Konten dari Pengguna

Hiperaktif pada Anak

Desira Salsa Aulia
Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Ilmu Keperawatan
11 Juni 2022 15:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desira Salsa Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/banner-with-surprised-children-peeking-edge_8821777.htm
zoom-in-whitePerbesar
sumber: https://www.freepik.com/free-photo/banner-with-surprised-children-peeking-edge_8821777.htm
ADVERTISEMENT
Sering kita lihat di sekitar kebanyakan anak-anak yang berusia dini tidak bisa tenang dan ingin terus bergerak untuk bermain. Anak yang hiperaktif, memiliki gangguan pada perkembangan kognitif, perilaku, komunikasi, dan sosialnya. Normalnya, pada usia ini memang anak-anak banyak menghabiskan waktu untuk bermain. Namun, anak yang terlalu banyak bergerak hingga dapat merugikan orang lain serta dirinya karena tidak dapat mengontrol perilakunya termasuk anak yang hiperaktif. Banyak orang yang merasa terganggu saat bertemu dengan anak hiperaktif, terutama remaja dan orang dewasa yang belum memiliki anak. Karena terkadang anak yang tidak mampu mengontrol sikapnya dapat merusak benda, berlari-lari, ceroboh, dan lainnya.
ADVERTISEMENT
Hiperaktif merupakan sebuah gangguan pada saraf tertentu yang membuat seorang anak banyak gerak dan membuatnya kesulitan berkonsentrasi. Anak hiperaktif juga cepat kelelahan serta cepat menerima rangsangan dari sekitarnya. Perilaku hiperaktif disebut juga dengan ADHD (Attention Deficit/ Hiperactivity Disorder) yang ditandai dengan emosi yang tidak stabil serta perilaku yang tidak terkontrol. Dalam ilmu psikologi, ADHD termasuk dalam kelainan pada anak dalam segi emosi dan tingkah laku.
Anak yang mengalami ADHD biasanya memiliki kesulitan dalam berkonsentrasi dalam melakukan suatu kegiatan serta cenderung tidak mau mendengarkan arahan orangtua maupun orang lain yang ada di sekitarnya. Karena itu, mereka cenderung terhambat dalam belajar yang dalam jangka waktu panjang dapat menurunkan kepercayaan diri seorang anak. Selain itu, akibat dari hiperaktif, anak juga dianggap sebagai anak nakal oleh orang-orang sekitar yang merasa dirugikan dengan perilakunya.
ADVERTISEMENT
ADHD belum dapat ditemukan penyebabnya secara jelas. Namun, para ahli menjelaskan bahwa masalah kehamilan, genetik, dan bahan kimia yang dapat merusak jaringan otak dapat menjadi penyebab kelainan ini. Menurut beberapa penelitian, hiperaktif dapat disebabkan oleh pola makan dan gizi makanan anak. Menurut Chikmah (2020), makanan yang mengandung zat aditif contohnya pemanis, pengawet, penyedap makanan, serta pewarna dapat memicu hiperaktivitas seorang anak. Dalam penelitian lain disebutkan bahwa makanan-makanan yang sebaiknya dibatasi pemberiannya kepada anak hiperaktif yaitu olahan teung, makanan yang terdapat protein sapi, dan makanan yang memiliki banyak zat gula didalamnya karena data berengaruh pada mood anak serta meningkatkan kadar glukosa dalam darah anak yang membuatnya terus aktif.
Peran orang tua serta guru sangat besar dalam membantu mengatasi anak hiperaktif. Penyediaan makanan yang sehat dan kepedulian tinggi dari orang tua terhadap anak dapat menjadi bagian dari penanganan anak hiperaktif. Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) dalam Siron et al (2020), disebutkan bahwa kunci utama dalam menangani anak ADHD yaitu dengan peraturan dan arahan yang jelas untuknya. Namun, tetap harus diimbangi dengan kelembutan dari orangtua atau guru. Pengaturan pola makan yang baik untuk anak ADHD dilakukan dengan mengurangi makanan dengan penyedap rasa dan pemanis serta makanan yang memenuhi gizi baik untuknya seperti sayur, buah, makanan dan minuman rendah lemak.
ADVERTISEMENT
Anak yang hiperaktif terkadang sangat menjengkelkan dengan tingkah lakunya yang tidak bisa diam. Namun, alangkah baiknya sebagai seseorang yang lebih dewasa dapat membantu mengajarkannya dengan yang baik atau membicarakannya dengan orang tua anak tersebut.