Konten dari Pengguna

Bergelut Modernisasi Warisan Budaya Topi Bambu Sindang Panon

Adek Suryani Lubis
Mahasiswa aktif Sastra Inggris UIN JAKARTA, memiliki ketertarikan mendalam dengan dunia seni dan kepenulisan. Impian saya adalah ke bioskop menonton film yang diangkat dari novel saya sendiri sambil ngemilin popcorn :)
15 Agustus 2023 20:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Adek Suryani Lubis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Topi Bambu buatan asli pengrajin lokal Sindang Panon. Picture by author
zoom-in-whitePerbesar
Topi Bambu buatan asli pengrajin lokal Sindang Panon. Picture by author
Asal muasal topi bambu
Generasi 80-2000-an pasti tidak asing dengan topi bundar berwarna kuning ke-emasan yang biasanya dipakai perempuan sebagai atribut pramuka. Topi bambu, sesuai namanya topi ini berbahan dasar bambu yang disulap oleh tangan handal seorang pengrajin, namun banyak yang tidak tahu bahwa topi pramuka yang memiliki tampilan modis ini ternyata berasal dari kota Tangerang yang terkenal sebagai "Kota Kerajinan". Konon dalam sejarah, terdapat satu desa bernama desa Sindang Panon yang dikaruniai oleh banyak pengrajin lokal yang telah menciptakan topi bambu hingga terkenal di beberapa benua seperti Asia Tenggara hingga Eropa. Mang Sapni, seorang pengrajin lokal profesional yang sudah lama bergelut dengan proses produksi topi bambu di desa Sindang Panon menuturkan bahwa Topi bambu sudah diproduksi sejak tahun 1887 di era kepemimpinan bapak Soeharto dan sudah diekspor ke luar negeri. Melihat puncak keemasan pasar produksi yang melejit, Profesi seorang produsen penganyam topi bambu telah menjadi mata pencaharian tambahan bagi warga desa Sindang panon.
Picture by Author
Namun, di tengah gempuran modernisasi, dan perkembangan fashion, topi bambu buatan asli lokal desa Sindang Panon ini pun perlahan memudar, hal itu dikarenakan metode penganyamannya masih bersifat tradisional menggunakan tangan sehingga untuk mengumpulkan satu kodi topi itu membutuhkan waktu yang cukup lama dan tingkat pasar yang fluktuatif menjadi keresahan pengrajin yang berujung mogok dalam memproduksi topi ini, dan juga karena perkembangan model seragam pramuka dari tahun ke tahun mengalami perubahan seperti peralihan topi berbahan bambu ke topi Bowler dari bahan laken beludru.
ADVERTISEMENT
Proses pembuatan topi bambu
Tangerang terkenal sekali dengan pohon bambunya yang melimpah ruah di pinggiran sungai-sungai yang mengalir melalui kota Tangerang dari sungai Cisadane dan sungai Citarum. Maka dari itu, masyarakat Tangerang sangat memanfatkan pohon bambu untuk dijadikan sebagai bahan kerajinan, termasuk topi bambu. (Permana, 2021). Proses pembuatannya melalui dua metode yakni tahap penganyaman manual dan tahap finishing produk memakai mesin. Bambu yang sudah dipilih akan dipotong menjadi sekumpulan helaian yang banyak dan kemudian dianyam secara manual oleh tangan pengrajin asli desa Sindang Panon, Pasar Kemis. Setelah anyaman sudah rapi maka akan diwarnai dengan warna ke-emasan yang khas pada topi dan kemudian dijemur di atas terik matahari selama lebih kurang 1-2 jam. Setelah itu, proses akan dilanjutkan ke tahap finishing dengan memberi pola bentuk topi dengan sempurna, menambahkan pita coklat pada sisi lingkaran topi. “Proses pembuatan topi bambu ini sebenarnya sangatlah mudah, namun yang menjadi kendala bagi kami para pengrajin adalah cuaca yang tak menentu seperti hujan dan udara lembab, karena akan berdampak pada kualitas topi yang sedang dalam proses pembuatan. (Sapni, 2023). Para pengrajin mampu menghasilkan sekitar 500 pcs topi dalam sehari sesuai jumlah pesanan. Topi bambu ini dijual per kodi dengan isi 20 pcs dan dijual dengan harga Rp. 4.000,00 - Rp. 5.000,00 per satu pcs nya. Para konsumen biasanya berasal dari luar daerah seperti Kalimantan dan Papua. Kegigihan pengrajin dalam proses produksi secara tidak langsung telah mengangkat ekonomi masyarakat desa yang memiliki potensi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya alamnya.
Picture by Author
Makna dibalik topi bambu
ADVERTISEMENT
Topi bambu pramuka mempunyai makna simbolis yang mendalam. Bambu sebagai bahan utama topi ini melambangkan fleksibilitas, daya tahan dan kekuatan. Sifat-sifat ini menggambarkan prinsip-prinsip yang ada pada pramuka seperti ketangguhan dalam menghadapi sebuah permasalahn dan kemampuan beradaptasi yang mumpuni di berbagai situasi yang diahadapi.