Konten dari Pengguna

Cahaya Kasih Ibu yang Abadi

Desi safitrii
Mahasiswa D3 Penerbitan (Jurnalistik) dari Politeknik Negeri Jakarta yang memiliki kemampuan dan pengetahuan jurnalistik, mulai dari keterampilan dalam menulis naskah, melakukan riset, penyuntingan serta publikasi.
10 Juni 2024 8:09 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desi safitrii tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi ibu dan anak bercengkrama (freepik)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi ibu dan anak bercengkrama (freepik)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Saat terjaga di tengah malam, aku mendapati bayangannya di sudut kamar. Ia duduk di sana, dengan tubuh membungkuk, mata yang lelah namun penuh cinta. Ia adalah ibuku, seorang perempuan yang tanpa henti memberikan segalanya demi anak-anaknya. Cinta kasihnya padaku, anak perempuannya, adalah sesuatu yang tidak bisa kuungkapkan dengan kata-kata.
ADVERTISEMENT
Ibuku selalu bangun lebih awal dari siapa pun di rumah. Dengan langkah-langkah halus, ia menuju dapur, menyiapkan sarapan, memastikan semuanya siap sebelum kami bangun. Aku, yang sering kali terbangun oleh aroma masakan hangatnya, tahu betul bahwa ia sudah berkorban waktu tidurnya demi kami. Hari-hari dimulai dengan senyumannya, meski mungkin ia menyimpan kelelahan di balik wajahnya yang ramah.
Pernah suatu hari, ketika aku masih kecil, aku jatuh sakit. Demam tinggi membuat tubuhku menggigil. Di saat aku merasakan dunia begitu gelap dan menakutkan, ibu ada di sana. Ia tidak pernah meninggalkanku. Tangannya yang lembut mengelus keningku, matanya yang penuh kasih menyelidik tiap gerakku. Ia memberikan kehangatan dan rasa aman yang tidak bisa diberikan oleh obat mana pun.
ADVERTISEMENT
Namun, kasih ibu tidak hanya terlihat saat aku sakit. Dalam setiap langkah kecil hidupku, ia selalu ada. Saat aku belajar berjalan, ia yang memegang tanganku, memastikan aku tidak terjatuh. Saat aku belajar membaca, ia yang dengan sabar membimbingku mengeja kata demi kata. Saat aku menghadapi ujian hidup, ia yang selalu ada memberikan dukungan moral dan semangat yang tidak pernah surut.
Ibuku bukanlah sosok yang penuh kata-kata manis atau pujian berlebihan. Ia tidak perlu itu. Tindakannya lebih dari cukup untuk menunjukkan betapa besar cintanya padaku. Ia mungkin tidak pernah mengatakan “aku mencintaimu” dengan lantang, tapi setiap kali ia memperbaiki selimutku di malam hari, setiap kali ia menyiapkan makanan favoritku tanpa aku minta, aku tahu betapa besar kasih sayangnya.
ADVERTISEMENT
Saat aku beranjak dewasa, aku mulai memahami lebih dalam betapa besar pengorbanan yang telah ia lakukan. Ia tidak hanya memberikan waktu dan tenaganya, tapi juga mimpinya. Ia mungkin memiliki mimpi besar yang tertunda demi merawatku dan saudaraku. Ia mungkin memiliki keinginan yang tidak pernah terwujud karena ia lebih memilih memenuhi kebutuhan kami.
Kenangan masa kecil bersama ibu terus membekas dalam ingatanku. Saat kami bermain di taman, ia yang selalu sabar mengajarkanku tentang alam, mengenalkan nama-nama bunga, dan menceritakan kisah-kisah tentang hewan-hewan yang kami temui. Ia tidak pernah lelah menjawab pertanyaan-pertanyaanku yang tiada habisnya. Dengan kesabaran yang tak terhingga, ia membimbingku melihat dunia dengan penuh rasa ingin tahu dan kekaguman.
Saat aku memasuki masa remaja, hubungan kami berubah. Aku mulai memiliki keinginan dan pemikiran sendiri, seringkali bertentangan dengan apa yang ibu ajarkan. Namun, ia tidak pernah memaksakan kehendaknya. Ia membiarkanku tumbuh, membuat kesalahan, dan belajar dari pengalaman. Ia selalu ada sebagai tempatku pulang, tempatku mencari nasihat dan dukungan. Meski terkadang aku merasa diriku menjauh darinya, ibu selalu sabar menunggu, dengan pintu hatinya yang selalu terbuka.
