Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Bukan Sekadar Pulau Es: Greenland dan Strategi Global Donald Trump
26 April 2025 9:42 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Delo Cristian Damanik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sejak resminya Donald Trump kembali pada White House, tepatnya pada 20 Januari 2025, wacana untuk memperoleh Wilayah Otonom Denmark tumbuh kembali pada benak pikirannya, setelah pernyataan pertamanya pada akhir tahun 2019 yang menyatakan bahwa ingin membeli Greenland. Belakangan ini dalam pidato resminya, Trump mengatakan bahwa “Kita membutuhkan Greenland untuk keselamatan dan keamanan internasional. Kita membutuhkannya, kita harus memilikinya”. Pernyataan tersebut menuai komentar dari Perdana Menteri Greenland, yaitu Múte Bourup Egede yang menyebut bahwa “Greenland adalah milik kami”. Beliau menambahi “Kami tidak ingin menjadi orang Amerika, atau orang Denmark; Kami adalah Greenland. Orang Amerika dan pemimpin mereka harus memahami itu. Kami tidak untuk dijual dan tidak bisa begitu saja diambil. Masa depan kami akan ditentukan oleh kami di Greenland”.
ADVERTISEMENT
Greenland merupakan pulau terbesar di dunia, yang terletak di Samudra Atlantik Utara. Dua pertiga dari pulau ini terletak di dalam lingkaran Artik. Greenland telah menjadi fokus perhatian geopolitik global karena mempunyai sumber daya alam yang melimpah dan posisi strategis militer. Selain itu, perubahan iklim membuat sumber daya alam menjadi lebih mudah di akses dan membuka jalur pelayaran baru yang dinilai sangat menguntungkan dan mengurangi ketergantungan pada Terusan Panama.
ADVERTISEMENT
Kembalinya Donald Trump pada White House, membawa kembali mimpi besarnya untuk menguasai Greenland. Tekad kuat Donald Trump untuk memperoleh kepemilikan Greenland dinilai bukan hanya sebagai obsesi politik pribadi, melainkan cerminan dari sebuah strategi geopolitik yang sistematis. Strategi tersebut diutarakan pada Greenland karena pulau ini dipandang sebagai aset yang strategis.
Potensi pada sumber daya alam mineral penting berupa cadangan logam jarang, uranium, seng, dan nikel menjadi peluang besar bagi Amerika Serikat untuk melepaskan ketergantungan terhadap Tiongkok dalam rantai pasokan mineral penting. Selain itu, keberadan Pangkalan Luar Angkasa Pituffik yang sangat dekat dengan Greenland akan menempatkan Amerika Serikat pada posisi strategis dalam sistem pertahanan rudal dan pengawasan luar angkasa.
Percepatan perubahan iklim juga menandai keefektifan untuk memiliki Greenland. Es yang mencair menciptakan jalur pelayaran baru yang mempersingkat sekitar 40% waktu pengiriman antara Samudra Atlantik Utara dan Pasifik serta mempermudah Amerika Serikat dalam menyebarkan pengaruhnya. Kontrol atas GIUK Gap juga dapat menjadi tumpuan bagi Amerika Serikat dan NATO dalam menahan ekspansi Rusia dan Tiongkok di wilayah Artik.
ADVERTISEMENT
Cita-cita besar Trump untuk menjadikan Greenland satu dengan Amerika Serikat tidak hanya membahas soal wilayah, namun juga berhubungan dengan pertarungan hegemoni global. Jika Amerika Serikat berhasil menguasai, bukan hanya saja mengamankan aset energi dan mineral vital, tetapi juga memperkuat posisi strategis Amerika Serikat di wilayah Artik.