Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ma'had Ali Al-Furqon Gelar Festival Literasi Santri
1 Maret 2022 15:39 WIB
Diperbarui 3 April 2022 8:02 WIB
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Oleh : Deni Darmawan
Dalam rangka meningkatkan literasi santri, Himpunan Mahasantri Ma’had Aly al-Furqon (HIMMA) menggelar acara Festival Literasi Santri dengan judul “Berdakwah Melalui Tulisan” pada Sabtu (26/2/2022) melalui zoom. Narasumber pada kegiatan ini yaitu Deni Darmawan, seorang dosen Universitas Pamulang dan penulis. Kegiatan ini diikuti oleh 70 mahasantri putra dan putri.
ADVERTISEMENT
Dalam sambutannya, Muhtar Arifin, salah satu pengajar Ma’had Aly Al-Furqon mengatakan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu. “Alhamdulilah, ini kali pertama kegiatan literasi ini dilakukan. Walaupun kegiatan ini di masa pandemi, namun semua bisa berjalan dengan baik karena sudah ada teknologi. Kami ucapkan terima kasih banyak, khususnya kepada Bapak Deni Darmawan yang mau berbagi dengan para mahasantri disini,” ujar Muhtar yang suka menulis buku antologi.
“Kami berharap, setelah kegiatan ini, mahasantri mempunyai kemampuan menulis yang baik. Bukankah ayat pertama yang turun adalah perintah membaca dan menulis. Begitu juga dalam hadist shahih agar ikutlah ilmu dengan tulisan. Alhamdulilah, dalam keadaan kurang sehat, saya masih bisa mengikuti grup kepenulisan seperti KOMBIS yang dipimpin oleh Pak Deni dan sudah 20 buku antologi ber-ISBN yang saya tulis,” ungkap Muhtar dalam sambutannya.
Dalam penyampaiannya, Deni mengatakan bahwa literasi anak bangsa masih tergolong rendah. “Hasil survei dirilis oleh Programme For International Studen Assesment (PISA) tahun 2018 dan diterbitkan bulan Maret 2019 Indonesia menempati posisi ke 64 dari 72 negara. Begitu juga hasil survei dari The World Most Literate Nation study tahun 2016 oleh Central Connecticut State University di Amerika bahwa Indonesia masih diperingkat ke 60 dari 61 negara. Artinya dari 1000 anak di Indonesia sebanyak 0.001 persen yang selesai membaca buku dalam setahun hanya 1 anak. Ini jauh berbeda dengan negara lain, seperti Jepang, Korea, China, Jerman, Inggris, dll, sekitar 15 hingga 20 buku selesai dibaca selama setahun. Sedangkan standar UNESCO tiga buku selesai dibaca selama setahun, ” ungkap Deni yang juga sudah menulis artikel populer di media massa.
ADVERTISEMENT
“Literasi dalam Alquran disebutkan dalam surat al-Alaq ayat 1-5, surat al-Qalam ayat 1, surat al-Kahfi ayat 109, surat Luqman ayat 27 dan surat al-Baqarah ayat 282. Oleh sebab itu, membaca dan menulis menjadi dasar dari literasi. Hal ini juga yang mendasari, bahwa membaca dan menulis itu ibadah, perintah titah Tuhan. Jadi, Menulis itu bagian dari ibadah dan juga dakwah,” lanjut Deni yang menulis buku “Legenda Sang Dakwah”.
Deni juga mengungkapkan, dulu para ulama produktif menulis. “Ulama itu terdorong oleh ayat-ayat yang berkaitan dengan literasi. Misalnya, Imam Abu Hamid Al-Ghazali, menulis kitab Ihya Ulumuddin yang saat ini sering dikaji diberbagai pengajian dan pondok pesantren. Selama hidupnya menulis 457 kitab. Ada juga Imam Ibnu Jarir Ath-Thabari yang mendapat julukan gurunya para mufasir yang sudah menulis puluhan, bahkan ratusan kitab. Imam Ibnul Al-Jauzi yang setiap hari menulis 32 halaman. Setiap satu judul yang ditulis Ibnu Al-Jauzi bisa sampai 20 jilid, setahun bisa sampai 100 jilid. Ada juga Imam Ibnu Aqil yang menulis kitab Al-Funun yang sangat tebal sekitar 800 jilid.. Ada juga Syaikh Jalamuddin Al-Qasimi yang menulis 100 karya ilmiah. Syaikh fakhrudin ar-Razi yang menulis 30- kitab. Al-Jahizh menulis 360 kitab. Ulama nusantara juga menulis seperti Syaikh Nawawi al-Bantani Al-Jawi menulis 144 kitab. Buya Hamka 118 karya tulis, termasuk buku tafsir Al-Azhar. Prof. Quraish Shihab puluhan buku dan tafsir Al-Misbah, Prof. Mustofa Yaqub menulis 37 buku, dan lainnya ” ungkap Deni yang juga penulis website keagamaan Unpam dan founder Komunitas Belajar Menulis (KOMBIS)
Deni melanjutkan, bahwa “Kegilaan” ulama dalam membaca dan menulis sangat luar biasa. “Ada seorang ulama yang bernama Imam Nawawi. Beliau tidak berhenti belajar, kapan saja dan dimana saja. Makannya sedikit, saat dikasih buah saja khawatir gemuk dan ngantuk. Beliau menulis sehari empat halaman. Bahkan, beliau tidak menikah karena saking getolnya belajar. Ada juga ulama yang bernama Al-Jahizh. Siangnya berdagang, malamnya ia menyewa warung buku loak agar bisa melahap semua buku. Dalam sehari bisa beberapa buku yang dibaca. Ada Imam Ubaid bin Ya’isy yang sibuk menulis hingga tidak sempat makan dengan tangannya sendiri. Adik perempuannya selalu menyuapinya, karena tangannya terus menulis. Imam Ibnu Aqil ketika tidak mengajar, membaca dan menulis, ia rebahan. Namun, ketika ada ide dan pengetahuan, beliau langsung bangun dan menuliskannya. Syaikh Ibnu Abi Haitam ar-Razi selalu getol ke majlis ilmu dan mencatatnya dan mendiskusikan ilmu. Syaikh Jalamuddin al-Qasimi tak kenal lelah dan waktu ketika belajar. Di sakunya selalu ada buku kecil dan pena untuk mencatat ilmu. Ibnu Aqil yang kegemarannya mencatat ilmu dari majlisnya para ulama. Luar biasa para ulama dahulu. Semoga kita tidak hanya membaca karya-karya para ulama, tapi juga mewarisi semangat untuk berkarya,”papar Deni yang juga suka menulis artikel populer di media massa.
Deni melanjutkan, bahwa menulis itu adalah keterampilan yang bisa dipelajari. “Menulis itu adalah membangun kebiasaan. Bisa karena biasa. Menulis itu perlu diasah agar menjadi keterampilan. Cobalah menulis setiap hari apa yang kita senangi, sukai, dan kuasai. Bawalah pulpen dan kertas untuk mencatat ide. Menulislah di buku harian, di mading, di blog, hingga menjadi sebuah buku. Jika berat menulis buku sendirian, menulislah secara keroyokan (antologi). Itu cara yang mudah agar nantinya kita bisa menulis buku sendiri. Selamat mencoba,” tutup Deni yang sudah ratusan menulis berita/repostase di media massa.
ADVERTISEMENT