Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Sensus: Jomblo di Jepang Semakin Tua dan Bertambah
10 Mei 2017 17:48 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:17 WIB
ADVERTISEMENT
Jumlah pria lajang alias jomblo berusia paruh baya terus meningkat di Jepang. Keengganan para pria menikah dikhawatirkan akan memperparah krisis demografi di negara itu.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan sensus terbaru National Institute of Population and Social Security Research yang dikutip The Independent, Selasa (9/5), hampir seperempat dari jumlah pria berusia 50 tahun di Jepang belum menikah.
Sensus itu juga menyebutkan, satu dari tujuh wanita Jepang berusia 50 tahun belum menikah.
Jumlah ini adalah rekor tertinggi sejak sensus semacam ini dimulai pada 1920. Jumlah pria jomblo juga meningkat 3,2 persen, sementara wanita 3,4 persen, dari sensus terakhir pada 2010.
Institut itu juga mengatakan jumlah jomblo di Jepang kemungkinan besar akan meningkat. Pasalnya, survei menunjukkan semakin banyak pemuda Jepang yang enggan menikah.
Sensus juga menemukan lebih dari 4 juta pria lajang paruh baya masih tinggal dengan orang tuanya dan bergantung secara finansial kepada mereka. Untuk pria tipe ini, peneliti menyebut mereka "jomblo parasit."
ADVERTISEMENT
Akibat kecilnya angka pernikahan, angka kelahiran di Jepang merosot drastis. Tahun lalu, untuk pertama kalinya sejak pencatatan dilakukan, angka kelahiran di Jepang turun drastis hingga di bawah 1 juta.
Populasi Jepang anjlok dari 127 juta menjadi 88 juta pada 2016. Pada 2115, populasi negara itu diperkirakan turun hingga hanya 51 juta.
Pada 2065, para peneliti memperkirakan Jepang akan mengalami krisis demografi karena 40 persen populasinya adalah warga lansia yang tidak produktif. Perekonomian Jepang akan terancam.