Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.98.1
Konten dari Pengguna
"Dilema Boikot Produk Amerika “
24 Desember 2017 3:20 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:13 WIB
Tulisan dari DAFi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Foto : Ilustrasi
Perselisihan antara Israel dan Palestina terkait Jerusalem yang sudah berlangsung lama yang mana resolusi PBB 22 November 1967, Perserikatan Bangsa Bangsa secara aklamasi menyepakati resolusi yang meminta Israel menarik pasukan militernya dari kawasan yang diduduki Israel sejak perang 1967 dan .memutuskan bahwa jerusalem memiliki status Quo. ( Rappler.com, 2017)
ADVERTISEMENT
Israel terus menggalang dukungan ke berbagai negara terutama sekutunya Amerika serikat dan upaya itu membawa hasil melalui pengumuman yang disampaikan presiden amerika serikat Donald Trump pada 6 desember 2017 dalam kutipan pernyataan trump “"Hari ini akhirnya kami mengakui hal yang sudah jelas. Yerusalem adalah ibukota Israel. Pengakuan ini merupakan kenyataan. Ini sesuatu yang tepat dilakukan. Ini sesuatu yang harus dilakukan." (Voa indonesia,2017) .
Semenjak pernyataan tersebut bebagai negara terutama yang mayoritas Muslim melakukan kecaman baik langsung dan tidak langsung mereka berpendapat keputusan Presiden Amerika tersebut bertentangan dengan Resolusi PBB dan dapat menyebabkan konflik baru di Tanah Palestina yg akan menyulikan proses perdamaian , menariknya juga Amerika adalah salah satu negara “Mediator Perdamaian” antara Israel dan palestina hal ini berbanding terbalik dengan pernyataan Trump tentang Pengakuaan Jerusalem sebagai ibukota Israel .
ADVERTISEMENT
Kemarahan terhadap pengakuan Trump terjadi dipelbagai negara di belahan dunia indonesia yang juga mayoritas beragama islam tak tinggal diam selain Anggota PBB indonesia juga Anggota OKI bersama anggota lain segera menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Luar Biasa Organisasi Kerjasama Islam (OKI) di Rumeli Hall Lutfi Kirdar International Convention and Exhibition Center, Istanbul, Turki. (Kompas.com,2017)
Hasil dari KTT tersebut OKI sepakat dengan konsep dua negara (two state solution)."Pertama, menghasilkan resolusi OKI mengenai Al-Aqsa. Kedua, menghasilkan komunike final OKI, dan yang ketiga menghasilkan deklarasi Istanbul. ( Voa Indonesia, 2017) .
Tak lama berselang Sidang PBB pun segera di gelar yang mana dalam pemungutan suara Kamis (21/12) waktu New York, sebanyak 128 negara mendukung resolusi, 9 menentang, dan 35 negara memilih untuk abstain. Hasil voting itu semakin membuat Amerika dan Israel terkucil di ranah global , presiden trump pun juga mengancam kepada negara-negara penerima bantuan dari amerika serikat akan di hentikan bantuan milyaran dolar tersebut.
ADVERTISEMENT
Masih Ampuhkah Boikot?
Masyarakat yang Antipati kepada Amerika akhir- akhir menyerukan untuk memboikot Produk-Produk Amerika dan Israel namun seruan tersebut apakah mampu di laksanakan dimana indonesia juga menjalin kerjasama perdagangan dengan Amerika baik itu dalam Jual beli Produk-Produk militer dan produk lainya , Indonesia dengan Jumlah Penduduk 255 Juta Jiwa [data BPS ] kebutuhan akan pangan dan kebutuhan lain dari negara lain tidak bisa di hindari hal ini tentunya menjadi dilema di kalangan Penyeru Boikot itu sendiri, hampir semua Produk dari Amerika ada di sekitar kita setiap harinya Iphone, Ipad, Youtube, Facebook, Whatapps, Google, Microsoft, Linkedin dan produk- produk lainnya.
Produk-produk tersebut juga membawa manfaat kepada masyarakat yg mengunakanya baik secara langsung maupun tidak langsung , seruan boikot produk amerika sering berlangsung hampir setiap tahun saat isu-isu politik menghangat yang mana moment ini dapat dijadikan ”alat politik” oleh pemangku kepentingan .
ADVERTISEMENT
Indonesia sebagai Anggota Organisasi Perdagangan Dunia ( WTO) tentunya akan mendapat dampak Negatif akibat seruan- seruan Boikot ini yang hanya bermuatan politis semata. Bagaimana jika juga terjadi sebaliknya Produk indonesia di boikot oleh Amerika yang memiliki pengaruh kuat di Luar negeri , ini akan membuat kita berpikir kembali.
Sebagai penutup kita sebagai bangsa yang besar dengan jumlah penduduk terbanyak ke 4 di dunia seharusnya memiliki daya tawar yang tinggi di mata international saat kita menyerukan Boikot bukan hanya isapan jempol belaka, hal itu bisa kita lakukan jika kita bisa berdaulat hal pangan, teknologi, dan semua produk tidak banyak kita beli lagi dari negara lain, maka kita baru bisa berkata “ Boikot” atau bahkan Embargo, saat kita belum mampu berdaulat maka alternatif lain harus di cari.
ADVERTISEMENT