Gubernur Muslim, Alexis, dan Saham Pabrik Bir

Denny Bratha
Penikmat Buku dan Kopi...
Konten dari Pengguna
21 April 2017 2:38 WIB
Tulisan dari Denny Bratha tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beer (Foto: Pixabay)
Menyandang Predikat sebagai "Gubernur Muslim" yang akan memimpin Ibu Kota Negara Jakarta bukan perkara gampang bagi Anies Baswedan. Anies harus membuktikan bahwa kinerjanya ke depan di atas prestasi yang sudah dilakukan Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Tak kalah penting, Anies harus mampu memenuhi harapan warga DKI Jakarta untuk mewujudkan wajah Jakarta yang lebih “Islami” di masa mendatang.
ADVERTISEMENT
Anies bagi para pendukungnya adalah representasi pemimpin muslim yang diidam-idamkan. Dia merupakan “kontrasting” dari sosok Ahok. Anies disokong oleh PKS dan juga hampir seluruh Ormas Islam (sebagian dicap sebagai aliran Radikal).
Tentu saja, kemenangannya tidak bisa dilepaskan dari gelombang sentimen negatif terhadap Ahok yang dituding melecehkan Agama. Anies paham betul situasi ini dan seolah mensutujui Lebel “Gubernur Muslim”
Sepanjang masa kampanye, Anies kerap menyinyir persoalan moralitas dan ahlak. Mengkritik pelarangan kegiatan keagamaan seperti Tablik Akbar di Monas, takbir keliling dan potong Qurban di sekolah.
Anies secara vulgar mengkritik Ahok yang dianggap tidak tegas terhadap Alexis, Hotel di bilangan Jakarta Utara yang diasosiasikan sebagai tempat Prostitusi.
Dalam salah satu Video Campaign-nya, Anies juga menyampaikan pesan bahwa kemiskinan dan kegagalan pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab banyak anak-anak Jakarta yang terjerumus dalam lembah prostitusi.
ADVERTISEMENT
Bahkan sehari sebelum pencoblosan, Anies menyebut Pilkada DKI Jakarta adalah layaknya “Perang Badar”. Sebuah peristiwa perang besar yang dimenangkan Nabi Muhammad SAW melawan musuh yang jumlahnya 3 kali lipat dari pasukan Nabi.
Pendek kata, Anies sudah terlanjur dilabeli atau melebeli dirinya sebagai “Gubernur Muslim”. Sebuah lebel yang sesungguhnya sangat berat karena berdimensi duniawi dan akherat.
Saya percaya, Anies Baswedan tahu betul konsekwensi tersebut. Apalagi, Jakarta adalah miniatur Indonesia dengan keberagaman Suku dan Budaya. Pluralisme umat beragama. Dan tentu saja, kota gemerlap yang menawarkan beragam godaan.
Kita tidak perlu berandai-andai Anies akan menutup Alexis. Ada puluhan tempat seperti Alexis di seantero Jakarta.
Sehari setelah memenangi Pilkada, Anies menyatakan bahwa penutupan Alexis harus sesuai Peraturan Daerah. Proses Revisi Peraturan Daerah akan melibatkan banyak kepentingan, dan ini memakan proses yang sangat pelik dan panjang.
ADVERTISEMENT
Mari kita mulai dari pertanyaan yang lebih sederhana. Beranikah Anies Baswedan melepas kepemilikan saham Pemprov DKI Jakarta di PT Delta Jakarta Tbk, pemegang lisensi produksi dan distribusi beberapa merk bir internasional. Pemprov DKI memiliki saham sebesar 26,25 persen di perusahaan tersebut sejak tahun 1970.
Pada masa kepemimpinan Ahok, kepemilikan saham Pemprov DKI di perusahaan yang memproduksi Anker Bir, Carlsberg, San Miguel, dan Stout, sempat dipersoalkan oleh beberapa Ormas keagamaan (salah satunya adalah Front Pembela Islam), yang pada Pilkada mendukung Anies-Sandi.
Ahok blak-blakan menolak. Menurutnya, penyertaan saham Pemprov sudah sejak Ali Sadikin, dan DKI tidak pernah meningkatkan jumlah saham PT Delta Djakarta Tbk. Bukan hanya itu, DKI juga tidak pernah memberi penyertaan modal pemerintah (PMP) kepada perusahaan distribusi tersebut.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Ahok sempat mengatakan jika Pemprov memiliki uang akan membeli seluruh saham perusahaan bir tersebut karena dinilai menguntungkan.
PT Delta Djakarta termasuk BUMD yang sehat karena memberi laba bagi kas daerah DKI Jakarta. Tahun 2014, PT Delta Djakarta menyumbang sebanyak Rp 50 miliar kepada kas daerah. Lebih besar dari BUMD lainnya seperti PD Pasar Jaya dan PT Jakarta Propertindo.
Apakah bir haram? Tentu saja Haram. Karena mengandung Alkohol. Meskipun kadarnya kecil, tapi Islam tidak bertolerasi terhadap besar kecil kadar Alkohol, bahkan setetes saja haram hukumnya. Apalagi bir merupakan salah satu minuman wajib di tempat-tempat “indehoi”, seperti Alexis.
Lalu bagaimana status uang keuntungan dari pabrik bir tersebut, halal atau haram kah? - Saya tidak berkompeten menjawab itu, biarkan para ahli Agama yang menjawab.
ADVERTISEMENT
Alexis dan Pabrik Bir adalah dua ujian pertama yang harus dijawab Anies Baswedan setelah dirinya dilantik pada Oktober mendatang.
Menjadi “Gubernur Muslim” di Jakarta bukan perkara main-main. Sejarah yang akan mencatat, apakah Anies Baswedan konsisten “Satunya Kata dan Perbuatan” atau semua hal yang “Islami” sepanjang masa kampanye hanya jargon pemanis pendulang suara?
Memikul tanggungjawab sebagai pemimpin muslim sangatlah berat. Riwayat mengisahkan, kalimat pertama yang diucapkan oleh sahabat Nabi Muhammad SAW, Umar Bin Khatab, saat dilantik menjadi Khalifah adalah “Inalillahi Rojiun”.
Menjadi pemimpin adalah musibah.