Penumpukan Cairan Otak pada Bayi

Desta Ayu Sekar P
Mahasiswa Jurnalistik, Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
13 Juli 2021 14:50 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desta Ayu Sekar P tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Orang tua pasti bahagia jika anaknya tumbuh dengan sehat. Terhindar dari penyakit-penyakit yang membahayakan menjadi yang utama dari harapan setiap orang tua. Pernah mendengar hidrosefalus?
Sumber: https://www.istockphoto.com/
Bagian penting bagi manusia salah satunya adalah kepala. Banyak sel-sel dan saraf di dalamnya. Jika ada kesalahan, maka mempengaruhi sistem kerja tubuh lainnya. Cairan pada otak memiliki fungsi yang penting. Namun jika terjadi ketidakseimbangan akan mengganggu sistem kerja penyerapan cairan.
ADVERTISEMENT
Apa kalian tahu penyakit yang sering terjadi pada bagian kepala? Ya, hidrosefalus. Kondisi bagian kepala membesar yang disebabkan oleh adanya penumpukan cairan dalam otak.
Kita bisa mengetahuinya pada bagian ubun-ubun, terdapat benjolan lunak yang berisi cairan. Cairan tersebut akan meningkatkan tekanan pada otak kita.
Data epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini sering terjadi pada bayi. Mengapa bayi? Karena hidrosefalus dapat terdeteksi sebelum, saat proses persalinan, atau bahkan setelah persalinan. Bahkan banyak bayi yang didiagnosis hidrosefalus ketika masih di dalam kandungan.
Biasanya dokter menyarankan ibu hamil untuk segera melakukan proses persalinan secara sesar. Hal ini akan mempercepat tindakan terhadap hidrosefalus pada bayi. Jika kita lihat, bayi yang baru lahir tidak memiliki perbedaan yang jelas dengan bayi normal lainnya. Besar kepala masih terlihat normal.
ADVERTISEMENT
Kita dapat mengetahui gejala yang bisa terjadi. Biasanya bayi kurang responsif terhadap lingkungan. Perkembangan bayi pun menjadi lambat. Bahkan lama-kelamaan sebagian bayi memungkinkan tidak dapat mendengar ataupun melihat. Sebab, adanya penumpukan cairan yang mengganggu saraf otak.
Charissa Ika, bayi perempuan yang dinyatakan mengidap penyakit hidrosefalus sejak masih di dalam kandungan, tahun 2011. Dia terpaksa lahir lebih cepat dari perkiraan dokter sebelumnya.
Untungnya saat usia kehamilan 9 bulan, orang tuanya melakukan pemeriksaan USG. Saat itu mereka baru mengetahui, bahwa calon bayi terdiagnosis hidrosefalus dan harus segera melakukan operasi sesar.
Charissa atau yang akrab disapa Icha berjuang untuk hidup selama 16 bulan. Dia harus pergi saat umurnya masih belia. Keluar-masuk rumah sakit sudah menjadi hal yang biasa. Terhitung sudah 14 kali masuk rumah sakit.
ADVERTISEMENT
Umurnya yang masih muda. Kulit lembut bayi kecil itu sudah harus merasakan tajamnya jarum suntik. Banyak benda yang menjulur dari mesin tempat dia berbaring terpasang ke tubuhnya.
Selang atau dalam bahasa kedokteran disebut dengan stunt harus terpasang di dalam tubuhnya. Mata kita dapat melihat selang yang menjulur di dalam tubuhnya dari kepala sampai saluran kemih. Pemasangan Stunt ini berfungsi sebagai saluran yang mengalirkan cairan berlebih pada otak dan dikeluarkan melalui saluran kemih.
Perlu adanya pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak ada masalah pada stunt. Beberapa kali terjadi penyumbatan pada stunt sehingga perlu tindakan operasi. Lebih dari tujuh kali operasi pernah dirasakan pada bayi kecil ini.
Segala cara sudah dilakukan, kepala semakin membesar. Orang tuanya mencoba mengikhlaskan untuk kebaikan anaknya. Almarhum Icha pun pergi tepat sebelum dia yang seharusnya hari itu pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi.
ADVERTISEMENT
Menurut Bundanya, sebelum Icha meninggal, wajah bayi kecil ini seperti bercahaya dan tidak lama dia tersenyum. Kemudian dia pergi untuk selamanya. Senyum itu seperti ucapan terima kasih untuk orang tuanya.
Jadi, penyakit ini tidak bisa diprediksi kesembuhannya. Keberuntungan setiap orang berbeda-beda. Satu, dua tahun bahkan belasan tahun, hanya sedikit orang yang dapat bertahan dalam kondisi kepala membesar. Penyakit ini tidak hanya bisa terjadi pada bayi, melainkan orang dewasa pun bisa terkena hidrosefalus.
"Lebih baik mencegah daripada mengobati.”
Sebagai orang tua sudah pasti memberikan yang terbaik untuk anaknya. Apalagi untuk para ibu hamil, sebaiknya melakukan pemeriksaan ultrasonografi (USG). Tindakan ini bisa mendeteksi ada-tidaknya hidrosefalus pada janin. Waktu baik untuk melakukan USG pada rentang umur kandungan antara 15 sampai 35 minggu.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini bisa terjadi kapan saja tanpa ada gejala yang dirasakan oleh ibu hamil. Infeksi saat kehamilan adalah penyakit yang sulit terdeteksi oleh diri ibu hamil sehingga perlu USG demi kebaikan bayi maupun orang tuanya.
(Desta Ayu Sekar P, Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta)