Konten dari Pengguna

Benteng Tak Tergoyahkan bagi Putrinya

Desi safitrii
Mahasiswa D3 Penerbitan (Jurnalistik) dari Politeknik Negeri Jakarta yang memiliki kemampuan dan pengetahuan jurnalistik, mulai dari keterampilan dalam menulis naskah, melakukan riset, penyuntingan serta publikasi.
10 Juni 2024 8:10 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desi safitrii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi ayah dan anak berpelukan (Freepik)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ayah dan anak berpelukan (Freepik)
ADVERTISEMENT
Setiap pagi, saat matahari baru saja menyapa bumi, ayahku sudah bersiap dengan segelas susu hangat dan sarapan favoritku. Di meja makan, kami bercengkerama. Ayahku selalu mendengarkan dengan penuh perhatian, meskipun cerita yang kuutarakan mungkin terdengar sepele bagi orang dewasa lain. Namun, di mata ayahku, setiap kata adalah harta karun yang berharga.
ADVERTISEMENT
Ketika pulang dari sekolah, aku selalu disambut dengan pelukan hangat. Ayahku seolah memiliki kekuatan untuk mengusir semua lelah dan kekhawatiran hanya dengan sentuhan lembut. Dari balik pintu, aku sering mendengar kami tertawa bersama, berbagi cerita hari itu. Ayahku tidak pernah lelah mendengar celotehanku, meski dia sendiri telah melalui hari yang berat di tempat kerja.
Saat malam tiba, kami duduk di ruang tamu, membaca buku bersama. Ayahku selalu memastikan aku memahami setiap kalimat dan makna di balik cerita-cerita itu. Kadang, kami akan berdebat tentang akhir cerita, dan tawa kami akan memenuhi ruangan. Ayahku selalu
menghargai pendapatku, seolah-olah aku adalah penulis cerita itu sendiri.
Di saat-saat sulit, ayahku menjadi benteng yang kokoh. Ketika aku jatuh sakit, ayahku tidak pernah meninggalkanku. Dia selalu ada, menggenggam tanganku dengan penuh kasih, memberikan kehangatan dan kekuatan yang tak terucapkan. Aku melihat bagaimana mata ayahku yang lelah tetap bersinar dengan cinta, meskipun tubuhnya mungkin sudah hampir tak kuat lagi.
ADVERTISEMENT
Ada momen-momen kecil yang selalu membuatku terharu. Seperti ketika ayahku dengan sabar mengajariku mengendarai sepeda. Meskipun aku terjatuh berkali-kali, ayahku tidak pernah berhenti memberikan dorongan semangat. “Kamu pasti bisa, Nak,” katanya sambil tersenyum. Dan ketika akhirnya aku berhasil, sorot bangga di mata ayahku adalah pemandangan terindah yang pernah kulihat.
Ketika hari ulang tahunku tiba, ayahku selalu membuat momen itu spesial. Tidak pernah ada hadiah yang terlalu mahal atau terlalu sederhana, karena yang paling berharga adalah kebersamaan kami. Ayahku selalu merencanakan sesuatu yang istimewa, entah itu piknik di taman atau memasak makanan favoritku bersama di dapur. Hari itu selalu menjadi hari yang penuh tawa dan kebahagiaan.
Saat aku tumbuh dan menghadapi tantangan di sekolah, ayahku selalu ada untuk memberikan nasihat dan dukungan. Ketika aku merasa tidak mampu, ayahku adalah orang pertama yang mengatakan bahwa aku bisa melewati semua itu. “Jangan pernah menyerah, Nak. Kamu lebih kuat dari yang kamu kira,” katanya sambil menatap mataku dengan penuh keyakinan. Kata-katanya selalu menjadi sumber kekuatanku.
ADVERTISEMENT
Aku ingat saat aku pertama kali mendapatkan nilai kuang memuaskan di sekolah. Aku merasa sangat kecewa, tetapi ayahku tidak pernah menunjukkan rasa marah atau kecewa. Sebaliknya, dia duduk bersamaku, membantu memecahkan setiap masalah yang membuatku kesulitan. Dengan sabar, dia mengajariku hingga aku mengerti.
Di malam hari, setelah semua kegiatan seharian, kami sering duduk di halaman belakang rumah, menatap bintang-bintang di langit. Ayahku bercerita tentang konstelasi dan legenda yang mengelilinginya. Suaranya yang tenang dan penuh cinta selalu membuatku merasa aman dan terlindungi.
Aku juga ingat saat ayahku mengajarkanku memasak. Di dapur yang kecil dan sederhana, dia mengajarkanku cara memotong sayuran, menggoreng, dan membuat hidangan favorit kami. Ayahku selalu sabar, membiarkan aku belajar dari kesalahan dan memberi semangat setiap kali aku merasa tidak percaya diri.
ADVERTISEMENT
Saat aku mulai beranjak dewasa dan menghadapi pilihan-pilihan sulit dalam hidup, ayahku selalu menjadi tempatku bersandar. Ketika aku ragu memilih jurusan di perguruan tinggi, dia mendengarkan semua kekhawatiranku dengan penuh perhatian.
Dukungan dan kepercayaannya membuatku merasa lebih yakin dalam mengambil keputusan besar dalam hidupku.
Kasih sayang ayahku bukanlah kasih sayang yang biasa. Ini adalah kasih sayang yang tulus, tanpa syarat, dan tanpa batas. Dari sudutku yang rendah, aku melihat bagaimana cinta seorang ayah bisa mengubah dunia kecil seorang anak perempuan menjadi tempat yang penuh dengan kehangatan dan kebahagiaan.
Dalam setiap pelukan, tawa, dan kata-kata lembutnya, ayahku menanamkan benih cinta yang akan tumbuh sepanjang hidupku. Aku mungkin hanyalah saksi bisu, tetapi apa yang kulihat di rumah ini adalah bukti nyata bahwa kasih sayang seorang ayah adalah salah satu kekuatan terbesar di dunia ini. Kasih sayang itu membentukku menjadi seseorang yang percaya diri dan penuh cinta, siap menghadapi dunia dengan segala tantangannya. Dan untuk itu, aku akan selalu berterima kasih kepada ayahku, pahlawan sejati dalam hidupku.
ADVERTISEMENT