Konten dari Pengguna

Perilaku Konsumtif dan Efek Bandwagon di Kalangan Generasi Z

Dephilia Rambu Raja Uju Decky
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
20 Mei 2022 14:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dephilia Rambu Raja Uju Decky tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Ilustrasi bandwagon effect dan perilaku konsumtif
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Ilustrasi bandwagon effect dan perilaku konsumtif
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
“Aku beli ini karena lagi viral di media sosial”
Pasti sangat tidak asing di kalangan generasi Z bila mendengar kata-kata tersebut sering diucapkan oleh banyak orang di zaman digital seperti saat ini. Kata viral dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki makna menyebar luas dengan cepat. Kata viral biasanya digunakan sebagai istilah di dunia maya untuk menggambarkan cepatnya penyebaran suatu berita atau informasi. Arti lainnya dari viral adalah menyebar luas dengan cepat bagaikan virus.
ADVERTISEMENT
Dalam banyaknya masyarakat yang menggunakan media sosial terutama kaum generasi Z di zaman seperti saat ini, membuat segala hal dan peristiwa sangat mudah menyebar secara cepat melalui sosial media, dan hal inilah yang menyebabkan terjadinya fenomena efek bandwagon dan perilaku konsumtif yang tinggi di masa sekarang terutama di kalangan generasi Z.
Mengamati fenomena maraknya barang-barang viral yang banyak berlalu-lalang di media sosial serta respon masyarakat terhadap barang tersebut membuat kebanyakan masyarakat tergiur untuk membelinya, khususnya di tiktok dan twitter, banyak sekali produk yang viral entah itu karena banyak publik figur yang dibayar untuk mengiklankan, strategi pemasaran yang bagus, atau memang karena kualitas produk yang layak sehingga mendapat perhatian lebih dan kesan yang bagus dari masyarakat.
ADVERTISEMENT

Efek Bandwagon

Mengapa fenomena efek bandwagon cenderung lebih banyak dialami oleh remaja atau kalangan anak muda?
Efek Bandwagon (perilaku ikut-ikutan terhadap tren yang ada) cenderung lebih banyak dialami oleh kalangan anak muda atau generasi Z, hal tersebut dikarenakan tingginya penggunaan media sosial pada saat ini terutama di Indonesia. Hal tersebut diperkuat dengan data yang ada dimana menurut survei dari Napoleon Cat, rentang usia pengguna media sosial tertinggi saat ini di Indonesia dimulai dari rentang umur 18-24 tahun. Jadi tidak heran bila saat ini banyak sekali anak muda yang mengikuti tren yang ada di dalam media sosial.
Mayoritas anak muda memiliki sifat dan pemikiran yang belum benar-benar matang. Kecenderungan anak muda berperilaku atau bertindak tanpa berpikir untuk jangka waktu panjang juga menjadi salah satu alasan mengapa anak muda lebih mudah terpengaruh tren yang ada.
ADVERTISEMENT
Keinginan untuk mencari jati diri pada anak muda juga membuat mereka berusaha untuk bisa sama dengan orang lain karena perasaan takut dikucilkan, takut berbeda, dan takut tertinggal dari orang lain. Hal tersebut membuat kaum generasi Z lebih mudah terpapar oleh pengaruh gaya hidup ikut-ikutan tersebut.

