Bahaya Junk Food Bagi Kesehatan Tubuh

Desma Aulia
Mahasiswi UIN Syarief Hidayatullah Jakarta
Konten dari Pengguna
1 Desember 2022 8:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desma Aulia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Makan merupakan kebutuhan pokok bagi kita. Tubuh menghasilkan energi dari makanan. Makanan yang baik dapat memberikan asupan baik bagi tubuh sehingga tubuh menjadi sehat. Sebaliknya, makanan
Ilustrasi junk food. Foto: RitaE/Pixabay
yang bergizi buruk dapat membuat tubuh kita menjadi sakit. Makanan yang memiliki nilai gizi yang tidak baik ini disebut dengan junk food. Junk food jika diterjemahkan ke Bahasa Indonesia memiliki arti makanan sampah. Disebut makanan sampah karena memang makanan tersebut memiliki kandungan gizi yang buruk dan sia-sia jika dikonsumsi. Bahkan, tidak hanya sia-sia namun juga dapat merusak kesehatan tubuh.
ADVERTISEMENT
Junk food yang lazim dikenal biasanya merupakan makanan yang berasal dari negara Barat seperti burger, pizza, hot dog, donat, kentang goreng, dan lain-lain. Padahal junk food ada banyak di sekitar kita dan bahkan beberapa diantaranya merupakan cemilan kita sehari-hari. Contohnya seperti gorengan, seblak, asinan, mie instan dan lain-lain. Junk food bukan hanya berupa makanan berat saja, namun juga bisa berupa makanan ringan seperti ciki-ciki, wafer, dan biskuit.
Di era modern ini junk food menjadi makanan yang cukup menarik perhatian. Rasanya yang enak, penyajiannya yang praktis dan lebih hemat waktu menjadi opsi makanan terbaik masyarakat. Terutama bagi masyarakat kota. Jadwal yang sibuk membuat masyarakat kota tidak memiliki cukup waktu untuk memasak. Menurut mereka, daripada membuang waktu untuk memasak lebih baik membeli junk food yang cepat saji walau harganya lebih mahal. Selain itu, gaya hidup serta pengaruh dari teman atau rekan kerja juga menjadi salah satu pendorong seseorang mengkonsumsi junk food. Orang yang memakan junk food dianggap lebih modern dan kekinian. Seorang pemerhati kesehatan mengatakan,
ADVERTISEMENT
Oleh karenanya, tak jarang saat kumpul bersama baik itu dengan keluarga, teman, ataupun rekan kerja makanan yang disajikan biasanya adalah junk food.
Padahal junk food memiliki dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Junk food memiliki jumlah kalori yang tinggi serta memiliki banyak kandungan lemak, garam, dan gula yang dapat menyebabkan seseorang terkena obesitas. Jumlah kalori yang tinggi dan kandungan gula yang banyak dapat menyebabkan lemak di tubuh menumpuk. Gula memiliki kandungan glukosa. Di dalam tubuh kita terdapat insulin yang berfungsi untuk membersihkan glukosa di dalam tubuh. Apabila jumlah glukosa meningkat, maka insulin bekerja lebih berat sehingga glukosa tidak terolah dengan baik. Dan akhirnya glukosa tersebut menumpuk di dalam tubuh dan menjadi lemak. Penumpukan lemak inilah yang nantinya akan menyebabkan seseorang bisa terkena obesitas.
ADVERTISEMENT
Di Indonesia sendiri, kasus obesitas kian meningkat tiap tahunnya. Berdasarkan indikator RPJMN 2015-2019 13,5% orang Indonesia usia 18 tahun ke atas mengalami kelebihan berat badan, sementara itu, 28,7% mengalami pra-obesitas dengan IMT di atas 25 dan sebanyak 15,4% orang dewasa mengalami pra-obesitas dengan IMT diatas 27. Berdasarkan SIRKESNAS 2016, angka obesitas dengan IMT diatas 27 naik menjadi 20,7% sementara obesitas dengan IMT lebih dari 25 menjadi 33,5%.
Selain obesitas, junk food juga memicu tekanan darah tinggi. Jumlah garam yang banyak dapat meningkatkan tekanan darah. Tekanan darah tinggi juga dapat mengundang penyakit lainnya seperti jantung dan stroke. Belum lagi kandungan lemak jenuh pada junk food juga dapat memicu penyakit kolesterol. Kandungan lemak jenuh yang banyak dapat menyumbat aliran darah yang seharusnya mengalir ke seluruh tubuh sehingga dapat membuat aliran darah ke otak juga tersumbat. Dan apabila dikonsumsi secara terus-menerus dalam jumlah yang banyak, lemak jenuh juga dapat menyebabkan kanker usus dan payudara.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari artikel Triani, 2014 yang juga mengutip dari Bahari, seorang ahli kesehatan menjelaskan bahwa ada banyak makanan yang biasa dikonsumsi sehari-hari merupakan pemicu timbulnya penyakit mematikan tertinggi di dunia yaitu jantung dan kanker. Termasuk junk food yang bisa sangat membahayakan kesehatan seseorang. Dampak yang ditimbulkan dari junk food biasanya tidak langsung dirasakan, namun secara perlahan dapat menurunkan kesehatan seseorang yang mengkonsumsinya (Bahari, Caruso, & Morris, 2013).
Yang sangat disayangkan, kebanyakan yang mengkonsumsi junk food berasal dari kalangan remaja. Padahal remaja adalah usia dimana seseorang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat. Remaja membutuhkan lebih banyak protein, vitamin, dan mineral untuk menunjang aktivitasnya. Oleh karena itu, remaja butuh asupan yang baik. Apabila yang dikonsumsi remaja merupakan makanan yang kurang baik, tentunya ini menghambat proses pertumbuhan dan aktivitasnya. Mereka akan mudah terserang penyakit karena metabolismenya menurun.
ADVERTISEMENT
Untuk memenuhi kebutuhan hariannya, remaja seharusnya mengkonsumsi makanan yang seimbang yaitu makanan empat sehat lima sempurna. Makanan empat sehat lima sempurna adalah makanan yang memiliki nilai gizi yang lengkap mulai dari protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Makanan tersebut dapat kita jumpai pada makanan pokok, lauk pauk, sayur mayur, dan buah-buahan.
Di era saat ini mungkin memang sulit untuk bisa terlepas dari makanan yang kurang sehat seperti junk food. Namun, kita masih bisa berupaya untuk meminimalisir jumlah konsumsinya. Membiasakan diri dengan pola makan yang sehat menjadi kunci utama. Rencanakan menu makan Anda dengan menyiapkan bahan-bahan makanan sendiri di rumah. Dengan begitu, kita tidak mudah tergiur untuk membeli junk food. Dan jangan lupa untuk menanamkan sugesti bahwa junk food adalah makanan yang tidak sehat. Kita sudah tahu bahwa junk food dapat mengundang berbagai penyakit berbahaya, lantas buat apa kita sering memakannya?
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Subarja, L. M. (2012). Buku Pintar Panduan Terlengkap Hidup Sehat. Yogyakarta: Aulya Publishing.
Bahari, H., Caruso, V., & Morris, M. J. (2013). Late-onset exercise in female rat offspring ameliorates the detrimental metabolic impact of maternal obesity. Endocrinology, 154(10), 3610-3621.