news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Solusi Al-Quran Menangkal Hoax

Deni Darmawan
Nominator serta Penerima Hibah Penelitian Moderasi Beragama dari Kemenag tahun 2021 dan penulis buku Kreativitas Menulis Kaum Rebahan
Konten dari Pengguna
15 Januari 2021 20:52 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deni Darmawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Deni Darmawan, Dosen dan Pengurus LKK Univ. Pamulang
Oleh : Deni Darmawan
Al-Quran bukan saja sebagai pedoman untuk manusia, tetapi juga memberikan petunjuk dan solusi dalam kehidupan. Dalam setiap permasalahan yang relevan, Al-Quran menjadi rujukan dalam menjawab setiap tantangan, permasalahan dan hal ihwal kehidupan. Maraknya memproduksi dan menyebarkan berita bohong atau hoax di jagat media sosial merupakan sikap dan perbuatan yang tidak terpuji, dan memberikan dampak serius dalam kehidupan umat beragama, bermasyarakat dan berbangsa. Al-Quran memberikan solusi dalam menangkal hoax di jagat media sosial. Berikut solusinya sebagai berikut:
ADVERTISEMENT
1. Melakukan Tabayyun
Al-Quran mengajarkan orang-orang beriman agar bersikap kritis, cerdas, selektif dan meneliti dalam menerima informasi atau berita. Sikap selektif, kritis dan meneliti diistilahkan dengan tabayyun. Perintah tabayyun ini semakin penting, ketika fenomena perpecahan umat yang disebabkan prasangka semakin menguat.
Melakukan tabayun masih tetap relevan, apalagi memasuki era revolusi industri 4.0, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi semakin meningkat pesat dan cepat. Melakukan tabayun menjadi hal yang tepat akan kondisi saat ini dalam mengatasi persoalan yang terjadi di era digital, khususnya dalam pemanfaatan dalam menyebarkan informasi di media sosial, seperti facebook, whatsapp, instagram, line dan sebagainya.
Pentingnya tabayyun merupakan sebuah proses apakah semua informasi yang kita terima benar atau hoax. Jangan asal forwarded, sebar ke group ke berbagai media sosial tanpa melakukan tabayyun dahulu akan kebenaran berita atau informasi yang diterima.
ADVERTISEMENT
Jika ada berita atau informasi yang simpang-siur, apalagi menghina, memfitnah, melakukan ujaran kebencian terhadap seseorang atau lembaga, maka bertabayunlah kepada orang/lembaga tersebut untuk mencari dan meneliti akan kebenaran informasi yang beredar.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat: ayat 6 yang artinya, “Wahai orang-orang yang beriman, jika orang fasik datang kepada kalian membawa suatu berita, maka periksalah supaya kalian tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadannya, sehingga jadilah kalian menyesal atas apa yang telah kalian lakukan itu.”
Ayat ini turun berkaitan dengan Al-Walid bin ‘Uqbah bin Abi Mu’ith yang diutus Nabi SAW untuk mengambil zakat Bani Musthaliq. Tetapi ia kembali lagi seraya melaporkan berita buruk bahwa Bani Mustahliq bermaksud membunuhnya. Hampir saja Nabi bermaksud memerangi Bani Musthaliq, tetapi turun ayat untuk melarangnya.
ADVERTISEMENT
Ibnu Katsir menyatakan bahwa Allah SWT memerintahkan kaum mukmin untuk memeriksa dengan teliti berita dari orang fasik dan hendaklah bersikap hati-hati dalam menerimanya dan jangan menerima dengan begitu saja, yang akibatnya akan membalikkan kenyataan.
2. Melakukan Tawaqquf
Tawaqquf adalah suatu sikap atau perbuatan menahan diri untuk tidak langsung mempercayai atau menolak suatu berita. Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra ayat 36 yang artinya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak miliki pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dna hati, semua itu akan dimintai pertanggungjawaban.”
Dalam tafsir Al-Misbah dijelaskan bahwa tuntutan di atas merupakan tuntunan universal. Nurani manusia, di mana dan kapan pun pasti menilainya baik dan menilai lawannya merupakan sesuatu yang buruk, tidak diterima oleh siapapun. Karena itu dengan menggunakan bentuk tunggal agar mencakup setiap oramg sebagaimana nilai-nilai di atas diakui oleh nurani setiap orang.
ADVERTISEMENT
Setiap kali kita menerima berita atau informasi, maka kita tidak boleh buru-buru meyakini sebagai sebuah berita yang valid apalagi meneruskan (broadcasting) ke orang lain. Tergesa-gesa itu dinilai sebagai sebuah sikap buruk yang menyerupai sikap setan.
