Kronik Suap Rolls-Royce di Dunia Penerbangan Indonesia

19 Januari 2017 14:51 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:19 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Kantor Rolls Royce. (Foto: Wikimedia commons/Janee )
zoom-in-whitePerbesar
Kantor Rolls Royce. (Foto: Wikimedia commons/Janee )
Dalam empat tahun terakhir kantor penyidik Inggris, Serious Fraud Office (SFO), menyelidiki kasus dugaan suap produsen mesin pesawat Rolls-Royce di berbagai negara, salah satunya di Indonesia. Di negara ini, jejak suap Rolls-Royce terendus sejak tahun 1980-an di masa Orde Baru.
ADVERTISEMENT
Dalam dokumen penyelidikan SFO yang diterima kumparan, konspirasi Rolls-Royce untuk mendapatkan kontrak pembelian mesin pesawat di Indonesia tercatat mulai dari tahun 1989, terutama yang diincar adalah bisnis dengan maskapai nasional Garuda Indonesia.
Rolls-Royce disebut menggunakan jasa penghubung atau broker di Indonesia, SFO menggunakan istilah "intermediary" dengan nomor 1-8. Broker pertama Rolls-Royce di Indonesia, dalam penyelidikan SFO, adalah purnawirawan Angkatan Udara yang dekat dengan lingkaran Presiden Soeharto.
Broker ini mendapatkan persenan untuk setiap kesepakatan yang diperoleh dengan perusahaan aviasi Indonesia. Kesepakatan pertama adalah pembelian pesawat Fokker 100s bermesinkan Rolls-Royce Tay Turbofan. Untuk jasa ini, broker mendapatkan upah 300 ribu dolar AS, jumlah yang sangat besar saat itu.
Pada tahun 1991, broker ini mendapatkan komisi lebih dari 2 juta dolar AS untuk kesepakatan pembelian mesin Trent 700. Broker juga diberi mobil Rolls-Royce Silver Spirit II.
ADVERTISEMENT
Rolls Royce Silver Spirit 1985. (Foto: Wikimedia commons/Qwerty242)
zoom-in-whitePerbesar
Rolls Royce Silver Spirit 1985. (Foto: Wikimedia commons/Qwerty242)
Hubungan broker dan Rolls-Royce terjalin hingga pecah reformasi tahun 1998. Rolls-Royce saat itu khawatir pemerintahan yang baru akan menyelidiki kongsi mereka. Akhirnya, Rolls-Royce mencari lebih banyak broker yang bisa memuluskan penjualan.
Broker baru Rolls-Royce, disebut dengan "intermediary 8" memiliki perusahaan dan dekat dengan kroni-kroni Suharto. Broker baru ini beberapa kali berhasil meloloskan kesepakatan Rolls-Royce dengan maskapai penerbangan milik keluarga Suharto, Air Sempati.
Broker ini juga yang memperkenalkan beberapa pejabat senior Garuda kepada Rolls Royve. SFO menjabarkan, para pejabat senior Garuda ini menempati posisi Komisaris dan direktur di berbagai departemen Garuda. Mereka yang kemudian pada 2007 menjadi penentu kunci kesepakatan dengan Rolls-Royce.
Pada tahun 2012 melalui broker ini, Rolls-Royce disebut SFO menyuap para pejabat Garuda untuk kontrak pembelian Total Care, dan mesin T700 bagi pesawat Airbus A330. Pembayaran dilakukan dua kali, sebesar 1 juta dolar AS, pada bulan Maret 2012.
ADVERTISEMENT
Rolls Royce Trent 700 terpasang di Airbus. (Foto: Wikimedia commons/Laurent ERRERA)
zoom-in-whitePerbesar
Rolls Royce Trent 700 terpasang di Airbus. (Foto: Wikimedia commons/Laurent ERRERA)
Pembayaran suap dilakukan beberapa kali dengan nilai ratusan ribu dolar. Salah satunya pada Oktober 2010 berdasarkan penelusuran SFO, Rolls-Royce memberi suap melalui broker kepada seorang pejabat Garuda sebesar 100 ribu dolar AS. Selang tiga hari kemudian, uang 10 ribu dolar AS diberikan kembali ke orang yang sama.
Pembayaran dilakukan Rolls-Royce ke perusahaan broker di Singapura untuk diteruskan ke rekening pejabat terkait.
SFO menemukan bahwa pegawai Rolls-Royce sejak tahun 2009 telah mengetahui perkara suap yang dilakukan broker dan menganggapnya "tidak etis". Namun SFO mengecam Rolls-Royce yang tidak juga melakukan apa-apa, malah membiarkannya.
Penyelidikan SFO dimulai pada 2012 setelah ditemukan kejanggalan dalam data keuangan Rolls-Royce. Penyelidikan juga dilakukan oleh pengadilan Amerika Serikat dan Brasil. Dalam dokumen SFO, sama sekali tidak disebut nama-nama orang terkait.
ADVERTISEMENT
Garuda Indonesia (Foto: Wikimedia common/Terence Ong)
zoom-in-whitePerbesar
Garuda Indonesia (Foto: Wikimedia common/Terence Ong)
Dokumen ini keluar di tengah dugaan suap Mantan Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Emirsyah Satar senilai jutaan dolar Amerika Serikat. Suap itu diduga terkait pembelian pesawat Airbus A330 dengan mesin Rolls-Royce.
Tidak hanya di Indonesia, praktik ini diketahui juga dilakukan perusahaan itu di banyak negara, di antaranya Thailand, India, Rusia, Nigeria, China, Malaysia. Sementara di pengadilan Amerika Serikat, pihak Rolls-Royce mengaku menyuap pejabat di perusahaan-perusahaan energi di Kazakhstan, Thailand, Brasil, Azerbaijan, Angola dan Irak.
Rolls-Royce, sepakat membayar 800 juta dolar AS untuk penangguhan tuntutan atas tuduhan suap ini. Namun SFO menegaskan bahwa penyelidikan masih akan dilakukan di tataran individu yang terlibat.