Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Mengapa Belanda dan Italia Gagal ke Putaran Final Piala Dunia 2018?
14 November 2017 13:47 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
Tulisan dari Deny Gunawan Susandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Resmi sudah, gelaran Piala Dunia tahun depan di Rusia akan berlangsung tanpa kehadiran dua negara yang selama ini memiliki nama besar di kancah sepak bola: Italia dan Belanda. Absennya kedua kesebelasan dari pagelaran empat tahunan ini sedikit banyak pasti akan mempengaruhi bagaimana atmosfer kompetisi tersebut. Negara-negara yang jarang tampil di Piala Dunia justru mendapat tiket langsung ke Rusia. Sebut saja Mesir yang telah melalui perjuangan yang emosional, dan Islandia yang jumlah penduduknya kalah dengan jumlah PNS di Jawa Barat.
ADVERTISEMENT
Namun, pertanyaan menarik di balik gagalnya Italia dan Belanda ke putaran final Piala Dunia 2018 di Rusia adalah:
“how can they fail?”
Jawaban dari pertanyaan tersebut nantinya mungkin bisa digunakan untuk mempelajari juga mengapa Indonesia gagal ke Piala Dunia 2018. Bukan begitu? Anggap saja kita tinggal selangkah lagi menuju Piala Dunia. Baiklah, Mari kita mulai terlebih dahulu untuk tim nasional Belanda yang lebih dahulu dipastikan gagal melangkah ke Piala Dunia. Berikut poin-poinnya:
Belanda terlambat regenerasi pemain
Berbeda dengan tim nasional Spanyol, Belanda terlihat begitu kesulitan menemukan pemain-pemain muda yang cocok untuk menggantikan para pemain lawas di tim mereka. Playmaker sekelas Wesley Sneijder, winger lincah Arjen Robben, dan si kaki kiri beracun Robin Van Persie nyatanya tidak memiliki pengganti sepadan. Hal ini membuat pelatih Dick Advocaat jadi terlalu sering melakukan eksperimen susunan pemain.
Apa yang salah? Entahlah. Padahal Belanda adalah gudang akademi sepak bola yang menghasilkan pemain-pemain bintang. Sebut saja Ajax Amstedam yang alumninya tersebar di liga-liga top Eropa. Namun untuk menemukan siapa yang bisa menggantikan posisi Arjen Robben nyatanya begitu sulit. Mungkin tepat apa yang dilakukan Robben untuk pensiun dan “memaksa” tim nasionalnya untuk mencari pemain baru di posisi sayap kanan Belanda.
ADVERTISEMENT
Van Gaal pergi dan berubahnya gaya bermain
Belanda sebenarnya memiliki gaya bermain yang khas ketika Van Gaal menjadi pelatih timnas Belanda pada saat Belanda tampil di Piala Dunia 2014. Gaya bermain Belanda pada era Van Gaal adalah sepak bola direct yang berbeda sama sekali dengan pelatih-pelatih setelahnya. Serangan balik yang cepat, dan pengiriman umpan langsung dari lini belakang ke penyerang seperti gol Van Persie saat mengandaskan Spanyol adalah contohnya.
Pelatih seperti Guus Hiddink, Danny Blind, dan Dick Advocaat lebih senang bermain possession football dari kaki-ke-kaki yang tidak didukung kemampuan para pemain mengembangkan permainan. Hasilnya? Timnas Belanda kesulitan menembus pertahanan lawan-lawanannya.
Lalu, bagaimana dengan Italia?
Italia akhirnya harus menerima pil pahit setelah gagal ke putaran final Piala Dunia 2018. Babak play-off di San Siro, Senin (13/11/2017) malam atau Selasa dini hari WIB, timnas Italia hanya bermain imbang tanpa gol melawan Swedia. Kegagalan ini juga membuat Italia akhirnya absen di putaran final Piala Dunia untuk yang pertama kali sejak 60 tahun terakhir.
