Konten dari Pengguna

Inovasi Beras Instan: Fakta dibalik Solusi Praktis Memasak Nasi

Delis raozatul Aulia
Mahasiswa Teknologi Pangan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
22 September 2024 15:56 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Delis raozatul Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ilustrasi beras (sumber:https://pixabay.com/id/images/search/beras%20kemasan/)
Apakah kamu sering merasa, bahwa memasak nasi memerlukan waktu yang sangat lama atau sering lupa mengubah menu cooking pada magic jar sehingga beras kamu belum menjadi nasi?
ADVERTISEMENT
Nah, kamu perlu tahu bahwa sekarang ini terdapat sebuah inovasi memasak nasi dalam hitungan menit saja. Selain itu, bagi sebagian orang yang memiliki kegiatan sangat padat, inovasi ini akan sangat cocok digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena sangat membantu memasak nasi menjadi praktis dengan waktu yang singkat.
Apakah kamu tertarik dengan inovasi ini? yuk simak informasi lebih lanjut di bawah ini!
Nasi Menjadi Makanan Pokok Orang Indonesia
Nasi merupakan makanan pokok orang Indonesia, dalam keseharian nya orang Indonesia pasti mengonsumsi nasi untuk mengatasi rasa lapar. Bahkan terdapat istilah "belum makan kalau belum makan nasi" yang sudah lekat di telinga masyarakat Indonesia.
Mengutip berita Kompas.com yang terbit Kamis (19/08/2021), nasi ditetapkan menjadi makanan pokok sejak masa pemerintahan Presiden Soeharto melalui proses beras-isasi. Hal ini menyebabkan beras mulai banyak dikonsumsi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT
Konsumsi nasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi akar kuat dan mendarah daging bahkan tradisi yang tidak dapat dihilangkan bagi masyarakat Indonesia. Kebiasaan mengkonsumsi nasi yang sudah dilakukan sejak kecil membuat nasi sulit digantikan oleh makanan lain sebagai sumber karbohidrat.
Inovasi Beras Instan
Beras instan menjadi solusi memasak nasi yang tidak memerlukan proses panjang, hanya dengan menuangkan air panas kemudian mendiankannya selama beberapa menit dan nasi pun siap untuk dikonsumsi. Inovasi beras instan hadir ditengah masyarakat Indonesia yang menjadikan nasi sebagai makanan pokok. Dengan proses pemasakan yang mudah, beras instan sangat membantu sebagian orang yang memiliki kegiatan padat.
Walaupun memasak nasi dapat dilakukan menggunakan bantuan magic jar. Tetap saja, prosesnya lebih panjang daripada memasak nasi instan. Beras harus terlebih dahulu dicuci sampai bersih, sebelum itu perlu dipisahkan dari kotoran-kotoran yang terbawa seperti batu, kerikil, dan gabah.
ADVERTISEMENT
Sementara, memasak nasi instan hanya perlu menambahkan air panas lalu didiamkan selama beberapa menit. Beras instan juga menjadi solusi bagi para traveller untuk tetap mengkonsumsi nasi dengan proses memasak yang praktis.
Proses Pembuatan Beras Instan
Namun, apa yang terjadi pada beras hingga dapat menjadi nasi dengan proses yang praktis dan waktu yang singkat?
Berikut proses beras sampai menjadi nasi instan.
ADVERTISEMENT
Gelatinisasi Pada Beras Instan Menjadi Nasi
Ilustrasi nasi (Sumber:https://pixabay.com/id/photos/nasi-putih-makanan-meter-lampu-1583098/)
Waktu pemasakan beras menjadi nasi pada beras instan berbeda. Namun, mengapa hal ini dapat terjadi?
Gelatinisasi sendiri merupakan proses pembekakan pada granula pati yang disebabkan oleh air pada kondisi suhu tinggi yang bersifat irreversible
Pada pembuatan beras instan, proses perendaman beras menyebabkan air menjadi lebih mudah diserap. Selain itu, pemasakan beras yang sudah direndam akan lebih mudah mengalami gelatinasasi. Proses ini disebut dengan pre-gelatinisasi.
Proses pengeringan pada nasi akan mengakibatkan kadar air dalam nasi menguap sehingga meninggalkan porous atau ruang-ruang kosong antar partikel.
Ketika beras instan ditambahkan dengan air yang panas, porous tersebut akan tergantikan dengan air. Namun, kemampuan gelatinisasi beras kering ini masih tetap sama sehingga beras instan mudah matang dan menjadi nasi yang siap saji.***
ADVERTISEMENT
Referensi:
Delis Raozatul Aulia, mahasiswa Teknologi Pangan Sultan Ageng Tirtayasa.