Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Multilingual di Indonesia, Beberapa Kosakata Bahasa Indonesia Jadi Terasa Asing
7 Oktober 2020 15:48 WIB
Tulisan dari Desca Arsela tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman jenis bahasa daerah dengan jumlah yang banyak. Berdasarkan data yang dilansir oleh Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2015, terdapat 617 bahasa daerah di Indonesia yang tersebar di 34 Provinsi.
ADVERTISEMENT
Adapun data terbaru pada tahun 2017 yang dilansir oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (BP2B) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Republik Indonesia bahwa terdapat 652 bahasa daerah yang telah diidentifikasi dan divalidasi sehingga Indonesia merupakan negara dengan masyarakat multilingual.
Tak hanya multilingual dalam hal berbahasa daerah, masyarakat Indonesia juga multilingual dalam hal berbahasa selain bahasa daerah misalnya sejumlah bahasa asing. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian terhadap berbagai negara Eropa dan Asia yang dilakukan oleh SwiftKey, perusahaan keyboard smartphone.
Menurut hasil penelitian oleh SwiftKey tersebut, Indonesia merupakan negara dengan ratio tertinggi dalam hal trilingual dengan persentase sebesar 17,4%. Artinya, terdapat 17,4% penduduknya menggunakan tiga bahasa yaitu bahasa Indonesia, Inggris dan Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Setelah Indonesia, di posisi kedua adalah Israel sebesar 11,4% dan ketiga adalah Spanyol sebesar 10,4%.
ADVERTISEMENT
Indonesia yang merupakan negara multilingual memang menjadi kebanggaan tersendiri, akan tetapi fenomena multilingual di Indonesia ini memiliki sisi negatif dan positif. Bahasa pemersatu Negara Indonesia yang tertera dalam Sumpah Pemuda adalah Bahasa Indonesia, namun tidak dapat dimungkiri, saat ini penggunaan bahasa asing pun sudah banyak digunakan dan melebur dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya saja orang tua yang menerapkan penggunaan bahasa asing kepada anaknya sejak dini dan diaplikasikan dalam percakapan sehari-hari agar anaknya mahir berbahasa asing, khususnya Bahasa Inggris.
Di era globalisasi saat ini, multilingual memang sangat penting bagi sebuah negara maupun individu karena dengan demikian berarti sebuah negara mampu membangun relasi dengan negara lain dan menghadapi tantangan global dengan penguasaan bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Padanan kata dalam Bahasa Indonesia Jadi Asing
Fenomena multilingual di Indonesia khususnya dalam penggunaan bahasa asing salah satunya Bahasa Inggris terkadang membuat penggunanya (masyarakat) bingung akan padanan kata tersebut dalam Bahasa Indonesia karena sering mencampuradukkan bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari. Misalnya saja, ketika beberapa orang terkadang bingung dengan padanan kata laundry. Padahal kita sering melihat kosakata tersebut terpampang di papan ruko-ruko, yang mana padanan katanya adalah penatu.
Selain itu kita juga sering mendengar atau menggunakan kata drive thru. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 ini, kata tersebut menjadi banyak digunakan pada sebuah acara, seperti Wisuda Drive Thru, Pesta Pernikahan Drive Thru dan ada juga Rapid Test Covid-19 Drive Thru. Padahal padanan kata drive thru adalah lantatur yang artinya layanan tanpa turun.
ADVERTISEMENT
Bahkan jauh sebelum Covid-19 menyerang, orang-orang lebih mengenal atau sering menggunakan kosakata offline dan online dibanding luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring), sehingga justru beberapa contoh padanan kata Bahasa Indonesia seperti penatu, lantatur, luring, dan daring inilah yang menjadi asing di telinga karena jarang didengar dan diucapkan.
Bahasa Daerah Dianggap Kuno
Beralih ke bahasa daerah, di Indonesia sebagian masyarakatnya masih menggunakan bahasa daerah dalam rangka melestarikannya atau memang sudah melekat atau mendarah daging. Namun ada pula sebagian masyarakat yang meninggalkan bahasa daerah mereka masing-masing karena dianggap kuno, atau bahkan malu untuk menggunakannya sehingga lebih senang menggunakan Bahasa Indonesia atau bahkan Bahasa gaul dan juga bahasa asing.
ADVERTISEMENT
Hal ini banyak ditemukan ketika kaula muda dari berbagai daerah pindah ke Ibukota untuk meneruskan pendidikannya, otomatis ia akan beradaptasi dengan menggunakan Bahasa Nasional, dan banyak dipengaruhi juga oleh bahasa gaul. Tak berhenti disitu, bahasa ini biasanya ia bawa kembali ke daerahnya ketika berinteraksi dengan komunitas atau teman sebayanya sehingga berdampak pada perkembangan bahasa di daerahnya.
Multilingual memang hal yang unik dan menarik, termasuk di Indonesia yang menjadikan Indonesia kaya akan bahasa. Namun hal yang perlu diingat adalah kita harus menggunakan bahasa sesuai dengan peruntukannya serta menggunakan bahasa harus secara efektif dan efisien.
Menggunakan Bahasa secara Seimbang
Menggunakan bahasa asing, internasional, nasional dan bahasa daerah harus seimbang. Hal ini tidak mudah sehingga harus ditanamkan sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga sebagai tempat pendidikan pertama bagi individu, di lingkungan sekolah, dan selanjutnya lingkungan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Tidak jarang kita jumpai ada orang-orang yang, ketika telah menguasai salah satu bahasa asing, begitu membanggakan bahasa tersebut dan sedikit melupakan bahasa nasional. Padahal semua bahasa perlu kita banggakan terutama bahasa pemersatu bangsa kita yaitu Bahasa Indonesia.
Apalagi di era yang serba digital saat ini, lebih hebat lagi jika kita mampu memperkenalkan Bahasa Indonesia ke mancanegara sehingga menjadi populer dan akhirnya diterima sebagai salah satu Bahasa internasional. Karena walaupun kita perlu menguasai bahasa asing, namun harus tetap mengutamakan bahasa pemersatu kita yaitu Bahasa Indonesia dan melestarikan bahasa daerah kita masing-masing.