news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Isi Dokumen AS 1965: Rencana Penggulingan Sukarno dan Pembantaian PKI

18 Oktober 2017 14:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sukarno-Hatta (Foto: kitlv.nl)
zoom-in-whitePerbesar
Sukarno-Hatta (Foto: kitlv.nl)
ADVERTISEMENT
Dokumen-dokumen telegram rahasia Kedutaan Besar Amerika Serikat di Indonesia tahun 1965 terungkap pekan ini. Dalam 39 dokumen tersebut terungkap kisruh politik dan keamanan usai peristiwa G30S/PKI pecah di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kedubes AS di Jakarta dalam berbagai telegram yang diungkapkan oleh National Security Archive (NSA) di The George Washington University itu melaporkan pembantaian anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) oleh tentara Indonesia.
Menurut NSA dalam pernyataan pembukanya, diplomat AS dalam hal ini mengetahui soal pembantaian anggota PKI, bahkan mendukung tentara Indonesia memberantas gerakan sayap kiri di negara ini.
Rencana Penggulingan Sukarno
Telegram dalam bocoran NSA dimulai pada 12 Oktober 1965. Para diplomat AS mengutip laporan dari kolega mereka di Kedutaan Jerman kala itu yang mengatakan beberapa tentara Indonesia mulai mendatangi kantor-kantor perwakilan negara Barat di Jakarta.
Mereka mengatakan, tentara mulai berencana menggulingkan Sukarno karena sikapnya yang mendukung PKI. Sumber diplomat Jerman mengatakan para pejabat angkatan bersenjata Indonesia pada 10 Oktober menyambangi Sukarno untuk membicarakan pemberontakan PKI pada 30 September yang menculik dan membunuh enam jenderal.
ADVERTISEMENT
Namun mereka pulang dengan perasaan frustrasi karena Sukarno menolak melihat dokumen pemberontakan PKI. Bahkan Sukarno memarahi mereka karena menghina PKI. Sikap yang sama ditunjukkan Sukarno ketika disambangi Jenderal Nasution pada 11 Oktober.
Dokumen Rahasia AS (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Rahasia AS (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
Menurut para diplomat Jerman, tentara Indonesia mempertimbangkan untuk bergerak secepatnya untuk menggulingkan Sukarno. Namun dia menegaskan bahwa ini baru pertimbangan, bukan keputusan.
"Jika dilakukan, penggulingan akan dilaksanakan secara tiba-tiba tanpa peringatan dan Sukarno akan digantikan oleh pemerintahan gabungan sipil-junta militer," tulis telegram tersebut.
Adnan Buyung Nasution
Akibat frustasi pada sikap Sukarno, tentara dan rakyat bergerak sendiri memberantas PKI. Dalam telegram tertanggal 23 Oktober 1965, Adnan Buyung Nasution yang kala itu menjabat asisten jaksa agung bertemu dengan Sekretaris Kedua Kedutaan AS Robert Rich.
ADVERTISEMENT
Adnan yang kala itu berusia 31 tahun mengatakan kepada Rich bahwa PNI dan Masyumi "harus memberantas Komunis untuk menghancurkan kekuatan PKI."
Dia juga mengatakan bahwa "Tentara telah mengeksekusi banyak komunis tapi keadaan ini harus ditutup rapat" dan "tindakan represi tentara terhadap PKI disembunyikan dari Sukarno."
Pernyataan Adnan ini sesuai dengan keadaan keamanan yang memburuk di Indonesia kala itu. Dalam telegram AS tanggal 18 Oktober 1965 disebutkan bahwa sikap anti-PKI telah meluas tidak hanya di Jakarta, tapi juga ke Medan, Sumatra Selatan, Makassar, dan yang terparah di Jawa.
Telegram itu mengutip Sutarto, asisten menteri penerangan kala itu Ruslan Abdulgani. Dia mengatakan soal rencana mengeksekusi mati para petinggi PKI. "Kita mungkin harus menggantung Aidit, Njoto, dan Lukman di Lapangan Banteng untuk menunjukkan orang seperti apa mereka," kata Sutarto kala itu.
ADVERTISEMENT
Bahkan Sutarto mengungkapkan rencana pembunuhan terhadap Omar Dani, Menteri Panglima Angkatan Udara Indonesia.
"Omar Dani harus mengundurkan diri atau kami harus membunuh dia." kata Sutarto. Empat pejabat AURI juga harus mundur, kata Sutarto, yaitu Sri Muljono, Suryadarma, Abdoerachmat, dan seorang yang tidak disebut namanya.
