Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
5 Fakta Bendera Pusaka yang Wajib Kamu Tahu
17 Agustus 2017 11:10 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
ADVERTISEMENT
Bendera Pusaka Merah Putih yang dikibarkan di Istana Merdeka, Jakarta, setiap tanggal 17 Agustus memiliki sejarah panjang dan berliku. Perjuangan keras rakyat Indonesia dalam memperoleh kemerdekaan berbuah manis ketika bendera pusaka ini dikerek di tiang bendera, sementara para pejuang memberi hormat kepadanya.
ADVERTISEMENT
Bendera pusaka dijahit oleh istri Sukarno, Fatmawati, pada 1945, tahun diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia. Warna merah pada bendera itu melambang keberanian, sementara putih kesucian. Keberanian dan kesucian selalu mengiringi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajahan selama ratusan tahun.
Berikut kumparan rangkum lima fakta soal Bendera Pusaka:
1. Asal Kain Bendera Pusaka, dari Seprai dan Tenda Warung?
Dalam sejarahnya, terdapat dua keterangan berbeda soal asal kain yang digunakan Fatmawati untuk bendera pusaka. Salah satu keterangan mengatakan, warna putih dari kain seprai dan warna merah dari kain tenda warung soto. Mengutip media Historia, keterangan ini datang dari Lukas Kustaryo, mantan tentara, kepada majalah Intisari pada Agustus 1991.
Kustaryo kepada Intisari mengklaim telah mengkonfirmasikannya kepada Fatmawati. Klaim ini tidak diketahui kebenarannya karena Fatmawati meninggal dunia pada 1980.
Fatmawati sendiri dalam buku tahun 1978 berjudul "Catatan Kecil Bersama Bung Karno" mengatakan kain bendera pusaka diberikan oleh seorang perwira Jepang Hitoshi Shimizu pada Oktober 1944 sebagai bentuk janji kemerdekaan Jepang kepada Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Yang satu blok berwarna merah sedangkan yang lain berwarna putih. Mungkin dari kantor Jawa Hokokai,” kata Fatmawati dalam buku itu.
2. Dijahit dengan Mesin Jahit Tangan, Bukan Kaki
Kain tersebut kemudian dijahit oleh Fatmawati menjadi satu. Untuk menghormati bendera, Fatmawati menjahitnya dengan mesin jahit tangan, bukan mesin jahit kaki.
“Sebab tidak boleh lagi mempergunakan mesin jahit kaki,” kata Fatmawati dalam buku tersebut.
Putri Sukarno, Sukmawati Soekarnoputri, kepada Kompas pada tahun 2011, mengatakan Fatmawati menjahit bendera pusaka itu sambil sesekali terisak. Fatmawati menangis, kata Sukmawati, karena dia tidak percaya Indonesia merdeka dan punya bendera sendiri.
Tahun 1945 adalah akhir dari penjajahan selama 350 tahun Belanda dan Jepang di Indonesia.
3. Desain Kerajaan Majapahit
ADVERTISEMENT
Merah dan putih pada bendera pusaka adalah warna yang telah melekat dalam kebudayaan dan tradisi di Indonesia sejak lampau. Dalam sejarah tercatat, merah putih adalah desain bendera Majapahit di abad ke-13.
Bendera Majapahit sendiri terdiri dari sembilan garis merah dan putih yang dikenal dengan nama Abang Putih. Panji merah putih ini membuat para prajurit Majapahit dinamakan Prajurit Gula Kelapa, ada juga yang menyebutnya Prajurit Getih-Getah.
Konon, panji merah putih telah ada sejak tahun 800-an Masehi. Salah satu buktinya, ada relief hulubalang yang membawa bendera merah putih di Candi Borobudur. Merah adalah perlambang keberanian dan putih kesucian.
4. Dipotong Dua
Setelah proklamasi kemerdekaan pada 1945, Indonesia tidak serta merta aman dari tentara Belanda. Belanda menguasai Jakarta kembali pada 1946, Bendera Pusaka sebagai lambang kemerdekaan kemudian dilarikan ke Yogyakarta dalam koper Sukarno.
ADVERTISEMENT
Bendera pusaka sempat dipotong dua lalu diberikan ke ajudan Sukarno, Husein Mutahar, untuk diamankan. Mutahar ditangkap Belanda, namun berhasil meloloskan diri ke Jakarta.
Bendera Pusaka baru bisa dikibarkan pada upacara di Gedung Agung Yogyakarta tanggal Juli 1949 setelah kesepakatan Meja Bundar. Pada 28 Desember 1949, bendera pusaka barulah diboyong ke Istana Merdeka.
5. Replika Bendera Pusaka
Bendera Pusaka yang setiap tahunnya dikibarkan pada hari kemerdekaan RI di Istana Merdeka ternyata bukan bendera yang dijahit Fatmawati, melainkan replikanya.
Pengibaran replika Bendera Pusaka dilakukan sejak 1969 setelah bendera yang asli kondisinya dianggap telah lapuk. Bendera Pusaka masih diikutsertakan dalam upacara, namun hanya di kotak penyimpanan, tidak dikibarkan di tiang lagi.
Replika Bendera Pusaka tidak sembarangan dibuat. Bendera replika ditenun dengan benang sutra asli Indonesia dengan zat pewarna dan alat tradisional.
ADVERTISEMENT
Setelah 16 tahun berkibar, replika Bendera Pusaka dianggap mulai kusam sehingga dibuatlah bendera replika kedua. Replika Bendera Pusaka kedua berkibar dari tahun 1985 hingga tahun 2014.
Pada upacara kemerdekaan tahun 2015, digunakan bendera replika ketiga yang telah dipersiapkan sejak tahun 1995.