Teriakan Marwan Barghouti Menembus Dinding Sel Israel

18 April 2017 10:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Marwan Barghouti. (Foto: Reuters/Ammar Awad)
Awal pekan ini sedikitnya 1.500 tahanan Palestina menggelar aksi mogok makan. Mereka menuntut perbaikan kondisi dan perlakuan di penjara yang dianggap tidak manusiawi, serta dihentikannya penahanan paksa warga Palestina tanpa proses pengadilan.
ADVERTISEMENT
Dalam lima dekade terakhir, organisasi HAM Palestina Addameer, mencatat lebih dari 800 ribu warga Palestina ditahan oleh Israel, setara 40 persen populasi pria di Palestina. Saat ini ada sekitar 6.500 tahanan di 22 penjara Israel. Bisa dibilang, setidaknya ada satu orang dari setiap keluarga di Palestina yang pernah dipenjara oleh Israel.
Aksi mogok makan kali ini adalah yang terbesar dalam lima tahun terakhir. Hampir saja aksi ini tidak terendus dunia jika saja Marwan Barghouti tidak mengumumkannya di media. Tokoh politik Fatah yang divonis seumur hidup di penjara Israel ini berhasil menyusupkan tulisan tangannya untuk diterbitkan di koran The New York Times hari Minggu lalu.
Dari tulisannya ini, teriakan dan kemarahan Barghouti telah menembus dinding sel Israel dan memekakkan telinga dunia.
ADVERTISEMENT
Aksi solidaritas Palestina untuk tahanan Israel. (Foto: Reuters/Mohamad Torokman)
"Setelah menghabiskan 15 tahun terakhir di penjara Israel, saya menjadi saksi dan korban dari sistem penahanan massal ilegal Israel dan perlakuan buruk terhadap tahanan Palestina," tulis Barghouti.
Atas tulisannya tersebut, Barghouti dipindahkan Israel ke penjara lain, ditempatkan di sel tunggal.
"Mogok makan adalah bentuk perlawanan paling damai. Aksi ini menyebabkan kesakitan hanya kepada pelakunya dan orang-orang yang tercinta, dengan harapan, perut yang kosong dan pengorbanan mereka akan membantu tersampaikannya pesan, menembus sel kurungan yang gelap," lanjut Barghouti.
Barghouti ditahan Israel dalam aksi protes yang berakhir ricuh dan didakwa atas beberapa kasus pembunuhan. Dalam pengadilan Israel, Barghouti divonis lima kali hukuman seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Pria 57 tahun yang disebut layak menggantikan Mahmoud Abbas sebagai presiden Palestina ini telah keluar masuk penjara Israel. Dia pantang melakukan pembelaan karena menolak keabsahan pengadilan Israel.
"Saya baru berumur 15 tahun saat pertama kali dipenjara. Saya hampir 18 tahun ketika penyidik Israel memaksa saya mengangkang telanjang bulat di ruang interogasi, sebelum dia memukul kemaluan saya. Saya pingsan karena kesakitan. Penyidik menghina saya, mengatakan saya tidak akan pernah punya anak karena orang-orang seperti saya hanya melahirkan teroris dan pembunuh," tulis Barghouti.
Aksi solidaritas Palestina untuk tahanan Israel. (Foto: Reuters/Mohamad Torokman)
Barghouti mengenang saat-saat dia memimpin mogok makan di penjara, di hari ketika putra pertamanya lahir. Dalam tradisi Palestina, kelahiran anak ditandai dengan dibagikannya permen oleh sang ayah sebagai bentuk kebahagiaan.
ADVERTISEMENT
"Bukannya permen, saya membagikan garam ke tahanan yang lain. Saat putra saya berusia 18 tahun, dia ditangkap dan menghabiskan empat tahun di penjara Israel," ujar ayah dari empat anak ini.
Menurut data Palestinian Prisoners Club, sekitar 200 tahanan Palestina tewas akibat perlakuan buruk di penjara Israel sejak 1967. Barghouti menegaskan bahwa Israel berkali-kali melanggar hukum internasional terhadap para tahanan.
Barghouti menegaskan bahwa belenggu Israel tidak akan membuat mereka lemah dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Dia menegaskan bahwa "rantai yang membelenggu akan hancur di hadapan kami, karena sifat dasar manusia adalah menyerukan kebebasan apapun taruhannya."
"Kebebasan dan hidup yang bermartabat adalah hak universal yang melekat dalam kemanusiaan, dinikmati oleh semua bangsa dan manusia. Tidak terkecuali warga Palestina. Hanya dengan mengakhiri penjajahan akan menghentikan ketidakadilan ini dan menandai lahirnya perdamaian," seru Barghouti.
ADVERTISEMENT