Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Minat Sekolah Negeri di Indonesia
11 Juli 2021 10:14 WIB
·
waktu baca 4 menitDiperbarui 13 Agustus 2021 14:00 WIB
Tulisan dari Desta Ayu Sekar P tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pendaftaran sekolah atau disebut juga PPDB adalah hal yang paling ditunggu-tunggu oleh siswa. Sekolah negeri menjadi tujuan utama. Melalui proses seleksi, siswa akan disaring sesuai kriteria dari masing-masing jalur.
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang tertinggal dari negara-negara tetangga dalam hal pendidikan. Daya tingkat baca yang rendah. Indonesia hanya mendapat nilai 371 dari data yang disusun oleh Programme International Student Assessment (PISA).
Seberapa penting pendidikan bagi kamu? Juni menjadi bulan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama yang lulus untuk mendaftar SMA/SMK. Tidak mudah mendaftar sekolah khususnya di DKI Jakarta.
Pembagian jalur pendaftaran membuat bingung para orang tua. Tidak ada gerak bebas lagi bagi para orang tua untuk menjulurkan kertas dibalik telapak tangan.
Ditiadakannya Ujian Nasional (UN), membuat nilai akhir siswa menjadi beragam. Beberapa faktor dimasukkan ke dalam penilaian sehingga siswa pintar tidak menjamin nilai yang bagus.
Mulai dari nilai keaktifan siswa di sekolah dan nilai persentil akademik dan non akademik. Kepengurusan dan perlombaan yang dimenangkan oleh siswa-siswa menjadi nilai tambah.
ADVERTISEMENT
Tahun 2021 menjadi tahun kedua Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di tengah pandemi. Sistem pembagian jalur yang beragam. Jalur prestasi, zonasi, afirmasi, dan terakhir jalur tahap 2. Kuota per jalur pun ikut ditentukan.
Pemerintah memiliki tujuan untuk meratakan pendidikan di Indonesia. Setiap daerah akan memprioritaskan warga yang berdomisili daerah tersebut. Jalur zonasi memiliki kuota siswa lebih dari 50%. Selain itu, usia pun dimasukkan ke dalam sistem seleksi.
Apa fungsi dari usia? Menurut Pemprov DKI Jakarta sistem ini menjadi penentu seleksi setelah daya tampung melebihi kuota. Setelah diseleksi berdasarkan jarak rumah dengan sekolah. Usia calon peserta didik diurutkan dari yang tertua. Hal ini mencegah adanya diskriminasi terhadap masyarakat kurang mampu.
Namun apa yang terjadi? Banyak siswa yang tidak diterima di sekolah impian hanya karena usia. Siswa SMP Negeri 252 Jakarta Azzahra melakukan pendaftaran sekolah. Pada 7 Juni 2021, dia membawa harapan baru. Berharap diterima di sekolah impian. Orang tuanya tinggal jauh di Tangerang, sedangkan dia di Bekasi.
ADVERTISEMENT
Pagi hingga malam, dia baru bisa melakukan pembuatan akun. Server PPDB DKI Jakarta sempat down. Melalui jalur prestasi, dia membuat kesepakatan akan mendaftar keesokan harinya. Sampai di hari terakhir pendaftaran. Dia hanya mendaftar di satu SMA Negeri.
Tanpa diskusi atau meminta saran. Saat burung terbang kembali ke sarangnya. Matahari mulai turun dan bersembunyi di ujung samudera. Tapi hatinya diselimuti rasa khawatir. Berpikir bahwa namanya akan bertahan dengan mudah.
Tiga puluh menit sebelum peristiwa itu terjadi. Orang tuanya memantau nama anaknya yang ada di daftar seleksi daring. Menit demi menit turun perlahan.
Tepat lima menit sebelum penutupan, namanya sudah hilang dari daftar seleksi.
Kesal ataupun marah, saat itu tidak penting lagi. Tangannya sudah mulai mencari sekolah-sekolah lain, tinggal “klik”. Namun sangat disayangkan, dia terlalu berpikir panjang.
ADVERTISEMENT
Beberapa hari dia terus menangis sampai sakit. Berpikir tentang penyesalan yang telah dilakukannya. Penuh dengan kata “Jika.. Andai…Kalau saja…”.
Jalur pendaftaran zonasi dibuka. Hanya butuh satu jam untuk kehilangan harapan. Dia tidak bisa mendaftar di sekolah mana pun karena prioritas zonasi dan usia. Persaingan di jalur lainnya juga lebih ketat daripada jalur pertama.
Proses panjang yang penuh dengan pertimbangan. Sekolah mana saja? Kalau sudah tidak lolos daftar ke mana lagi? Mulai dari situ, dia baru tahu sulitnya mencari sekolah negeri di Jakarta.
Nenek yang sudah bersamanya dari tahun 2008 mulai putus asa. Beliau mencari sekolah-sekolah swasta untuk cucunya. Namun jalan terakhir berhasil dilewati. Dia lolos mendaftar di salah satu MAN Jakarta.
ADVERTISEMENT
Bukan SMA atau SMK, melainkan MAN. Sekolah Menengah Atas yang dinaungi oleh Kementerian Agama. Jauh dari harapan awal, prinsipnya berubah menjadi “Di mana pun sekolahnya harus tetap mendapat sekolah negeri.”
Siswa lulusan tahun 2021 banyak yang beralih mendaftar ke sekolah swasta. Mereka berpikir bahwa mereka sudah tidak memiliki harapan untuk bersekolah negeri. Para siswa tidak mau menunggu satu tahun. Mereka lebih baik bersekolah di swasta daripada harus mendaftar tahun depan.
Hal itu membuktikan bahwa keinginan anak Indonesia terhadap pendidikan cukup tinggi. Satu tahun menunggu pun mereka tidak mau. Mereka berpikir bahwa waktu satu tahun sangat berarti. Menunggu bukan satu-satunya cara untuk bisa bersekolah. Sekolah negeri ataupun swasta, ilmu yang terpenting.
ADVERTISEMENT
(Desta Ayu Sekar P, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)