Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Pengalaman Berkesan Selama Pendakian Gunung Slamet
3 Agustus 2021 10:07 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Deni Veranda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hay sobat, di sini saya akan sedikit menceritakan tentang pengalaman pendakian kali kedua saya di gunung slamet yang bertepatan pada tanggal 28 sampai tanggal 29 Juni 2019. Yap benar sudah 2 tahun yang lalu, oh ya nama saya Deni Veranda dan teman – teman saya biasa memanggil saya Deni.

Cerita dimulai pada hari jumat tanggal 28 Juni 2019, sebelum melakukan pendakian kami berjumlah 20 orang berkumpul di toko outdo0r milik guru bk saya. Singkat cerita kami semua sudah kumpul di basecamp pada jam 7 pagi sambil mengemas barang atau packing dan menunggu guru saya datang, karena jam sudah menunjukkan pukul 7 lebih 30 menit dan ternyata guru saya tidak bisa ikut pendakian pagi hari yang akhirnya memutuskan akan menyusul.
ADVERTISEMENT
Akhirnya saya dan teman teman memutuskan untuk berangkat terlebih dahulu. Oh ya di sini kami berangkat dahulu berjumlah 17 orang, laki laki 7 dan sisanya perempuan yang didominasi belum punya pengalaman pendakian gunung dan yang ke 3 orang akan ikut menyusul dengan guru saya.
Perjalanan dari toko outdoor tempat kami berkumpul menuju basecamp pendakian gunung slamet via dipajaya memakan waktu 1 jam lebih, bagi yang belum tau basecamp pendakian gunung slamet via dipajaya ada di kab. Pemalang yang ber icon nanas madu atau yang terkenal yaitu kota ikhlas.
Sesampainya di basecamp kami langsung registrasi melakukan pembayaran simakasi atau yang biasa di sebut surat izin masuk kawasan konservasi, selesainya mengurus izin pendakian kami berjumlah 17 orang langsung mendaki pada jam 9 pagi.
ADVERTISEMENT
Selama perjalanan menuju pos 1 masih baik baik saja dan ketika istirahat di post 1 saya menanyakan ke salah satu temannya saya yang saya pasrahkan untuk menaruh gas portable pada carrier-nya dan ternyata gas tersebut tidak dibawa.
Di sini saya kecewa, bingung, dan pasrah karena gas portable sangat penting untuk pendakian, daripada pendakian gagal karena gas tidak terbawa akhirnya salah satu teman saya menghubungi pak guru lewat sms agar nanti saat menyusul membawakan gas tersebut. Selesai menghubungi pak guru kami pun melanjutkan perjalanan lagi, baru sampai di pertengahan pos 2 ke pos 3 jam 11 siang para perempuan sudah mengeluh kecapean.
Di sini saya mendiskusikan dengan 6 teman yang sudah ada pengalaman pendakian untuk memutuskan pendakian dilanjut atau kembali pulang, dan dalam akhir dari diskusi kami ber 6 memutuskan melanjutkan pendakian dengan syarat saya dan 1 orang teman saya harus jalan duluan dan mendirikan tenda di pos 6 gunung slamet via dipajaya.
ADVERTISEMENT
Akhir dari hasil diskusi ini bermaksud agar teman teman yang merasa capek dan down mental dapat termotivasi karena saya dan teman saya ada di pos 6 yang sedang menunggu, singkatnya saya dan teman saya sampai di pos 6 pada jam 3 sore dan langsung mendirikan tenda.
Pukul menunjukkan jam setengah 5 dan teman teman saya tidak kelihatan batang hidungnya, kami ber 2 pun memutuskan untuk turun karna cemas takut ada apa apa dan saat baru turun ternyata sedang istirahat di bawah pohon akhirnya kami ber2 membantu membawa barang ke pos 6 agar tidak kesorean.
