Konten dari Pengguna

Dari Runway ke Tempat Sampah: Siklus Hidup Pakaian yang Menyedihkan

Desti Fitria Suci
Bekerja sebagai customer service hobi menulis saat ini sedang menempuh studi Fakultas Psikologi di Universitas Proklamasi 45 Yogyakarta.
3 November 2024 9:47 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desti Fitria Suci tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tumpukan Pakaian (Photo: Pixabay.com)
zoom-in-whitePerbesar
Tumpukan Pakaian (Photo: Pixabay.com)
ADVERTISEMENT
Tren mode yang silih berganti telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan modern. Namun, di balik kilauan dunia fashion, tersimpan sebuah permasalahan serius yang kerap luput dari perhatian kita limbah pakaian. Pakaian-pakaian yang dulu begitu digandrungi, kini berakhir mengenaskan di tempat pembuangan sampah.
ADVERTISEMENT
Fast Fashion: Biang Keladi Masalah
Munculnya konsep fast fashion telah mempercepat siklus hidup pakaian. Tren terbaru bermunculan setiap minggu, mendorong konsumen untuk terus membeli pakaian baru. Konsekuensinya, pakaian menjadi komoditas sekali pakai yang cepat dibuang setelah beberapa kali penggunaan. Proses produksi yang cepat dan murah seringkali mengorbankan kualitas bahan dan tenaga kerja.
Dampak Lingkungan yang Mengerikan
Limbah pakaian memberikan dampak yang sangat buruk bagi lingkungan. Proses produksi pakaian menghasilkan emisi gas rumah kaca yang signifikan, serta mengkonsumsi air dalam jumlah besar. Selain itu, penggunaan bahan kimia berbahaya dalam proses pewarnaan dan penyamakan kulit juga mencemari lingkungan.
Ketika pakaian dibuang ke tempat pembuangan sampah, mereka membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai. Beberapa jenis kain sintetis bahkan tidak dapat terurai secara alami. Akibatnya, timbunan sampah pakaian semakin menumpuk dan mencemari tanah serta air.
ADVERTISEMENT
Mikrofiber: Ancaman Tersembunyi
Salah satu masalah serius yang terkait dengan limbah pakaian adalah keberadaan mikrofiber. Serat sintetis yang sangat kecil ini terlepas dari pakaian saat dicuci dan sulit untuk dihilangkan oleh sistem pengolahan air limbah. Mikrofiber kemudian masuk ke laut dan mengancam ekosistem laut.
Apa yang Bisa Kita Lakukan?
Untuk mengatasi masalah limbah pakaian, diperlukan perubahan perilaku dari seluruh pihak, mulai dari produsen, peritel, hingga konsumen. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:
1. Membeli pakaian dengan bijak. Pilihlah pakaian yang berkualitas dan tahan lama. Hindari membeli pakaian secara impulsif dan pertimbangkan kebutuhan sebenarnya.
2. Menerapkan prinsip-prinsip slow fashion. Berinvestasi pada beberapa potong pakaian berkualitas daripada membeli banyak pakaian murah.
ADVERTISEMENT
3. Mendaur ulang pakaian. Bawa pakaian bekas ke tempat pengumpulan atau donasikan kepada orang yang membutuhkan.
4. Memperbaiki pakaian yang rusak. Jangan langsung membuang pakaian yang rusak, cobalah untuk memperbaikinya.
5. Mendukung merek yang berkelanjutan. Pilih merek yang memproduksi pakaian dengan bahan-bahan ramah lingkungan dan menerapkan praktik bisnis yang bertanggung jawab.