Sayonara, Priharsa Nugraha Si 'Humas' KPK

Desca Situmorang
Jurnalis pada umumnya
Konten dari Pengguna
30 Mei 2018 1:12 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desca Situmorang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sayonara, Priharsa Nugraha Si 'Humas' KPK
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Priharsa Nugraha atau biasa dipanggil Arsa tiba-tiba berceletuk soal gajinya sebagai Kepala Bagian Pemberitaan dan Informasi Komisi Pemberantasan Korupsi. Kata dia, nominalnya besar. Tapi jumlah itu tak menyurutkan niatnya mundur dari KPK.
ADVERTISEMENT
"Kerja bukan cuma buat gaji doang," kata Arsa sambil menghisap rokoknya. 10 hari sejak pertemuan itu, yakni pada 14 Mei 2018, Arsa benar-benar keluar dari lembaga antikorupsi itu.
Arsa sudah menaruh hati dengan pekerjaannya. Menurut dia, lebih baik mundur dari pada patah hati.
Bagi wartawan, pegawai, hingga pemimpin KPK, Arsa bukan pegawai biasa. Banyak kesan dan kenangan yang menyenangkan. Begitu juga pengakuan mereka:
M. Rizki, biasa dipanggil Gaga--eks Wartawan Tempo, kini Redaktur Kolaborasi kumparan.com
Bertanya tentang 'background' suatu kasus kepada Arsa, saya perhatikan, adalah hal yang selalu dilakukan wartawan. Tapi biasanya Arsa tak punya jawabannya (atau tak mau menjawabnya). "Wartawan sebaiknya bertanya ke penyidik, jaksa, atau orang yang diperiksa," kata Arsa.
ADVERTISEMENT
Nah, siapa nama penyidik atau jaksa atau orang yang diperiksa? Inilah yang Arsa tahu. Dia membuka jalan.
Saya merasa fungsi Arsa di KPK sesungguhnya bukan untuk membocorkan informasi, tapi sebagai teman. Dia perekat hubungan wartawan dengan lembaga superbodi tersebut.
Setiap sore, Arsa dengan rendah hati akan keluar dari ruangannya, lalu ikut mengobrol dengan para wartawan di teras Gedung KPK. Kalau ingin mengobrol di ruangannya pun bisa. Ketok saja pintu kacanya.
Sabir Laluhu, jurnalis Koran Sindo, liputan di KPK sejak 2012 sampai sekarang
Bukti Bang Arsa asyik dan dekat dengan para jurnalis, sering dia nongkrong sambil ngopi dengan para jurnalis baik di teras C1 maupun di warung samping C1 sampai gedung Merah Putih. Bang Arsa nggak ada sekat dengan para jurnalis. Pernah bahkan saat ngobrol, Bang Arsa asyik main Pokemon Go, yang waktu itu lagi 'booming'.
ADVERTISEMENT
Arsa menimba ilmu kehumasan dari mantan Juru Bicara KPK Johan Budi Sapto Pribowo sehingga pernyataan Johan mirip dengan informasi yang diberikan Arsa, ibaratnya, Arsa itu "fotokopian" Johan. Sepeninggalan Johan khususnya pada 2015 hingga 2016, peran Arsa menjadi penting bersama dengan mbak Yuyuk Andriati Iskak (Yeye) sebagai corong KPK. Sayang ia tidak terpilih untuk menjadi jubir KPK selanjutnya.
Saya dapat informasi banyak dari tim Biro Humas KPK, bang Arsa membuat terobosan dan masukan ke Biro Humas dalam menyampaian KPK ke publik menjadi lebih bagus. Selamat meninggalkan KPK, Bang Arsa. Semoga tetap berkarya untuk negara.
Icha Rastika, editor Kompas.com, liputan di KPK pada 2010-2014
Mas Arsa itu awalnya keliatan serius, tapi ternyata kocak dan suka bercanda. Pokoknya orang paling asyik deh di KPK. Kocak juga mukanya kalau lagi 'ngasih' pengumuman. Mas Arsa super 'selaw', tapi juga serius.
ADVERTISEMENT
Saya akan kangen penampakan Arsa yang terlihat giginya saat tersenyum. Nama Arsa dipakai wartawan untuk membuat berita jadwal pemeriksaan.
Rangga Tranggana jurnalis Jurnas.com, lebih dari 5 tahun liputan di KPK
Yang jelas doi (Arsa) asyik banget orangnya, kita bukan kaya mitra saja, tapi sudah seperti teman plus abang. Kalau gw kehabisan rokok kadang-kadang suka minta sama doi.
