Konten dari Pengguna

Mimpi vs Perintah Orang Tua: Menemukan Titik Temu dalam Komunikasi

ahmad rifai
Mahasiswa Ilmu Komunikasi
17 April 2025 15:14 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari ahmad rifai tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam kehidupan keluarga, tidak jarang terjadi tarik-menarik antara keinginan pribadi anak dan harapan atau perintah dari orang tua. Mimpi anak sering kali berhadapan dengan realitas yang dibangun oleh generasi sebelumnya, yang kadang tidak sejalan. Di sinilah pentingnya komunikasi yang efektif dan empatik untuk membangun jembatan pemahaman.
sumber foto : Dokumen pribadi Denada Anugrah Akbar
zoom-in-whitePerbesar
sumber foto : Dokumen pribadi Denada Anugrah Akbar
1. Menghormati Harapan, Menyuarakan Mimpi
ADVERTISEMENT
Orang tua biasanya memiliki harapan berdasarkan pengalaman hidup mereka. Namun, anak-anak juga memiliki aspirasi yang dipengaruhi oleh perkembangan zaman. Anak perlu belajar menyuarakan mimpi dengan cara yang sopan dan argumentatif. Sebaliknya, orang tua perlu mendengar dengan hati terbuka tanpa menghakimi.
2. Konflik Generasi: Bukan untuk Dipecah, tapi Dipahami
Perbedaan pandangan bukan untuk dipertentangkan, melainkan dipahami. Anak-anak bisa mengajak orang tua berdiskusi dengan menunjukkan bahwa mimpinya bukan sekadar keinginan semata, tetapi telah dirancang dengan pertimbangan matang.
3. Pentingnya Empati Dua Arah
Kunci komunikasi dalam keluarga adalah empati dua arah. Anak belajar memahami alasan orang tua memberikan arahan tertentu, sementara orang tua berusaha memahami nilai dan potensi dalam mimpi anak.
4. Solusi Melalui Kompromi
ADVERTISEMENT
Kadang, solusi terbaik bukan "salah satu", melainkan jalan tengah. Misalnya, seorang anak bisa tetap menempuh jurusan yang diinginkan orang tua sambil tetap mengembangkan mimpinya secara paralel di luar akademik, seperti melalui kegiatan organisasi atau proyek pribadi.
5. Pendidikan Komunikasi dalam Keluarga
Penting bagi keluarga untuk memiliki ruang diskusi rutin tanpa tekanan. Bisa dalam bentuk obrolan santai, kegiatan bersama, atau bahkan sesi konsultasi keluarga jika diperlukan. Ini akan membangun budaya komunikasi terbuka sejak dini.
Ringkasan:
Perbedaan antara mimpi pribadi dan perintah orang tua bukanlah konflik yang harus dimenangkan satu pihak. Dengan komunikasi yang sehat, penuh empati, dan kompromi yang cerdas, keluarga bisa menjadi tempat tumbuh bersama, bukan saling menjatuhkan.
ADVERTISEMENT