Konten dari Pengguna

Koruptor yang Dikenal Baik Hati, Itu Beretika atau Beretiket?

Deni Arifin
Mahasiswa Magister Akuntansi Universitas Pamulang
13 September 2023 11:14 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deni Arifin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sumber Foto : https://www.shutterstock.com/id/image-vector/cartoon-illustration-little-mouse-wearing-mask-2352865021
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sumber Foto : https://www.shutterstock.com/id/image-vector/cartoon-illustration-little-mouse-wearing-mask-2352865021
ADVERTISEMENT
Tindakan korupsi adalah salah satu permasalahan etika yang paling merusak dan kontroversial di masyarakat kita. Korupsi melibatkan penyalahgunaan kekuasaan atau posisi untuk mendapatkan keuntungan pribadi dengan cara yang tidak jujur dan merugikan masyarakat atau organisasi yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
Namun, dalam beberapa kasus, kita mungkin menemui situasi yang tampaknya kontradiktif: seorang koruptor yang dikenal sebagai orang yang baik hati dalam banyak aspek kehidupan mereka. Pertanyaannya adalah, apakah seorang koruptor yang baik apakah beretika atau beretiket?
Secara etika, tindakan korupsi selalu dianggap salah dan tidak bermoral. Etika adalah seperangkat prinsip-prinsip moral yang mengatur perilaku manusia, dan prinsip-prinsip ini biasanya mencakup nilai-nilai seperti kejujuran, keadilan, dan integritas. Korupsi melanggar prinsip-prinsip ini dengan jelas karena melibatkan manipulasi, penipuan, dan penyalahgunaan kepercayaan untuk mencapai tujuan pribadi.
Tindakan korupsi tidak dapat dibenarkan dari sudut pandang etika, terlepas dari apa pun karakter atau kualitas baik yang dimiliki oleh individu yang terlibat dalam korupsi tersebut. Ini karena dampaknya yang merusak pada masyarakat, ekonomi, dan keadilan sosial.
ADVERTISEMENT

Beretiket dalam Kehidupan Sehari-hari

sumber Foto : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/concept-corruption-giving-bribe-money-hand-251366860
Di sisi lain, seseorang yang terlibat dalam korupsi mungkin mampu menjaga tampilan yang beretiket dalam kehidupan sehari-hari mereka. Mereka mungkin sopan dalam berbicara, berpakaian rapi, dan mengikuti norma sosial dalam interaksi dengan orang lain.
Terkadang, orang-orang ini juga dikenal sebagai individu yang baik hati dalam banyak aspek kehidupan mereka, seperti membantu orang lain atau terlibat dalam kegiatan sosial.
Namun, penting untuk diingat bahwa beretiket dalam situasi sosial tertentu tidak mengubah karakter etis dari tindakan korupsi. Etiket adalah panduan tata krama sosial yang mengatur perilaku dalam situasi tertentu, sementara etika mencakup pertimbangan moral yang lebih luas. Tindakan korupsi tetap tidak etis, terlepas dari penampilan beretiket seseorang dalam interaksi sosial mereka.
ADVERTISEMENT

Menemukan Keseimbangan

Sumber Foto : https://www.shutterstock.com/id/image-photo/corruption-briberybusinessman-manager-refusing-receive-money-1464668951
Mengatasi kontradiksi antara etika dan etiket dalam kasus seorang koruptor yang baik hati adalah tugas yang sulit. Penting untuk memahami bahwa karakter baik hati dalam satu aspek kehidupan seseorang tidak dapat digunakan untuk membenarkan atau menghapus dosa etis dari tindakan korupsi.
Dalam masyarakat yang lebih baik, pendidikan tentang nilai-nilai etika dan dampak korupsi harus ditingkatkan. Ini akan membantu individu memahami betapa merusaknya tindakan korupsi pada masyarakat dan menghindari pembenaran diri yang salah. Pemberlakuan hukum yang adil dan transparan juga penting untuk menghindari penyimpangan etis dalam tata kelola dan pemerintahan.
Dalam kesimpulan, meskipun seseorang mungkin tampak beretiket dan baik hati dalam aspek-aspek tertentu dalam kehidupan mereka, tindakan korupsi tetap merupakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip etika yang mendasar. Etika harus selalu menjadi panduan utama dalam mengevaluasi perilaku individu dan memutuskan apakah tindakan tersebut beretika atau tidak.
ADVERTISEMENT