Saya mendoakan Arsa menjadi pengusaha sukses. Sayang juga sih kalau doi cabut, cuma kalau itu pilihannya semoga dapat yang terbaik buat pilihannya.
Sayonara, Priharsa Nugraha Si 'Humas' KPK (1)
zoom-in-whitePerbesar
FOTO: Mas Arsa, mbak Ipi, dan mas Lufti bersama wartawan seusai sidak di bandara Soekarno Hatta akhir bulan puasa 2014.
Indra Hendriana atau biasa dipanggil Thole, jurnalis Inilah.com, liputan di KPK pada 2013-2017
ADVERTISEMENT
Arsa menurut gw orangnya terbuka soal pemberantasan korupsi, meski pada awalnya dia sedikit tertutup sama gw mungkin karena dia baru kenal gw. Tapi lambat laun dia mulai terbuka dan membagi cerita soal kasus rasuah. Enaknya ngobrol sama dia, enggak harus formal layaknya ketemu pejabat. Kebanyakan gw ngobrol sama dia di halaman atau teras depan KPK, tempatnya keluar masuk tahanan.
Gw gak menyangka bahwa Arsa adalah asisten Johan Budi saat masih menjadi Juru Bicara KPK. Setelah tahu siapa Arsa, gw pun berusaha membuka ruang diskusi bersama Arsa soal kasus hukum. Obrolan yang dilakukan sambil merokok itu sama sekali tidak menunjukkan Arsa sebagai pejabat di KPK, soal informasi pun Arsa dikenal tidak pelit.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Arsa juga bisa akomodir semua keperluan informaai anak-anak, termasuk gw. Sayang hal itu enggak ditemukan di jubir sekarang dan sayangnya juga dia (Arsa) sekarang memilih meninggalkan KPK.
Taufik Rahadian alias Opik, editor kumparan.com, liputan di KPK 2014-2016
Gw lebih dulu tahu nama dia dibanding muka atau nomor dia karena buat jadwal pemeriksaan kan 'template' pakai namanya. Dia paling kooperatif kalau dimintai data untuk tulisan.
Gw sering ngobrol dengan Arsa di lobi C1, biasanya di atas pukul 21.00, sambil ngopi dan merokok, meski gw sama sekali tidak ngapi dan merokok.
Arsa asyik diskusi kasus dan memberikan penjelasan. Deket sama anak-anak, tidak kaku dan jaim.
Fana Suparman yang biasa dipanggil Ojik, Wartawan Suara Pembaruan, liputan di KPK sejak 2014
ADVERTISEMENT
Arsa orang yang gampang bergaul dengan wartawan, baik yang sudah lama atau masih baru di KPK.
Sebagai wartawan, yang paling penting bagi gw adalah gampang banget mencari kutipan atau 'background' kasus dari mas Arsa. Jadi cepet bagi gw untuk memahami konstruksi satu kasus meski masih baru di KPK. Biasanya setiap sekitar pukul 16.00 WIB, mas Arsa ke teras KPK buat ngerokok. Saat-saat itulah gw banyak belajar.
Satu momen yang gw inget adalah saat Arsa menghilang dalam waktu yang cukup lama karena suatu peristiwa.
Waktu gw tanya dia (Arsa) ke mana saja, dia jawab "Habis liburan, atasan sayang banget sama gw sampe disuruh liburannya panjang banget," kata Arsa. Gw titip pesan agar Arsa tetap berintegritas.
ADVERTISEMENT
Linda Trianita, jurnalis Koran/Majalah Tempo
Mas Arsa Selalu meladeni pertanyaan wartawan dengan sabar. Tidak peduli, pagi, siang, malam, maupun dini hari, Mas Arsa selalu membalas WhatsApp wartawan. Tak cuma pertanyaan, Mas Arsa juga sangat terbuka untuk berdiskusi tentang kasus supaya kami para wartawan ini paham konstruksi dari suatu kasus.
Nanang Farid Syam, dari Direktorat Pembinaan Jaringan dan Kerja Sama Antar Komisi dan Instansi (PJKAKI) KPK, kenal Arsa sejak 2007
Arsa adalah "good man". Dua pekan sebelum Arsa resign, bersama beberapa teman, dia menyempatkan untuk ngopi sore di kanting belakang gedung penunjang.
"Mau rehat dulu," kata Arsa waktu itu. Tapi sebelum Arsa benar-benar resign, saya menagih sesuatu dari Arsa yaitu launching album kompilasi lagu antikorupsi dari Band Marjinal dkk.