Dampak yang Ditimbulkan dari Fenomena Efek Bandwagon dan Perilaku Konsumtif

Efek bandwagon serta perilaku konsumtif dapat menyebabkan berbagai macam hal yang bersifat negatif pada diri seseorang. Berikut beberapa dampak yang dapat terjadi akibat fenomena efek bandwagon serta perilaku konsumtif di kalangan masyarakat terutama di kalangan anak muda / genenerasi Z:
• Dapat memengaruhi kondisi keuangan.
Seorang remaja atau anak muda yang pemikirannya masih labil cenderung membeli sesuatu hanya untuk ikut-ikutan tanpa berpikir mengenai manfaatnya untuk jangka panjang. Berdasarkan analisis data, dapat kita simpulkan bahwa mayoritas anak muda atau remaja lebih mudah tertarik oleh promosi serta tren yang sedang banyak dibicarakan. Kecenderungan dan keinginan agar bisa menjadi seperti idolanya pun terkadang membuat seorang remaja dapat berperilaku konsumtif.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelitian yang kami lakukan terhadap pengikut akun media sosial Tasya Farasya, kebanyakan anak muda cenderung memiliki keinginan untuk bisa tampil seperti Tasya Farasya sehingga banyak dari mereka rela mengeluarkan uang yang relatif besar nominalnya untuk dapat membeli produk perawatan kulit, perias wajah, atau produk lainnya yang Tasya Farasya gunakan. Tanpa disadari, hal tersebut dapat menjadi suatu kebiasaan yang buruk dan dapat menyebabkan pola hidup yang boros.
• Membuat seseorang cemas dan tidak tenang saat ia tidak dapat mengikuti tren yang ada.
Media Sosial seperti Instagram, Facebook, dan Youtube saat ini digunakan sebagai tempat untuk memamerkan apa yang mereka miliki. Kemudahan dalam mengakses dan melihat kegiatan orang lain di media sosial cenderung membuat seseorang merasa tidak percaya diri bila mereka tidak bisa mengikuti tren yang ada dan tidak bisa sama dengan orang lain. Keinginan atau kecenderungan untuk terlihat sempurna dan baik seperti orang lain di media sosial membuat seseorang akan merasa cemas bahkan hingga mengalami depresi. Hal ini terjadi terutama pada para remaja yang pemikiran dan sifatnya masih labil serta masih mencari jati diri mereka yang sebenarnya. Mengikuti tren yang ada sepertinya menjadi suatu hal yang sangat penting untuk mereka lakukan agar mereka tidak merasa tertinggal dari orang lain.
ADVERTISEMENT

Cara Mencegah dan Mengatasi Fenomena Efek Bandwagon dan Perilaku Konsumtif :

• Memprioritaskan kebutuhan dibandingkan keinginan.
Mengutamakan kebutuhan diatas keinginan adalah hal yang sangat tepat untuk mencegah timbulnya efek bandwagon dan perilaku konsumtif. Dalam kasus tersebut, bila diamati, kebanyakan subjek penelitian cenderung hanya ikut- ikutan saja dalam menggunakan produk perawatan wajah dan perias wajah yang dipakai Tasya Farasya, hal tersebut dapat dicegah dengan membeli kedua barang tersebut seperlunya, misalnya saat sedang mengalami permasalahan pada wajah seperti jerawat. Tidak ada salahnya melihat rekomendasi dari apa yang Tasya Farasya gunakan untuk dapat menyembuhkan wajah yang sedang mengalami masalah, namun, belilah secukupnya sesuai dengan apa yang sedang dibutuhkan saat itu. Jangan membeli produk secara berlebihan karena sebenarnya belum tentu hal tersebut benar-benar digunakan dan dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
• Meningkatkan komitmen untuk dapat menahan diri
Memiliki komitmen dalam diri dan memegang teguh komitmen tersebut juga merupakan cara yang sangat efektif bagi seseorang untuk mencegah timbulnya efek bandwagon dan perilaku konsumtif.
Gunakanlah media sosial secara bijak dengan menyaring hal yang baik maupun yang kurang baik untuk diikuti. Penyaringan konten media sosial sangat berpengaruh besar pada kepribadian diri, bila seseorang cenderung mengikuti orang-orang dengan gaya hidup yang hedonisme dan senang melakukan pamer di media sosial, maka orang tersebut akan cenderung memiliki keinginan untuk dapat mengikuti gaya hidup mereka.
• Mencari alternatif lain saat efek bandwagon terjadi
Hal ini dapat dijadikan alternatif untuk menghindari efek negatif dan meningkatkan kemungkinan untuk mendapat keuntungan yang lebih besar.
ADVERTISEMENT
• Melakukan regulasi diri
Ketika dihadapkan dengan situasi yang dapat menyebabkan efek bandwagon, kita dapat mempertimbangkan bagaimana kita akan bertindak, gunakanlah kemampuan berpikir secara rasional dengan menciptakan pembatas pada pikiran kita. Sebagai contoh, kita bisa bertanya pada diri kita sendiri "Apa yang sebaiknya saya lakukan?"
Dalam pembahasan di atas maka dapat dipetik kesimpulan bahwa sebaiknya generasi Z lebih memprioritaskan kebutuhan dibandingkan
keinginan. Mengutamakan kebutuhan di atas keinginan adalah hal yang tepat untuk mencegah munculnya efek bandwagon dan juga perilaku konsumtif.
INGAT!!! Jangan merasa takut akan ketertinggalan bila kalian tidak dapat mengikuti tren yang sedang viral di media sosial ya…