Dokumen Rahasia AS (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Rahasia AS (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
Pembantaian PKI
Telegram dari Kedubes AS banyak menyinggung soal pembunuhan massal anggota PKI di Indonesia. Dalam dokumen tertanggal 4 November 1965, upaya pembersihan PKI dilakukan di Surabaya, terutama di daerah Blitar.
Dalam sejarahnya, daerah Blitar menjadi salah satu wilayah terakhir yang dikuasai PKI. Pemberantasan PKI di Blitar dikenal dengan operasi Trisula, sebuah perang gerilya yang berlangsung hingga tahun 1966.
Sentimen terhadap PKI meluas menjadi kebencian terhadap warga keturunan China di beberapa wilayah Indonesia. Hal ini tertuang dalam telegram Kedubes AS tanggal 12 November 1965.
ADVERTISEMENT
Duta Besar AS Marshall Green saat itu mengutip laporan pemimpin Protestan yang mengatakan "90 persen toko milik warga China di Makassar diserang dan isinya dihancurkan pada kerusuhan 10 November yang melibatkan semua masyarakat."
"Muslim di Bone dilaporkan menerobos ke kamp detensi dan membunuh 200 tahanan PKI."
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
zoom-in-whitePerbesar
Partai Komunis Indonesia (PKI) (Foto: Wikipedia)
Telegram tanggal 29 November 1965 menggambarkan detail pembantaian terhadap PKI. Misionaris melaporkan, di Tulungagung ada 15 ribu komunis yang dibunuh. Pembunuhan terhadap PKI dianggap sebagai Perang Suci, kata misionaris tersebut.
"Membunuh orang Kafir memberikan tiket ke surga dan jika darah korban diusapkan ke wajah maka akan lebih terjamin," ujar misionaris itu. Kedutaan AS menganggap laporan itu terlalu berlebihan, namun mereka tidak menampik adanya pembantaian.
ADVERTISEMENT
Soeharto Tahu
Telegram tertanggap 30 November 1965 menyebutkan bahwa Soeharto "mendukung, atau memerintahkan, pembunuhan massal terhadap anggota PKI".
"Dalam berbagai pertemuan dengan pemimpin pemuda dari berbagai partai, Jenderal Nasution mengungkapkan keinginannya untuk meneruskan kampanye represi terhadap PKI, yang telah mencapai tahap eksekusi massal di beberapa provinsi Indonesia, yang tampaknya atas perintah Jenderal Soeharto setidaknya di Jawa Tengah," tulis telegram itu.
Dalam dokumen tanggal 21 Desember 1965, disebutkan tentara mulai membatasi kekuasaan Sukarno. Saat itu, sedikitnya 100 ribu orang anggota PKI tewas terbunuh, 10 ribu di antaranya di Bali ketika tentara Brawijaya pimpinan Sarwo Edhie Wibowo tiba.
Dokumen Rahasia AS. (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Rahasia AS. (Foto: http://nsarchive2.gwu.edu)
Sebulan Sebelum Sukarno Digulingkan
Telegram tanggal 7 Februari 1966 menggambarkan satu bulan sebelum Sukarno digulingkan. Kondisi Sukarno setelah pemberontakan G30S/PKI menurut Kedutaan AS saat itu seperti "bercerai dengan realitas".
ADVERTISEMENT
"Presiden Sukarno seperti bercerai dengan realitas ekonomi dan politik di Indonesia, seperti Raja Louis IV di abad ke-18 Prancis. Demo mahasiswa dimana-mana memprotes kenaikan harga, Sukarno malah berbicara soal pentingnya monumen nasional," tulis Kedubes AS.
Di tengah situasi politik yang tengah berkecamuk, menurut Kedubes AS, Sukarno malah asyik berkeliling kota untuk mencari lokasi pendirian monumen baru yang memakan biaya hingga 11 juta dolar AS.
"Perubahan politik indonesia melalui penghancuran Partai Komunis sepertinya telah mengubah sikap Sukarno tapi dia masih tetap berpegang pada slogannya untuk persatuan Nasakom," ujar telegram AS.
Menkopolhukam Wiranto tidak mengkonfirmasi soal dokumen Kedubes AS tersebut. "Tunggu, tunggu," kata Wiranto singkat di Istana Bogor ketika coba dimintai konfirmasi.
ADVERTISEMENT
Juru bicara Kedutaan Besar AS Rakesh Surampudi tidak mengomentari isi dari dokumen-dokumen rahasia tersebut. Namun dia membenarkan bahwa AS mengirim banyak sekali dokumen ketika tragedi 1965 terjadi.
"Pemerintah AS telah membuat banyak sekali dokumen dan informasi publik untuk menjelaskan hubungan luar negeri antara Amerika Serikat dan Indonesia selama periode tragedi itu," kata Surampudi kepada kumparan.