Konten dari Pengguna

Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran

Denny Armandhanu
Pernah jadi editor @Kumparan.
3 Januari 2018 12:03 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denny Armandhanu tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pekan ini redaksi kumparan disibukkan dengan pemberitaan soal aksi protes di Iran. Tidak main-main, puluhan ribu orang turun ke jalan di puluhan kota Iran, bikin pemeritah Khamenei dan Rouhani kaget.
ADVERTISEMENT
Bermula pada Kamis lalu, massa di kota Masshad yang mempelopori aksi. Merembet ke kota-kota lainnya, bahkan hingga ke jantung pemerintahan di Teheran. Mereka memprotes kenaikan harga kebutuhan pokok, sembako.
Harga sembako di Iran naik pesat. Ada sembilan bahan pokok, namun yang selalu dijadikan contoh oleh media-media adalah telur. Iya, telur.
Harga telur di Iran meroket pekan lalu, sebanyak 50 persen, berdasarkan laporan kantor berita Iran, Mehr. Satu keranjang berisi 30 telur harganya 210 ribu riyal, lebih dari Rp 85 ribu, dua kali lipat dibanding harga biasanya.
Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran (1)
zoom-in-whitePerbesar
Kenaikan harga telur ini dipicu salah satunya oleh naiknya harga pakan ternak hingga 80 persen. Ada juga alasan penyakit pada unggas yang membuat Iran terpaksa mengimpor 20 ribu ton telur yang harganya tentu lebih mahal ketimbang produk lokal.
ADVERTISEMENT
Tentu saja protes akibat naiknya harga telur di Iran adalah puncak gunung es yang dasarnya lebih besar dari itu. Ada rencana kenaikan harga bahan bakar, dugaan korupsi, pengekangan kebebasan gaya hidup, dan lain-lain, dan seterusnya, yang bikin rakyat marah.
Tapi perkara telur ini yang bikin saya teringat akan peristiwa reformasi 1998 yang menggulingkan Soeharto. Saya yang saat itu masih kelas 2 SMP atau kelas 8, baru sadar negara sedang krisis ekonomi saat tahu harga telur naik drastis.
Saya biasa disuruh ibu ke warung beli telur. Beberapa hari sebelumnya harga telur Rp 3.000 per kilo, tapi saat itu naik jadi Rp 12.000. Empat kali lipat!
Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran (2)
zoom-in-whitePerbesar
Saya ingat betul, soalnya uang saya kurang, terpaksa harus pulang dan minta lagi.
ADVERTISEMENT
"Hah, kurang?!" kata ibu saya yang saat itu sedang beli sayur di gerobakan depan rumah.
Kenaikan harga telur ini tentu saja bikin ketar-ketir. Telur itu sarapan setiap pagi, diceplok, didadar, dicampur mi instan, atau dibuat setengah matang untuk telur ayam kampung, nikmat. Kesenangan kami rakyat jelata ini untuk menyantap telur terancam. Terpaksa konsumsi telur harus dikurangi, bukan karena kolesterol, tapi berhemat.
Enggak lama setelah peristiwa "beli-telur-uangnya-kurang" itu, aksi protes pecah di seluruh Indonesia. Di Jakarta, mahasiswa tumpah ruah ke jalan, gedung DPR di Senayan dikuasai.
Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran (3)
zoom-in-whitePerbesar
Seperti di Iran, tembakan peluru tajam aparat pada peristiwa reformasi '98 tidak menyurutkan aksi, malah semakin membakarnya. Puncaknya, Soeharto mundur.
Perkara kenaikan harga bahan pokok yang bisa menggulingkan pemerintahan kiranya tidak hanya terjadi di Iran atau Indonesia. Ada peristiwa Revolusi Prancis yang juga dipicu kenaikan harga makanan.
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya "Cuisine and Culture: A History of Food & People", ahli kuliner Linda Civitello yang dikutip dari majalah Smithsonian, mengatakan Revolusi Prancis dipicu oleh kenaikan harga roti. Bagi orang Prancis, roti itu ibarat nasi buat kita, tidak bisa hidup tanpanya.
Pemerintah Prancis paham betul itu. Menjaga ketersediaan roti yang murah berarti juga menjaga ketertiban masyarakat.
Menurut sejarawan Sylvia Neely dalam bukunya "A Concise History of the French Revolution" ketertiban di Prancis goyang setelah harga roti naik karena gagal panen selama dua tahun berturut-turut pada 1788 dan 1789.
Kenaikan Harga Telur, Reformasi 1998, dan Demo Besar di Iran (4)
zoom-in-whitePerbesar
Sebelumnya, 50 persen upah harian kelas pekerja Prancis di abad ke-18 habis untuk beli roti. Dengan kenaikan harga, roti menghabiskan 88 persen dari upah mereka. Pemerintah lantas disalahkan atas kelaparan dan kesulitan ekonomi. Protes pecah, monarki Prancis terguling.
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga telur atau roti jelas sama sekali bukan simplifikasi dari penyebab protes di Iran, Indonesia, apalagi Prancis. Tapi perut yang kosong karena tidak mampu beli makanan bikin rakyat marah. Tinggal tunggu waktu sampai kemarahan itu memuncak dan meletus.
Btw, harga telur sekarang juga lagi gila, Rp 28 ribu sekilo!