Konten dari Pengguna

Belajar dari Flexing Erina Gudono di Media Sosial

Sumarno
Praktisi komunikasi dan media sosial.
31 Agustus 2024 12:01 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Sumarno tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pamer kekayaan atau flexing. Foto: jesterpop/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pamer kekayaan atau flexing. Foto: jesterpop/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Publik dunia maya di X (dahulu bernama Twitter) beberapa waktu lalu ramai memperbincangkan negatif putra Presiden Joko Widodo, Kaesang Pangarep bersama istrinya Erina Gudono. Percakapan ini dipicu oleh Erina yang mengunggah foto dan video selama liburannya di Amerika Serikat (AS) ke Instagram miliknya.
ADVERTISEMENT
Foto yang dibagikan menantu Presiden Joko Widodo ini dinilai warganet tidak sensitif dengan kondisi Indonesia saat ini yang mana telah terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah daerah dan demonstrasi berbagai elemen masyarakat menolak upaya Badan Legislasi (Baleg) DPR RI yang emoh menerapkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 60/PUU-XXII/2024.
Erina mengunggah sejumlah dokumentasi, salah satunya momen keduanya memakan roti setara Rp400 ribu atau belanja kereta dorong bayi diduga seharga Rp20 juta. Pada kesempatan lain Erina membagikan foto jendela pesawat yang ia tumpangi dan bagian hotel saat dirinya menginap di AS.
Warganet yang gerah dengan perilaku Erina ini mencari tahu dan menemukan informasi keduanya diduga menggunakan jet pribadi serta menginap di Four Season Hotel di Las Vegas dan Four Season Beverly Willshire di Los Angeles. Warganet mengkalkulasi, biaya sewa jet pribadi bisa mencapai Rp8.6 miliar. Menurut laman agoda.com, harga kamar Four Season Beverly Willshire dibandrol mulai Rp17 juta per malamnya.
ADVERTISEMENT
Topik ini kemudian melebar membahas hal lain, mulai dari siapa pemilik jet pribadi, bisnis-bisnis milik Kaesang, risakan warganet terhadap Erina, hingga sejumlah pihak meminta Kaesang memberikan penjelasan perihal jet yang ia gunakan. Erina sendiri akhirnya sudah tidak lagi membagikan dokumentasinya selama di AS.

Flexing di Media Sosial

Apa yang dilakukan oleh Erina sebenarnya merupakan bentuk dari flexing di media sosial. Menurut Dictionary.com, flex (kata dasar flexing) merupakan kata slang yang memiliki arti "untuk pamer", baik itu fisik, barang-barang, atau hal lain yang dianggap lebih unggul dibandingkan orang lain.
Flex sendiri berasal dari bahasa Inggris Vernakular Afrika-Amerika atau AAVE. Menurut AAVE, flexing untuk menggambarkan tindakan pamer atau membual. Lebih lanjut AAVE menjelaskan, flexing merupakan tindakan memamerkan pencapaian, keterampilan, atau harta benda seseorang sebagai cara untuk menegaskan status atau dominasi seseorang dalam kelompok sosial (later.com).
ADVERTISEMENT
Tujuan flexing adalah keinginan untuk diakui bahwa dirinya termasuk dalam status sosial yang lebih tinggi (Susanto, dkk). Susanto menambahkan perilaku flexing tidak hanya dilakukan oleh kalangan atas tetapi juga kalangan menengah dan kalangan bawah.
Apabila kalangan menengah dan atas memamerkan barang-barang atau bergaya hidup mewah, kalangan bawah mempertontonkan motor atau telepon genggam terbaru. Sebagian orang memanfaatkan peluang itu dengan membuka jasa penyewaan telepon genggam merek Iphone, guna dipamerkan saat bertemu teman atau menghadiri acara tertentu.
Flexing di media sosial sebenarnya lebih banyak mudaratnya ketimbang manfaatnya. Setidaknya ada dua kerugian bagi pelaku flexing.

Menimbulkan Kecemburuan Sosial

Pamer di media sosial juga dapat memicu kecemburuan sosial. Di kondisi masyarakat yang ekonominya masih timpang, memamerkan kemewahan di media sosial membuat iri atau cemburu sebagian mereka yang tidak berpunya. Pada tingkat dan akumulasi tertentu, kecemburuan itu menimbulkan kegeraman publik.
ADVERTISEMENT
Tahun lalu, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan RB), Abdullah Azwar Anas sampai perlu melarang pegawai negeri sipil (PNS) memamerkan harta di media sosial. Pelarangan ini dipicu kemarahan publik atas perilaku gaya hidup glamor sejumlah pejabat. salah satunya eks pejabat eselon III Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Rafael Alun Trisambodo dan Kepala Kantor Bea Cukai Yogyakarta Eko Darmanto.

Rentan Menjadi Korban Kejahatan

Mereka yang flexing lebih rentan menjadi korban kejahatan. Foto atau video yang dibagikan di media sosial bisa memancing penjahat melancarkan aksinya. Dengan melihat konten yang dibagikan, mereka bisa menemukan target, mencari celah, hingga menentukan kapan kejahatan dilaksanakan.
Kasus perampokan yang dialami artis kenamaan AS, Kim Kardashian pada 2016 lalu jadi salah satu contoh bagaimana unggahan media sosial bisa dijadikan sarana memperlancar aksi kejahatan. Perhiasan senilai US$ 10 juta milik Kim dirampok kawanan penjahat bersenjata di hotel dia menginap di Paris.
ADVERTISEMENT
Salah satu pelaku mengaku merencanakan perampokan itu dengan memperhatikan media sosial sang pesohor. Kim memang aktif menggunggah sejumlah foto dan video jelang dan saat di Paris Fashion Week. Pada waktu itu, ia juga memamerkan perhiasan dan pakaian mewah yang ia kenakan di acara tersebut (Newsweek).
Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan, pengguna media sosial perlu menjaga privasinya. Diperlukan kesadaran foto atau video mana yang perlu dibagikan ke khalayak, dibatasi teman terdekat, atau hanya dinikmati diri sendiri. Dengan begitu, kejadian seperti yang menimpa Kim Kardashian dapat dihindari.

Belajar dari Konglomerat

Mereka yang kerap menunjukkan kemewahannya seharusnya berguru pada para orang terkaya Indonesia. Alih-alih menunjukkan barang mewah dan bermerek, para konglomerat tanah air justru terlihat sederhana dan tidak mau menunjukkan hartanya.
ADVERTISEMENT
Publik tentu masih ingat saat pemilik Djarum dan BCA, Michael Bambang Hartono makan di warung tahu pong Semarang pada 2019 silam. Penampilannya biasa, tanpa mengenakan barang mewah, seperti pengunjung pada umumnya.
Padahal, Forbes menaksir Michael memiliki total kekayaan sebesar US$ 25.8 Miliar atau setara Rp398 triliun (kurs Rp15.440/US$1). Maka, tidak mengherankan foto crazy rich asal Semarang saat menyantap makanan kesukaannya itu viral di media sosial.
Terbaru, pada perayaan HUT Kemerdekaan ke-79 RI di Ibu Kota Nusantara (IKN), para konglomerat yang hadir dalam peringatan tersebut juga berpenampilan biasa. Padahal, para taipan itu sangat mampu membeli barang mewah mengingat kekayaan mereka di angka puluhan hingga ratusan triliun rupiah. Para taipan itu adalah Sugianto Kusuma, Prajogo Pangestu, Franky Oesman Widjaya, Garibaldi Thohir, Eka Tjandranegara, Joko Susanto, dan Pui Sudarto.
ADVERTISEMENT