Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Motivasi dan Potensi Diri
2 Maret 2023 19:39 WIB
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Motivasi seseorang berbeda-beda untuk menggapai kesuksesannya,” ujar Deni Darmawan ketika memberikan Latihan Dasar Kepimpinan Organisasi (LDKO) bersama Himpunan Mahasiswa Administrasi Perkantoran D-III Universitas Pamulang (HIMA-AP) dengan judul “Motivasi dan Potensi Diri” pada Sabtu (18/2/2023) di Vila Darsono.
ADVERTISEMENT
Kegiatan ini merupakan upaya agar pengurus baru HIMA-AP mempunyai motivasi dan mengembangkan diri dalam memimpin organisasi. Ini merupakan agenda tahunan untuk pengurus baru periode 2023 agar bisa meningkatkan organisasi kemahasiswaan dengan menyusun beberapa program ke depan.
Deni menjelaskan, motivasi itu banyak motif dan tingkatannya. Seseorang yang bergerak maju dan ingin sukses, pasti mempunyai motif yang berbeda-beda“Motif yang mendasar karena ingin memenuhi kebutuhan fisik. Seseorang ingin hidup layak, makan dan minum enak, pakaian bagus dan mempunyai rumah. Hidup serasa di surga semua serba ada. Seseorang akan termotivasi untuk bergerak dan maju gegara kebutuhan fisik. Sebut saja selebritis kondang Raffi Ahmad. Hidupnya serba ada” terang Deni.
Ke-dua, seseorang mempunyai motivasi karena ingin hidup aman, nyaman, tenang, tanpa gangguan dan tekanan.”Misalnya, ia ingin bekerja di tempat atau perusahaan yang nyaman, tenang, tanpa tekanan, gaji pun memadai. Adanya Jaminan kesehatan, keselamatan dan gangguan penyakit lainnya hingga merasa aman. Motif ini akan dijadikan motivasi seseorang untuk bergerak maju dan menggapainya. Sebut saja perusahaan Google. Sebagian orang ingin bekerja disana karena bekerja tanpa tekanan, nyaman dan tenang. Semua fasilitas disediakan, dari sarana olah raga, tempat istirahat, dan berbagai jaminan lainnya. Bekerja tapi seolah-olah tidak seperti orang bekerja,” ungkap Deni yang juga Founder Komunitas Belajar Menulis (Kombis).
Ke-tiga, seseorang yang mempunyai motivasi karena ada hubungan saling mendukung dan ada rasa cinta. “Adanya kebutuhan untuk disayangi dan dicintai, sehingga muncul hubungan yang baik saling percaya, saling sayang dan peduli. Kebutuhan sosial dan disayangi menjadi hal seseorang termotivasi untuk bekerja dan melakukan sesuatu. Biasanya, ketika motivasi kebutuhan fisik dan aman terpenuhi, maka kebutuhan hubungan yang saling sayang dan mencitai, baik hubungan antar karyawan, antar pemimpin yang saling mendukung dan saling percaya,” katanya.
ADVERTISEMENT
Ke-empat, seseorang yang mempunyai motivasi karena ada kebutuhan untuk dihargai. “Seseorang akan tergerak jika hasil kerja, dan ide-ide kreatifnya dihargai. Organisasi yang selalu memberikan penghargaan, baik berupa pujian atau materi. Ia akan berusaha dan termotivasi agar apa yang ia lakukan dihargai atas semua yang dilakukannya. Setiap gerak-gerik karyawan untuk terus berkontribusi akan dihargai oleh atasan atau teman sejawat,” jelas Deni yang sudah menulis ratusan reportase di media massa.
Ke-lima, seseorang yang mempunyai motivasi karena ada kebutuhan aktualisasi diri. “Sebuah pengakuan karena perubahan demi perubahan yang dilakukannya untuk memberikan manfaat kepada orang lain dengan segala potensi yang dimilikinya. Ia terus mengembangkan diri dan mengoptimalkan potensinya untuk menggapai cita-cita dan bermanfaat di masyarakat,” ungkap Deni yang sudah menulis puluhan artikel opini.
ADVERTISEMENT
Semua tahapan motivasi tersebut adalah teori motivasi kebutuhan yang diungkap oleh Abraham Moslow. Ada juga motivasi yang bersumber dari agama. “Motivasi bekerja dan berbuat semata-mata hanya mengharapkan ridho-Nya dan sebagai ibadah. Umat Islam wajib memiliki ilmu untuk menggapai kesuksesan dunia dan akhirat. Jika motivasi karena akhirat, maka dunia akan mengikuti,” ujar Deni yang sudah menulis lima buku.
“Orang-orang yang beriman dan berilmu akan diangkat beberapa derajat oleh Tuhan. Iman dan ilmu adalah kunci kesuksesan dalam agama. 80 persen kesuksesan akan diraih jika cerdas secara spiritual dan emotional. Indikator kecerdasan spiritual berupa nilai-nilai seperti kejujuran, ketaatan, kegigihan, kerendahan hati, kesabaran, tanggung jawab, kepedulian, berserah diri, ikhtiar, “ lanjutnya.
“Nilai-nilai itu semua bisa juga disebut soft skill. Soft skill perlu ditanamkan sejak dini agar mempunyai karakter yang kuat. Sedangkan hard skill adalah kemampuan seseorang dalam menyelesaikan dan mengoperasional sesuatu. Berupa penilaian dan hasil karya yang dibuat. Hard skill bisa dibentuk dengan pelatihan, workshop, studi, dan sebagainya. Contoh hard skill itu graphic design, video production, translation, computer programming, dan sebagainya,” tutup Deni yang kerap menjadi narasumber di berbagai seminar, workshop, webinar dan pelatihan.
ADVERTISEMENT