan perspektif human capital melalui tenaga kerja muda yang berkualitas dengan keahliannya masing-masing. Sebab di masa transisi ekonomi global, penduduk dengan usia muda dilihat sebagai motor penggerak pemulihan ekonomi. Sehingga pada aspek kebijakan perekonomian perlu untuk dipertimbangkan jenis pekerjaan, yakni dengan menciptakan ekonomi alternatif (Gugus, Putranto, and Natalia 2022).
Revolusi industri 4.0 memilliki korelasi yang cukup erat baru-baru ini dengan era society 5.0. di mana revolusi industri 4.0 fokus pada aspek Artficial Intellegent (kecerdasan buatan), sedangkan era society 5.0 berfokus pada komponen individu. Selaras dengan hubungan generasi Z dengan aspek digital, kehadiran era industri 4.0 memberikan efektivitas pada pergerakan sektor perekonomian dengan munculnya e-commerce. Kemudian memberikan dampak langsung pada kemudahan-kemudahan lainnya bagi kehidupan manusia. Sehingga korelasi dua aspek itu membentuk dan menjadi tantangan bagi generasi Z dalam memberikan dampak positif pada sektor ekonomi negara dan terhindar dari resesi ekonomi global (Wardah 2022).
ADVERTISEMENT
Selaras dengan hal tersebut , untuk membentuk karakter yang berkembang dan konsisten Gen-Z dapat mencontoh konsistensi perusahaan jasa pengiriman ekspres dan logistis nasional, yakni JNE yang telah berdiri sejak tahun 1990 dan di tahun 2023 sudah genap berusia 32 tahun. Era demi era perkembangan yang terjadi JNE tetap dapat bertransformasi secara fleksibel mengikuti arus atau trens yang sedang berkembang. Sehingga mentalitas yang dibangun dalam tubuh kelembagaan perusahaan JNE dapat dijadikan suaturefensi yang bagus untuk menata dan bertahan disetiap keadaan yang terjadi dan salah satu isu resesi ekonomi global.
Generasi Z merupakan aktor penting dalam memberikan pengaruh pada aspek vital negara yakni sektor perekonomian. Dengan perspektif human capital yang berusaha menunjak kualitas serta kabalitas individu di era society 5.0 dan ditopang oleh keberadaan industri 4.0 sehingga memberikan kemudahan untuk generasi Z berimprovisasi dengan kreativitas yang dimiliki, sehingga dapat menciptakan ekonomi alternatif dan berdampak langsung pada skala perekonomian nasional maupun internasional.
ADVERTISEMENT
Kemudian mentalitas dan intelejensi yang bagus sangat diperlukan generasi Z untuk bergerak selaras dengan kemudahan akses yang ada. Hal tersebut untuk menghindari dampak negatif dari arus digital. Sehingga generasi Z lebih cenederung sebagai aktor pencipta pembaruan yang positif dan sekaligus berguna dalam segala domain politik, sosial, budaya dan terkhusus ekonomi sebagai sektor sentral.