Saat istirahat sore menjelang malam saya bingung karena gas portablenya tidak kebawa yang akhirnya harus meminjam ke pendaki lain, yang membuat saya kecewa kepada para perempuan yaitu sudah di masakan makanan tapi tidak ada yang mau makan, tapi ya sudahlah mungkin sedang kecapean atau sedang tidak mood.
ADVERTISEMENT
Kemudian saya dan teman teman saya istirahat dan tidur pada jam 10 setelah bercengkrama dan bercanda karena subuhnya jam 3 pagi harus summit atau perjalanan menuju puncak, pak guru saya sampai di pos 6 pada jam 11 malam dengan rombongan 6 orang dan kata teman saya beliau kecewa karena gasnya tidak dibawa tapi untungnya beliau memaklumi.
Saya bangun jam 2 pagi untuk menyiapkan makanan untuk mengganjal rasa lapar saat summit nanti tapi sebagian teman teman saya masih tidak mau makan saya pun bergumam “ya sudah lah,” akhirnya kami pun bersiap – siap summit jam 3 pagi, saat summit yang ikut ada 18 orang di antaranya 10 perempuan dan 8 laki laki.
ADVERTISEMENT
Pada pukul setengah 5 pagi sampai di pos 9 atau pos terakhir gunung slamet yaitu pos plawangan dan 3 teman saya ada yang tidak sanggup melanjutkan perjalanan karena kecapean dan sepatu yang sangat tidak memungkinkan untuk melanjutkan, saat itu saya juga akan tidak ikut melanjutkan tapi dipaksa ikut naik ke puncak karna butuh sosok yang bisa diandalkan dan akhirnya saya pun ikut.
Sampai puncak jam 7 pagi, di situ saya melihat wajah teman teman saya yang takjub dan bersyukur karena keindahan dari lautan awan walaupun tidak bisa melihat sunrise dari puncak. Setelah puas dengan foto dan video kami pun turun jam setengah 10 pagi dan sampai pos 6 jam 1 siang. Di sini pak guru saya sudah pulang duluan dengan 2 temannya karena ada keperluan.
Dan lagi-lagi saya dibuat kecewa dan agak marah karna baru sampai langsung diajak turun dan logistik dimakan habis yang hanya tersisa 2 mi dan 4 potong roti, saya marah pun percuma dan ya hanya bisa tarik napas panjang – panjang. Di menit itupun saya langsung berkemas untuk turun ke basecamp dengan masih rasa yang kecewa dengan sikap mereka.
ADVERTISEMENT
Tapi ya sudah, selesai berdoa dan turun kami ber-4 jalan paling belakang untuk mengevaluasi yang sudah. Singkatnya jam 4 sore di pos 2 salah satu teman perempuan saya ada yang keseleo dan tidak bisa berjalan yang mengharuskan digendong, saya menawarkan ke teman saya yang masih kuat berjalan untuk menggendong dia atau membawa carrier saya dan teman saya menyanggupi untuk menggendongnya.
Saya pun jalan duluan karena saat membawa 2 carrier sekaligus sangat tidak mungkin untuk berjalan santai, untungnya di pos 1 teman saya bertemu ranger gunung dan menceritakan kejadian, langsung lari ke atas untuk menolong.
Saya sampai di basecamp pukul setengah 6, dan bodohnya saya saat sampai di basecamp saya tidak langsung menyusul ke atas untuk membantu ataupun membawakan carrier dan menjemput teman teman perempuan yang belum sampai. Tapi Alhamdulilah kami ber-21 dari total 24 orang masih diberikan kesehatan sampai rumah masing masing.
ADVERTISEMENT
Saya dapat pengalaman banyak dari pendakian ini. Bukan tentang dari lelahnya mendaki tapi dari sikap orang-orang yang dapat berubah, mengetahui ego orang orang dan tau mana yang lebih mementingkan diri sendiri dan peduli pada orang sekitar.
Cukup sampai di sini ya, apabila ada kata-kata yang kurang dipahami dan kurang enak dibaca mohon dimaafkan. Tapi jangan lupa ditunggu cerita pengalaman selanjutnya.