Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengenal Lebih Dekat Chris Robinson, "Duta" Pencak Silat dari Amerika Serikat
14 Mei 2023 9:34 WIB
Tulisan dari Denny Zaelani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Yang menarik, bukan hanya masyarakat Indonesia, masyarakat asing pun dengan semangat dan tanpa pamrih mengenalkan Indonesia melalui jalur seni dan budaya di negara tempat tinggalnya masing-masing, termasuk di Amerika Serikat (AS). Salah satunya adalah Chris Robinson.
Pria asli negeri Paman Sam yang tinggal di Kota Yorktown, Negara Bagian Virginia, tersebut adalah salah satu pegiat aktif pencak silat di AS. Pria yang akrab dipanggil Chris tersebut telah mempelajari macam-macam seni bela diri selama lebih dari 35 tahun, antara lain karate, krav maga, dan systema. Pada akhirnya, hati pria yang juga sering dipanggil Guru Chris tersebut mantap memilih pencak silat sebagai labuhan akhirnya.
Chris Robinson dapat disebut sebagai salah satu duta budaya Indonesia di AS. Selain fokus mengajarkan pencak silat sebagai teknik bela diri, dia juga aktif memperkenalkan Indonesia melalui pencak silat kepada publik AS. KBRI Washington DC kerap melibatkan Chris sebagai salah satu mitra dalam kegiatan-kegiatan promosi budaya Indonesia di AS.
Selain selalu disertai semangat dan antusias yang ditinggi, partisipasi aktif tersebut boleh dikatakan tanpa pamrih hanya berdasarkan cinta dan kepedulian dalam membangun persahabatan yang erat antara masyarakat AS dan Indonesia.
Awal Mula Kecintaan terhadap Pencak Silat
ADVERTISEMENT
Begitu jawaban Chris ketika ditanya tentang awal perkenalannya dengan Pencak Silat di Hoshinfest, sebuah konferensi seni bela diri terbesar di AS, di Miami pada tahun 2018. Dia melihat seorang pesilat yang melakukan demonstrasi Silat sebagai alat pertahanan diri menggunakan kerambit atau pisau genggam kecil berbentuk melengkung yang digunakan para pendekar Silat.
Kepiawaian pesilat yang kala itu dapat menjatuhkan lawan dengan sangat taktis, cepat, dan cekatan membuat Chris jatuh cinta kepada silat pada pandangan pertama. Pengalaman tersebut drastis menggeser paradigma dan pemikirannya tentang seni bela diri, sebelum kemudian akhirnya fokus menekuni pencak silat sampai dengan hari ini.
Pedepokan Tempat Belajar Pencak Silat
Kecintaan Chris terhadap seni bela diri telah dimulai sejak kecil. Belajar bela diri memberikan dampak besar dan positif terhadap proses tumbuh kembang pribadinya. Hal tersebut mendorong pria yang sehari-harinya bekerja sebagai manajer pemasaran diler otomotif tersebut memiliki cita-cita untuk membuka sekolah bela dirinya sendiri.
Cita-cita tersebut terpenuhi ketika ia membuka Williamsburg Dojo, sekolah bela diri yang bertempat di Williamsburg, Virginia, pada tahun 2011 silam. Yang menarik, rasa cintanya yang besar terhadap pencak silat mendorong Guru Chris untuk menjadikan Dojo tersebut sebagai sebuah sekolah pencak silat .
ADVERTISEMENT
Menurutnya, pencak silat sarat filosofi, cara pandang, dan nilai-nilai positif masyarakat Indonesia yang patut dicontoh. Bahkan, selain mengajarkan nilai disiplin, kekeluargaan, dan kerja keras, jurus-jurus silat dapat memberikan gambaran umum kondisi geografis Indonesia.
Saat ini, pedepokan silat tersebut memiliki lebih dari 100 orang murid. Uniknya, tidak hanya didominasi pria dewasa pada umumnya, para wanita dan anak-anak juga memiliki kelas tersendiri.
Perekat Persahabatan Masyarakat AS-Indonesia
ADVERTISEMENT
Keseriusan Chris terhadap Pencak Silat membawanya ke Indonesia. Kunjungan pertamanya dilakukan pada tahun 208 ke Provinsi Sumatera Utara , tepatnya Padang dan Bukittinggi . Persahabatan dengan masyarakat Indonesia pun semakin terjalin. Selain dengan para guru dan praktisi silat tanah air, Chris mengaku senang bertemu dengan masyarakat Indonesia yang sangat ramah dan murah senyum.
ADVERTISEMENT
Nuansa kehangatan dan kekeluargaan tersebut menjadi antitesis atas asumsinya mengenai Indonesia yang selama ini cenderung lebih banyak dicitrakan secara minor oleh sumber-sumber pemberitaan mainstream di AS.
Ada hal unik juga soal asumsi. Dalam kunjungan pertamanya tersebut, Pak Rusli, guru silat Chris, kala itu menolak untuk berjabat tangan ketika pertama kali bertemu. Hal itu dikarenakan asumsi Pak Rusli tentang citra AS yang negatif, antara lain mengenai islamophobia. Namun, setelah komunikasi dan diskusi intens terjalin, Pak Rusli menjadi sahabat baik Chris selama di Sumatera Utara.
Pengalaman berharga tersebut semakin meyakinkan tekad Chris untuk terus memperkuat persahabatan masyarakat AS-Indonesia. Melalui pedepokannya itu, Chris tidak hanya mengajarkan para muridnya tentang pencak silat, namun juga Indonesia.
ADVERTISEMENT
Pedepokan silat milik Chris juga dipenuhi dengan benda-benda khas Indonesia antara lain bendera, keris, dan kerajinan-kerajinan. Katanya, semua itu ditujukan agar para muridnya lebih mengenal dan mencintai silat dan Indonesia.
Yang lebih menariknya lagi, tidak jarang Guru Chris melibatkan para muridnya untuk ikut serta mempromosikan Indonesia kepada masyarakat lokal. Salah satunya adalah kegiatan Williamsburg Christmas Parade, sebuah kegiatan parade akbar tahunan dalam rangka memperingati Hari Natal yang digelar oleh Kota Williasmburg, Virginia. Diisi oleh parade para komunitas seni, budaya dan kemasyarakatan di Williasmburg dan sekitarnya, kegiatan tersebut sedikitnya dihadiri oleh sekitar 10.000 orang setiap tahunnya.
Memaknai Keberadaan Guru Chris
ADVERTISEMENT
Chris Robinson bukanlah satu-satunya duta budaya Indonesia di luar negeri. Rasa cinta mereka yang tulus terhadap Indonesia menembus batas keterbatasan yang ada dalam membangun pengertian masyarakat negara-negara sahabat tentang Indonesia.
Terlebih disaat upaya diplomasi budaya Indonesia juga dihadapkan pada situasi keterbatasan dukungan dana dikarenakan krisis yang terjadi saat ini, mereka adalah oase di tengah padang pasir. Keberadaan mereka sangat membantu pelaksanaan diplomasi seni dan budaya agar tetap berjalan kreatif, inovatif, dan berdampak.
ADVERTISEMENT
Yang paling penting, bagi generasi penerus bangsa, kiprah tokoh inspiratif seperti Chris harus menjadi pelajaran berharga untuk terus merasa bangga dan melestarikan seni dan budaya Indonesia. Karena itu bukan hanya menjadi permata citra dan sumber daya bangsa, namun juga modal perekat kerukunan dan persahabatan antar bangsa yang diakui dunia.