Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Korupsi dalam Politik: Mengapa ini Masih Terjadi?
3 Mei 2025 15:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Dede Riris Novitabilah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Korupsi dalam dunia politik bukanlah isu yang baru. Sejak zaman kolonial hingga era modern, praktik kotor ini terus berkembang dan mengakar dalam banyak sistem pemerintahan di seluruh dunia, tak terkecuali Indonesia. Walaupun berbagai upaya pencegahan telah dilakukan, korupsi seolah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari politik. Lalu, mengapa hal ini masih terjadi, meskipun banyak upaya dan regulasi telah diterapkan?
ADVERTISEMENT
Korupsi politik sering kali berakar pada sistem kekuasaan yang tidak transparan dan rendahnya pengawasan terhadap para pejabat publik. Para politisi yang memegang kekuasaan memiliki potensi untuk memanfaatkan posisi mereka demi kepentingan pribadi atau kelompok. Dalam banyak kasus, mereka tidak hanya menggunakan jabatan untuk memperoleh uang, tetapi juga untuk menguatkan posisi politik mereka, menciptakan ketergantungan, dan memperluas jaringan kekuasaan.
Salah satu faktor utama yang memungkinkan korupsi terus berkembang adalah lemahnya sistem pengawasan. Meskipun ada lembaga-lembaga seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), pengawasan yang lebih ketat terhadap pejabat pemerintah dan legislatif sangat diperlukan. Tanpa adanya mekanisme yang kuat dan tegas, praktik korupsi akan tetap berkembang, bahkan lebih sulit untuk diberantas. Tidak jarang, para pejabat yang terlibat dalam kasus korupsi masih mendapat perlindungan dari kolega politik mereka atau sistem hukum yang tumpul.
ADVERTISEMENT
Dalam sistem politik yang cenderung berpihak kepada kelompok-kelompok tertentu, korupsi bisa tumbuh subur. Dalam banyak kasus, dana kampanye yang besar dan kecurangan dalam pemilu menjadi faktor pendorong. Untuk mendapatkan dukungan dalam pemilu, politisi sering kali mencari sumber daya finansial yang besar, yang pada akhirnya mengarah pada penggunaan dana secara ilegal atau pengalihan anggaran yang tidak sesuai dengan tujuan yang semestinya. Tanpa adanya pembenahan dalam proses pemilihan umum dan transparansi dalam pendanaan politik, korupsi akan terus berkembang.
Selanjutnya, budaya politik yang permisif terhadap korupsi juga menjadi penghambat utama. Banyak pihak yang berpendapat bahwa korupsi sudah menjadi bagian dari "sistem" yang ada dan cenderung menganggapnya sebagai hal yang biasa. Hal ini menciptakan siklus yang sulit untuk dihentikan, di mana para pejabat yang terlibat dalam korupsi seringkali tidak merasa malu atau takut untuk melanjutkan praktik tersebut karena mereka merasa tidak ada konsekuensi yang berarti. Sikap permisif ini sangat berbahaya karena akan semakin menormalisasi korupsi dalam sistem politik, sehingga semakin sulit untuk memperbaiki keadaan.
ADVERTISEMENT
Namun, meskipun tantangan untuk mengatasi korupsi sangat besar, masih ada harapan. Pemerintah dan masyarakat perlu bergandengan tangan untuk memperkuat institusi yang ada, terutama dalam hal pengawasan, transparansi, dan penegakan hukum. Pendidikan politik dan kesadaran publik juga menjadi elemen penting dalam memerangi korupsi. Jika masyarakat mulai sadar akan dampak buruk dari korupsi dan aktif dalam mengawasi jalannya pemerintahan, maka politisi yang terlibat dalam praktik kotor ini akan semakin terpojok dan sulit untuk bersembunyi.
Di samping itu, pemberantasan korupsi harus menjadi prioritas dalam setiap reformasi sistem politik yang ada. Selama kita terus berkompromi dengan praktik korupsi, maka kualitas demokrasi dan kepercayaan publik terhadap pemerintah akan terus menurun. Ini adalah masalah sistemik yang membutuhkan perubahan menyeluruh dari hulu ke hilir, dimulai dari kesadaran dan aksi nyata dari setiap elemen masyarakat.
ADVERTISEMENT
Penyelesaian masalah korupsi dalam politik bukan hanya tugas lembaga antikorupsi, tetapi juga tugas kita semua sebagai bagian dari masyarakat. Hanya dengan kesadaran kolektif dan sistem yang transparan, kita bisa memutus mata rantai korupsi yang telah mengakar dalam dunia politik.