Konten dari Pengguna

Mitos terkait Otak Kanan dan Otak Kiri dalam Kehidupan Masyarakat

Dephilia Rambu Raja Uju Decky
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
23 November 2021 12:32 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dephilia Rambu Raja Uju Decky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perbedaan Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri, Sumber Foto : freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perbedaan Fungsi Otak Kanan dan Otak Kiri, Sumber Foto : freepik.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kita tahu bahwa otak merupakan pusat dari berpikir, emosi, proses belajar, ingatan, dan sebagainya. Otak kita pun terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu otak kanan dan otak kiri. Kedua bagian otak ini memiliki struktur yang berbeda namun saling melengkapi satu sama lain. Jadi apakah sebenarnya manusia dapat dominan hanya dalam satu sisi otak saja? seperti yang sering dikatakan oleh kebanyakan orang atau masyarakat, misalnya “kamu berbakat menggambar, sudah pasti kamu dominan otak kanan” atau misal “kamu mahir matematika, pasti kamu dominan otak kiri”. Ternyata ungkapan yang sering diucapkan dalam masyarakat tersebut hanyalah suatu mitos, karena tidak ada seseorang yang hanya dominan pada satu sisi otaknya saja.
ADVERTISEMENT
Asal Usul Munculnya Mitos Dominan Otak Kanan atau Otak Kiri
Asal-usul mitos ini ternyata berawal dari Ilmuwan Prancis yang bernama Paul Broca. Paul Broca adalah orang yang menemukan bahwa ada bagian otak yang bertanggung jawab atas kemampuan berbicara pada manusia yang berada di bagian depan sebelah kiri otak. Maka ketika bagian ini rusak atau pembuluh darahnya pecah, maka akan menyebabkan kesulitan berbicara dan berkomunikasi. Selain itu, beliau juga menemukan bahwa jika kita memutus ‘jembatan’ antara otak kiri dan kanan yang bernama corpus callosum, kita bisa mengurangi kejang-kejang pada penderita epilepsi. Namun yang menyebarkan mitos tersebut bukanlah Paul Broca, melainkan mitos ini mulai muncul karena kesalahpahaman masyarakat yang menyimpulkan terkait penelitian Paul Broca tersebut dengan menganggap bahwa otak kiri-lah yang mengatur kemampuan linguistik, cara berkomunikasi serta berbahasa, lalu sebaliknya otak kanan dianggap sebagai tempat untuk memvisualisasikan sesuatu, sehingga orang-orang seperti seniman dianggap dominan pada otak bagian kanan.
ADVERTISEMENT
Mitos yang Beredar di Masyarakat hingga Sekarang Mengenai Dominasi Otak Kanan atau Otak Kiri
Menurut mitos yang beredar di kalangan masyarakat, dominasi salah satu sisi otak bisa memunculkan perbedaan kemampuan seseorang. Menurut kebanyakan orang, pada orang yang dominan otak kiri biasanya memiliki kemampuan lebih baik dalam menulis, menghitung, serta berpikir menggunakan logika dan mereka yang didominasi oleh otak kiri adalah pemikir yang kritis. Sementara orang yang lebih banyak menggunakan otak kanan biasanya akan cenderung lebih menyukai seni, dan sering menggunakan intuisi dalam memahami sesuatu. Selain itu mereka dianggap pandai bergaul sehingga punya kehidupan sosial yang lebih baik.
Pemahaman tersebut kemudian dikaitkan dalam pemilihan pekerjaan yang tepat untuk mereka yang dominan otak kanan dan otak kiri. Kebanyakan orang beranggapan bahwa pekerjaan seseorang yang dominan otak kiri biasanya berkaitan dengan ilmu dan teknologi, lalu hal-hal yang memerlukan analisis kritis. Sedangkan yang dominan otak kanan lebih disarankan pekerjaan yang berkaitan dengan kemampuan sosial dan kreativitas. Akhirnya karena hal itu, banyak orang yang merasa salah dalam memilih pekerjaan yang sebenarnya tidak terlalu cocok dengan kepribadiannya karena mendasarkannya pada dominasi bagian otak.
ADVERTISEMENT
Fakta yang Sebenarnya Berdasarkan Penelitian Para Ahli
Menurut seorang Ilmuwan dari University of Utah, yaitu Dr. Jeffrey Anderson dan seorang neuroscientist kognitif terkenal Michael Gazzaniga, mereka menemukan bahwa memang benar otak terbagi menjadi 2 bagian, dimana apa yang dilakukan di otak kiri seperti pemrosesan bahasa verbal dan fungsi logika, tak bisa dilakukan oleh otak kanan yang berfungsi dalam berkreativitas dan pengendalian ekspresi, begitu pula sebaliknya. Namun Dr. Jeffrey Anderson mengatakan bahwa tak ada bukti yang menunjukkan seseorang dominan hanya pada satu bagian otak saja.
Kemudian neuroscientist kognitif terkenal dari Harvard University yaitu Stephen M. Kosslyn juga mengatakan bahwa kedua bagian otak memang berfungsi secara berbeda, namun perbedaan ini tidak sejauh apa yang diyakini orang selama ini, misalnya otak kiri memproses detail kecilnya saja, sementara otak kanan melihat bentuk secara keseluruhannya, dan kedua bagian otak tersebut selalu bekerja sama sebagai sebuah sistem.
ADVERTISEMENT
Rawan Tarawneh MD, seorang ahli saraf dari Ohio State University Wexner Medical Center juga pernah mengatakan bahwa tidak ada dasar ilmiah untuk seseorang menggunakan satu belahan otak lebih sering daripada belahan lainnya. Tarawneh juga memberikan contoh misalnya ketika berbicara dan memahami bahasa maka otak kiri yang mengendalikan, namun belahan otak kanan yang memproses bahasa dan memahami intonasi percakapan secara emosional, inilah yang membuat kita bisa mendeteksi.
Kesimpulan
Tanpa kita sadari bahwa mitos terkait otak kanan dan otak kiri ini sudah menjadi sebuah isu yang sering dibicarakan di kalangan masyarakat. Berdasarkan mitos tersebut menganggap bahwa tiap orang pasti dominan pada satu bagian otak saja dan itu dijadikan sebagai acuan dalam menentukan pendidikan lanjutan serta memilih pekerjaan. Namun Faktanya, otak kanan dan kiri saling terhubung dan memiliki konektivitas yang sama, sehingga masing-masing otak saling bekerja sama dan tak ada yang mendominasi.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, melalui pembahasan kali ini kita menjadi mengerti bahwa seharusnya kita tidak perlu membatasi pemikiran dan kemampuan yang kita miliki dengan meyakini mitos ini. Maka daripada hanya terfokus dengan mitos yang ada, sehingga membuat kecenderungan terfokus hanya untuk memperhatikan sisi otak yang dominan, akan lebih baik jika melatih kemampuan dua sisi otak tersebut dan memaksimalkan cara kerja keduanya agar tetap berfungsi dengan baik satu sama lain.