ADVERTISEMENT
Arsa mengiyakan dan memimpin tim untuk memuluskan agenda yang sempat tertunda setahun itu. Sehari sebelum hari H yaitu 4 Mei 2018, "tim" pimpinan Arsa melakukan rapat koordinasi bersama Nanang dan Mike Marjinal yang mewakili musisi.
Pokoke Arsa mantab. Tipikal pemimpin yang bertanggung jawab dan berani ambil risiko.
Direktur Gratifikasi KPK Giri Supradiono
Pak Pri (panggilan saya ke Arsa) punya kemiripan dengan saya. Dia seniman yang ingin beda dan kreatif. Berani menyampaikan pendapat berbeda, cenderung anti-mainstream.
Kepala Bagian Protokol dan Multimedia Biro Humas KPK Elis Nurhayati
Gue mengingat Arsa sebagai orang yang punya analisis tajam, suka bercanda, tapi juga baperan.
Gue inget ngobrol sama Arsa di hari pertama masuk KPK 1 November 2013 dan dikasih 'background' info kehumasan dan suasana kebatinan kerja di KPK secara umum bagaimana. Orangnya asyik, santai bin 'woles', cerdas dan pinter banget sebagai devil's advocate. Kita butuh orang seperti itu di tengah suasana kerja yang cenderung ikut-ikutan arus utama.
ADVERTISEMENT
Sangat disayangkan, Biro Humas ditinggal lagi oleh salah satu pendirinya (setelah ditinggal Johan Budi). Arsa dinilai bisa banyak mewarnai perubahan ke arah yang lebih baik.
Gue kehilangan temen buat tukar pikiran dan buat jalan ke warung tenda nasi uduk sabar menanti deket gedung C1.
Dhedy Adi Nugroho, eks pegawai KPK, kini stas salah seorang staf khusus Presiden RI
Kesan awal terhadap Arsa adalah aneh dan pendiam. Tapi yang paling keren adalah Arsa tidak pernah panik dalam kondisi apapun, Arsa juga teman merokok yang baik dan belakangan baru nyadar dia ternyata sagitarius. Sama-sama aneh kayak gw.
Putri Artika alias Pucil dan Lufti Avianto, Anggota Biro Humas KPK
Mas Arsa adalah bos yang berwawasan luas, cerdik, sekaligus guru yang baik. Mas Arsa itu susah ditebak, bagaikan bunglon tapi sebagai atasan asyik banget doi. Cakap dalam berbicara, pemberi ajar yang bagus. Asyiknya juga mau diajak berkegiatan di luar kerjaan kantor dan akan kangen ide-ide brilian doi yang kadang sampai membuat gue dan temen-teman bilang 'hooo iya juga yaa'.
ADVERTISEMENT
Mas Arsa tidak pernah marah secara langsung, selalu bercanda, bos yang bisa ambil alih kesalahan anak buah (asalkan anak buah juga sudah menuruti petunjuk Arsa dan berkoordinasi), siap jadi tameng, pintar, paling dalam pemahamannya soal kehumasan, strateginya kadang tidak terpikirkan oleh orang lain.
Mas Arsa juga memberikan keluluasaan bekerja kepada anak buahnya asalkan hasilnya beres.
Yang dikangenin pastinya pemikiran-pemikiran dia, diskusi soal kemajuan lembaga dan hal-hal strategis untuk humas. Mas Arsa kadang filosofis, kadang humoris tapi kalau sudah kenal dia mendalam, pasti tahu, kapan dia serius, kapan bercanda.
Invani Lela Herliana, pendiri NGO Ketjil Bergerak
Aku sempat dua minggu dekat dengan Arsa saat sama-sama mengikuti program Community Development di The Hague, Belanda, pada Mei 2017 lalu. Arsa punya komentar-komentar yang lucu meski awalnya kelihatan seram.
ADVERTISEMENT
Pas di Belanda, Mas Arsa tuh sering banget ngopi sampe malam di lobi, nongkrong di depan jendela besar. Kalau ditanyain 'lagi ngapain Sa?' Pasti jawabnya, 'ngitungin kerang', hahahaha. Waktu itu aku ngga paham apa maksudnya, ikut-ikut ketawa saja. Eh ternyata setelah aku cek, di bawah jendela emang ada buanyak banget kerang-kerang tersebar.
Sayonara, Priharsa Nugraha Si 'Humas' KPK (2)
zoom-in-whitePerbesar
FOTO: Bergaya di Belanda, difoto oleh Aldy
Wakil Ketua KPK Laode M. Syarif
Arsa adalah orang yang mau berkorban. Yang saya ingat, dia profesional karena pernah suatu saat setelah jam kantor, ada berita bahwa tim lapangan KPK melakukan OTT dan dia langsung WA saya dan menawarkan diri untuk balik ke kantor jika kami butuhkan.