3. Melakukan Tajannub Al-Zhann
Tajannub Al-Zhann adalah sikap menjauhi asumsi atau prasangka. Allah SWT berfirman dalam surat Qs. Al-Hujurat ayat 12 yang artinya, “Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
ADVERTISEMENT
Kata ijtanibuu termasuk kata perintah (fil amr) artinya menyingkirkan ke pinggir jangan mendekati sesuatu itu atau jauhilah sesuatu itu. Dalam ayat ini, seorang muslim dilarang untuk berprasangka buruk, mencari-cari kesalahan orang lain apalagi terhadap muslim, membongkar apa yang tersembunyi baginya dan menggunjing sebagian yang lain. Dapat disimpulkan Al-Zhann termasuk dosa dan dilarang Allah adalah yang terkait dengan menetapkan pengaruh dari Al-Zhann, seperti membuat atau men-share berita hoax karena spirit prasangka tersebut.
Perintah untuk menjauhi prasangka adalah perintah dari sekian banyak perintah tentang bagaimana hidup bermasyarakat dan begitu menjaga hubungan harmonisasi dan toleransi antar umat beragama dan antar sesama manusia dalam kehidupan sosial dalam menjaga persatuan bangsa.
4. Melakukan Pencerahan kepada Umat Islam
ADVERTISEMENT
Penyebaran hoax merupakan virus dan penyakit yang harus dibasmi. Jika dibiarkan akan menggerogoti hati manusia, membuat hilangnya sifat kasih sayang, lemah lembut, saling percaya, saling menghormati, dan sebagainya. Umat Islam harus kembali menjadikan Al-Quran sebagai pedoman dan solusi dalam hidup. Jangan sampai dangkal tentang agama, pemahaman, dan penghayatan yang tidak memadai akan esensi agama, hingga tidak adanya rasa bangga dalam ber-Islam.
Rosulullah Saw saat hijrah ke Madinah, langkah pertama yang beliau lakukan adalah membangun masjid untuk melakukan pembinaan, pengkaderaan generasi umat Islam. Rosul melakukan pendidikan, pembinaan dan pengkaderan tidak hanya sebatas retorika, atau pengamalan formal (ibadah). Sehingga umat Islam harus cerdas dalam menerima informasi apapun sebelum bertindak dan mengambil keputusan.
ADVERTISEMENT
Sebagai muslim, sudah seharusnya kita memberikan pencerahan dan melakukan pengarahan agar umat Islam cerdas dalam bermedia sosial. Umat Islam harus saling memberikan manfaat serta pencerahan, berbuat kebaikkan dan saling menasehati. Sebagaimana dalam surat Al-Ashr ayat 3 yang artinya “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebaikkan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati untuk kesabaran.”
5. Menguatkan budaya literasi (Iqro)
Ayat pertama dari Al-Quran adalah surat Al-Alaq ayat 1-5 yang artinya, “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumlal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia. Yang mengajar (manusia) dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Ayat ini merupakan perintah membaca dan menulis yang menjadi bagian dari penguatan budaya literasi. Tidak cukup hanya sekedar perintah membaca, tetapi perintah untuk meneliti, mendalami, menghayati, menganalisa, hingga menghasilkan ilmu pengetahuan dan solusi untuk umat.
ADVERTISEMENT
Perintah membaca (Iqro) merupakan membaca secara luas (teksual dan kontekstual), dan menbaca dan menulis merupakan syarat utama untuk membangun peradaban. Semakin seseorang membaca banyak buku akan semakin luas pengetahuannya, maka akan semakin tinggi peradabannya. Mengkampanyekan gerakan membaca dan menulis hingga menjadi budaya literasi adalah hal yang sangat penting untuk selalu dikembangkan.
Budaya literasi dipahami sebagai gerakan memajukkan ilmu pengetahuan dan membangun peradaban. Islam sangat menjunjung tinggi ilmu dan pengetahuan. Bahkan Allah sendiri bersumpah dengan menyebut media ilmu, yaitu pena dan buku. Allah bersumpah dengan pena dan buku sebagai langkah membuka gerakan (literasi). Semakin meningkatnya budaya literasi, maka seseorang akan semakin kritis dan tidak mudah mempercayai hoax apalagi menyebarkannya.
6. Melawan Hoax
ADVERTISEMENT
Allah memerintahkan untuk memerangi dan melawan hoax. Dampak hoax sudah meresahkan masyarakat Indonesia, apalagi dalam kontenstasi politik, berita hoax ‘digoreng' di jagat media sosial. Sehingga antar umat saling tuduh, saling fitnah, saling menghina dan sebagainya.
Allah SWT berfirman dalam surat Al-Anfal ayat 39 yang artinya, “Dan perangilah mereka itu sampai tidak ada lagi fitnah dan agama hnya bagi Allah semata. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.”
Dalam era revolusi industri 4.0 kemajuan teknologi komunikasi dan informasi begitu cepat. Namun disisi lain, memproduksi dan penyebaran hoax tidak dapat dibendung. Adanya undang-undang informasi dan transaksi elektronik (UU ITE) merupakan upaya untuk menjerat dan memerangi orang-orang yang suka memproduksi dan menyebarkan hoax, memfitnah, menghina, pencemaran nama baik, dan ujaran kebencian. Oleh sebab itu, siapapun kita, bijaklah menggunakan gawai dan berekspresi di media sosial.
ADVERTISEMENT