ADVERTISEMENT
Saat aku menjalani kehidupan sebagai mahasiswa, aku semakin merasakan betapa berharganya kasih sayang ibu. Jarak yang memisahkan kami membuatku merindukan kehangatannya, nasihat bijaknya, dan tawa yang mengisi rumah kami. Setiap kali aku pulang, ibu selalu menyambutku dengan pelukan hangat, memastikan aku merasa diterima dan dicintai. Ia tidak pernah mengeluh tentang betapa sulitnya merawat anak-anak yang beranjak dewasa.
Saat aku mengalami kegagalan, ibu adalah orang pertama yang memberiku kekuatan. Ia tidak pernah menghakimi atau mengecilkan hatiku. Dengan lembut, ia mengingatkanku bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar. Ia mengajarkanku untuk bangkit, untuk tidak takut mencoba lagi. Ia adalah sumber inspirasi yang tak pernah habis, seseorang yang selalu percaya pada kemampuanku bahkan saat aku meragukan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Kini, saat aku melihat ibu, dengan rambutnya yang mulai memutih dan wajahnya yang mulai menua, aku merasa sangat bersyukur. Aku tahu, tidak ada apa pun yang bisa menggantikan pengorbanan dan kasih sayang yang telah ia berikan. Ibuku adalah sosok yang kuat, penuh cinta, dan tanpa pamrih. Aku hanya bisa berharap, suatu hari nanti, aku bisa menjadi ibu yang setidaknya setengah baik seperti dirinya.
Kasih ibu memang tiada tara. Ia adalah anugerah yang paling berharga yang diberikan oleh Tuhan. Dan aku, meski sering kali merasa tidak pantas, sangat bersyukur karena memiliki ibu yang begitu mencintaiku dengan tulus dan tanpa batas. Kasih ibu adalah kekuatan yang mengalir dalam setiap napas dan langkahku, memberikan semangat untuk terus maju dan menjadi pribadi yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Ibuku, sosok yang sederhana namun penuh cinta, telah mengajarkan banyak hal dalam hidupku. Dari hal-hal kecil seperti cara mengikat tali sepatu hingga nilai-nilai kehidupan yang mendalam. Ia selalu menekankan pentingnya kejujuran, kerja keras, dan kebaikan hati. Ia mengajarkanku untuk menghargai orang lain, untuk selalu bersyukur, dan untuk tidak pernah menyerah meski menghadapi rintangan.
Salah satu kenangan terindah yang selalu aku ingat adalah saat kami duduk bersama di teras rumah, menikmati matahari terbenam. Ibu akan menceritakan kisah-kisah dari masa lalunya, tentang perjuangannya, tentang mimpinya yang mungkin belum tercapai. Dalam momen-momen tersebut, aku merasakan ikatan yang begitu kuat antara kami. Aku belajar bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh liku, dan bahwa cinta kasih seorang ibu adalah bintang penuntun yang selalu ada di saat gelap maupun terang.
ADVERTISEMENT
Hari ini, saat aku menulis ini, aku teringat akan setiap pelajaran yang ia berikan. Betapa berartinya setiap pelukan, setiap kata-kata penyemangat, dan setiap pengorbanan yang ia lakukan.
Kasih ibu adalah sesuatu yang tidak akan pernah bisa aku balas sepenuhnya. Tapi aku berjanji untuk selalu menghargai dan menyayangi ibu, seperti ia telah menyayangiku selama ini.
Ibuku adalah pahlawan sejati dalam hidupku. Tanpa jubah atau mahkota, ia berdiri teguh dengan cinta yang tak terukur. Ia adalah sumber kekuatanku, cahaya dalam kegelapan, dan sosok yang selalu aku kagumi. Aku berharap, dengan segala usahaku, aku bisa membuatnya bangga dan menunjukkan bahwa segala cinta dan pengorbanannya tidak pernah sia-sia.
Kasih ibu, meski terkadang tidak terlihat atau terdengar, selalu ada dalam setiap langkah dan keputusan yang aku ambil. Ia adalah fondasi yang kuat yang membangun hidupku. Dalam setiap senyum dan tangis, aku selalu merasakan kehadirannya. Kasih ibu adalah anugerah yang paling berharga, dan aku bersyukur setiap hari karena memilikinya.
ADVERTISEMENT