Konten dari Pengguna

Penerapan Teknologi Telemedicine dalam Komunikasi Keperawatan

Dendi Priatna
Mahasiswa studi keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Airlangga
8 Oktober 2024 13:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dendi Priatna tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Penulis (Ilustrasi Penggunaan Telemedicine dalam Komunikasi Keperawatan)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Penulis (Ilustrasi Penggunaan Telemedicine dalam Komunikasi Keperawatan)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Komunikasi keperawatan atau komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997). Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar bertujuan dan kegiatannya dipusatkan pada klien. Tujuan komunikasi keperawatan adalah untuk membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri (Indrawati, 2003: 48).
ADVERTISEMENT
Telemedicine adalah praktik kesehatan dengan memakai komunikasi audio, visual dan data, termasuk perawatan, diagnosis, konsultasi dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah jarak jauh. Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa cakupan telemedicine cukup luas, meliputi penyediaan pelayanan kesehatan, transfer informasi dengan menggunakan perangkat-perangkat telekomunikasi dengan melibatkan tenaga kesehatan, pasien, dan pihak lain.
Istilah telemedicine pertama kali muncul pada tahun 1970-an yang menggambarkan perawatan yang diberikan melalui media atau teknologi jarak jauh. Sejarah telemedicine berawal dari telegraf yang pertama kali digunakan pada tahun 1844, selama perang saudara Amerika, untuk berkomunikasi tentang kebutuhan tentara yang terluka dan pasien (Minow, 2021). Namun, pengembangan telepon oleh Alexander Graham Bell pada tahun 1876 menandai titik balik utama. Transmisi suara dimungkinkan oleh telepon, yang juga digunakan untuk diagnosis dan terapi jarak jauh (Bokolo, 2021). Telemedicine pun telah berkembang pesat sejak pandemi COVID-19, meskipun masih merupakan bagian yang sangat kecil dari semua kunjungan medis yang dilakukan secara global (Savira et al., 2023).
ADVERTISEMENT
Saat ini, penerapan telemedicine memiliki peran yang signifikan terhadap komunikasi keperawatan. Penggunaan telemedicine dapat membantu dalam memberikan informasi dan pelayanan medis jarak jauh yang mana dalam praktik kesehatan telemedicine digunakan untuk mengkomunikasikan diagnosis, konsultasi, dan pengobatan serta pertukaran data medis dan diskusi ilmiah jarak jauh. Beberapa pelayanan yang tersedia pada telemedicine yaitu pelayanan teleradiologi, tele-elektrokardiografi, tele-ultrasonografi, telekonsultasi klinis, dan pelayanan konsultasi telemedicine lain sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Wulan, 2023).
Telemedicine sendiri memiliki manfaat yaitu efektif dan efisien dari segi biaya dan pelayanan keperawatan tanpa batas. Namun, terdapat dua sisi perspektif yang mana terdapat masyarakat awam yang merasa kurang percaya dan tidak memahami terkait pemanfaatan telemedicine, selain itu terdapat beberapa penyakit penyakit yang tidak bisa menggunakan aplikasi telemedicine seperti keadaan gawat darurat ataupun keperluan dalam pemeriksaan secara teliti. Secara umum telemedicine dapat terlaksana dengan baik jika difasilitasi oleh SDM dan jaringan yang memadai. (Kurniawan et al., 2022)
ADVERTISEMENT
Telemedicine meliputi telekonsultasi, telemonitoring, dan telenutrisi. Pandemi COVID-19 berdampak terhadap tatanan sistem kesehatan, penggunaan telekonsultasi menjadi solusi utama mengurangi kontak secara langsung antara perawat dan pasien hal ini bertujuan mencegah transmisi dari penyebaran virus COVID-19. Telemonitoring juga dinilai lebih efisien dan praktis dalam mengingatkan pasien untuk secara rutin berolahraga, memeriksa kadar gula darah, dan tekanan darah. Implementasi telenutrisi juga mampu memberikan dampak positif yang signifikan dalam memperbaiki kualitas diet termasuk asupan buah, sayur dan asupan natrium, menurunkan berat badan bagi pasien obesitas dengan diabetes, hipertensi dan hiperlipidemia, serta secara signifikan dapat meningkatkan parameter kesehatan lainnya seperti skor kualitas hidup. (Prawestiningtyas et al., 2023)