Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Tentara Myanmar Bunuh Bayi Rohingya di Depan Ibunya
5 Februari 2017 12:33 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
ADVERTISEMENT
Kekejaman tentara Myanmar terhadap kelompok etnis minoritas Muslim Rohingya terbukti bukan isapan jempol. Penyidik HAM PBB dalam laporannya mengungkapkan pembantaian tentara terhadap warga Rohingya, termasuk seorang bayi berusia 8 bulan yang dibunuh di depan ibunya.
ADVERTISEMENT
Laporan ini disampaikan oleh kepala HAM PBB, Zeid Ra'ad al-Hussein, Jumat lalu yang dikutip Associated Press. Laporan tersebut berdasarkan wawancara dengan para korban bulan lalu.
Badan HAM PBB mengatakan kekerasan terhadap Rohingya telah menyebar dan sistematis. Mereka dibunuhi, dihilangkan paksa, disiksa, diperkosa dan mengalami kekerasan seksual lainnya. Berdasarkan laporan ini, tentara dan aparat keamanan Myanmar telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan.
Penyelidikan PBB menemukan masjid-masjid di desa-desa Rohingya dijadikan tempat kejahatan. Di tempat ibadah ini, wanita Rohingya diperkosa. Kemudian masjid tersebut dibakar.
Juru bicara badan HAM PBB Ravina Shamdasani mengatakan dari 101 satu wanita Rohingya yang diwawancara, setengah dari mereka mengaku diperkosa dan mengalami penyerangan seksual.
Salah satu peristiwa yang mencengangkan adalah pembunuhan bayi berusia delapan bulan oleh tentara Myanmar dengan pisau. Penyelidikan menemukan bahwa Ibu bayi itu diperkosa beramai-ramai oleh lima aparat keamanan sementara bayinya dibunuh.
ADVERTISEMENT
"Kebencian macam apa yang bisa membuat seorang pria menikam bayi yang menangis karena ingin susu ibunya?" kata Zeid dalam pernyataannya.
Rohingya sejak tahun lalu kembali menjadi sasaran kekerasan setelah terjadi penyerangan yang menewaskan polisi di perbatasan. Sekitar 65 ribu warga Rohingya kabur mengungsi ke Bangladesh.
Aung San Suu Kyi, peraih Nobel perdamaian yang digadang sebagai tokoh demokrasi Myanmar bergeming atas kekerasan ini. Pemerintah Suu Kyi tidak juga melakukan sesuatu kendati bukti-bukti kebencian terhadap Rohingya di negaranya kian jelas.
Ini juga bukan kali pertama laporan kekerasan terhadap tentara Myanmar dikeluarkan lembaga penyidik. Walau banyak laporan berdatangan, seakan masuk telinga kanan keluar telinga kiri bagi pemerintah Myanmar.
"Kekerasan masih terus terjadi, orang-orang masih mengungsi. Hal terpenting sekarang adalah menghentikan peristiwa ini," kata ketua penyidik lembaga HAM PBB, Linnea Arvidsson.
ADVERTISEMENT