Ketika saya tanya di mana dia berada pada saat dia hubungi, dia jawab baru sampai rumah, tapi kalau dibutuhkan saya balik ke kantor lagi. Dia betul-betul mau berkorban walau di luar jam kantor.
ADVERTISEMENT
Mantan Wakil Ketua KPK, Bambang Widjayanto
Arsa itu diam tapi dalam diamnya ada segudang ide dan selalu punya argumen untuk mengklarifikasi gagasan yang tak layak pakai. Tapi dia orang yang bisa segera ekseskui tantangan yang masuk akal dan bermanfaat bagi kepentingan KPK.
Johan Budi Sapto Pribowo
Arsa yang saya kenal, tipe pekerja keras. Dia lah yang awal bersama saya dan sedikit orang, membangun Biro Humas KPK, dari mulai menyiapkan organisasinya maupun SOP-nya. Arsa pendiam, tapi kadang bisa bikin ketawa kalau sedang bercanda.
Kabiro Humas KPK, Febri Diansyah
Arsa yang kukenal dulu saat masih sehat, agak kurusan terus tumbuh lagi.
ADVERTISEMENT
Dalam bukunya yang populer, Sapiens, A Brief History of Humankind, sejarawan Yuval Noah Harari membahas mengenai asal kebahagiaan menurut manusia. Apakah bahagia didapat dari kepemilikan harta kekayaan? Kesehatan? Relasi sosial dengan orang-orang terdekat? Atau hal lain?
Harari mengatakan bila kebahagiaan hanya bergantung pada kondisi-kondisi objektif seperti harta, kesehatan maupun relasi sosial maka sejarawan akan dengan mudah menginvestigasi alur sejarah kebahagiaan manusia, sayangnya tidak demikian, karena kebagiaan lebih sering bergantung pada ekspektasi subjektif orang per orang.
Ketika kita mencoba memperkirakan seberapa bahagianya seseorang saat ini atau pada masa lalu, sulit untuk membayangkan diri kita punya ekspektasi yang sama dengan mereka. Manusia cenderung percaya bila dapat mencapai target kerja, menikah, menulis novel, membeli mobil, tinggal di rumah baru, maka manusia akan berada di puncak dunia. Namun saat manusia (yaitu kita) mendapat apa yang kita inginkan, kita tampak tidak lebih bahagia dibanding saat kita belum mendapatkan hal yang kita idamkan tersebut.
ADVERTISEMENT
Filsuf Inggris Aldoux Huxley lalu dengan sinis mengatakan bahwa bahagia tidak lebih dari sensasi tubuh yang menyenangkan, bentuk respon dari sistem biokimia tubuh manusia. Tapi apakah kesimpulan kebahagiaan manusia semenyedihkan itu?
Harari lalu mengambil satu filosofi tradisional/agama yaitu ajaran Budha. Menurut Budha, kunci kebahagiaan manusia adalah mengetahui kebenaran mengenai dirinya sendiri. Kebanyakan orang salah mengidentifikasi perasaan, pemikiran, kesukaan maupun ketidaksukaan mereka. Manusia, misalnya, kerap menghindari hal-hal yang membuatnya marah, mereka tidak pernah menyadari bahwa kemarahan itu bukanlah perasaan mereka sehingga pencarian tanpa henti terhadap suatu perasaan tertentu (termasuk kebahagiaan) hanya menjabak mereka dalam penderitaan.
Bila hal itu yang terjadi, maka seluruh upaya untuk memahami sejarah kebahagiaan manusia menjadi salah arah. Mungkin tidak lagi penting untuk mengetahui ekspektasi seseorang terpenuhi atau tidak atau apakah mereka merasakan rasa bahagia itu sendiri. Pertanyaan utamanya adalah apakah manusia tahu kebenaran mengenai diri mereka sendiri? Mungkin pertanyaan ini yang harus dijawab oleh Arsa atau kita sebagai pembaca (dan penulis) dalam bulan yang baik ini. Karena menurut saya mas Arsa ya orang baik. Tetap menjadi (bekas pegawai) KPK yang baik dan tetap melakukan perbuatan baik.
ADVERTISEMENT
Seperti jawaban dia waktu saya tanya mau apa setelah resign. "Gw mau fokus ibadah dulu sebulan ini, puasa," ujar Arsa.
Sayonara.