Italia sebenarnya memiliki skuad yang luar biasa. Segala lini mereka memiliki pemain pelapis yang sepadan. Sebut saja Buffon di posisi penjaga gawang yang sudah memiliki pengganti sekelas Gianluigi Donnarumma. Pada posisi bek? Jangan ditanya. Trio Barzagli, Bonucci, Chiellini sejauh ini terlihat jauh lebih menyeramkan ketimbang duet Pique-Sergio Ramos ditambah Jordi Alba dan Carvajal. Lini tengah dan depan? Italia memiliki nama beken (sekaligus muda) sekelas Verratti; Candreva, Belotti, Immobile, dan Insigne.
ADVERTISEMENT
Apa yang salah?
Seperti yang dikutip oleh Football Italia, Buffon mengatakan bila buruknya performa tim nasional Italia adalah karena mentalitas. Buffon menyebut kekalahan dari Spanyol adalah salah perusak mental pemain.
"Kekalahan dari Spanyol merusak kepercayaan diri kami. Sebelumnya, kami mungkin mengira berada di tingkat lebih superior. Kami masih membawa efeknya ke pertandingan ini," ujar kiper Juventus tersebut.
Jika dilihat dari hasil-hasil setelahnya, sepertinya apa yang dikatakan Buffon benar. Selepas kalah dari Spanyol dengan skor telak 0-3, Italia seperti kehilangan jiwa bertarungnya di atas lapangan hijau. Italia mencatat hasil imbang 1-1 melawan tim sekelas Makedonia, hanya menang 1-0 Albania, dan puncaknya mereka tak bisa menyetak sebiji gol pun di laga play-off melawan swedia.
ADVERTISEMENT
Jatuhnya mental tim (bukan hanya mental pemain) ternyata juga berdampak pada bagaimana Italia terus-terusan bermain tanpa kreativitas. Permainan Italia yang dari dulu dikenal melalui lapangan tengah kini hilang. formasi apik pun diubah ke 3-5-2. Permainan sayap Belotti dan kawan-kawan tidak berkembang dengan formasi ini. Berbeda dengan ketika mereka memiliki Andrea Pirlo yang mampu mengolah bola. Sebenarnya Italia masih punya De Rossi dan Veratti, namun keduanya tak saling mendukung, seperti ada komunikasi yang hilang di antara kedua pemain ini.
Andai saja Italia lebih cepat sadar bagaimana formasi ini tidak berjalan, mungkin Italia tidak perlu bermain hingga ke play off untuk memastikan satu tempat di putaran final Piala Dunia. Kalau sudah begini, “apa mau dikata” kalau kata orang Indonesia?
ADVERTISEMENT
Mungkin tanpa hadirnya dua tim besar, Belanda dan Itali, di Piala Dunia 2018 di Rusia akan sedikit banyak mempengaruhi keseruan pagelaran empat tahunan ini. Tapi, jangan lupa, masih ada Portugal dan Argentina yang tampil di Rusia nanti, atau ada Inggris yang liganya menyumbang banyak pemain untuk tampil di ajang tersebut. Seru? Sudah pasti, tapi bagi saya, akan lebih seru bila Indonesia bisa tampil di ajang bisa tersebut walau dari jalur “tuan rumah”.
Penulis adalah mahasiswa program pascasarjana Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia. Penulis dapat dihubungi via twitter dan Instagram di @denygunawans15
Sumber:
http://www.independent.co.uk/sport/football/international/holland-world-cup-2018-netherlands-sweden-a7993326.html
https://www.bolasport.com/read/bola/internasional/204176-buah-dari-regenerasi-stagnan-timnas-belanda?page=all
https://bola.okezone.com/read/2017/11/14/51/1813565/bermain-tanpa-kreativitas-sebab-italia-gagal-tembus-piala-dunia-2018
http://bola.kompas.com/read/2017/11/14/04435428/untuk-kali-pertama-sejak-1958-italia-gagal-lolos-ke-piala-dunia
https://soccer.sindonews.com/read/1257121/59/susunan-pemain-italia-vs-swedia-1510601024
https://bola.tempo.co/read/1022727/2-penyebab-italia-gagal-lolos-langsung-ke-piala-dunia-2018