Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Inner Child: Hal-hal yang Tidak Pernah Selesai
7 Desember 2022 19:21 WIB
Tulisan dari Destiana Dian Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa dari kita sudah tidak asing dengan istilah inner child. Istilah inner child yang sering kali kita lihat di Twitter, Instagram, Tiktok, dan media lain kerap membuat orang menganggap bahwa inner child merupakan sisi anak-anak yang terdapat dalam diri orang dewasa. “enggak usah sok-sokan jadi girl boss. Inner child-mu nangis tiap malem pengen disayang ayah, pengen didengarkan oleh orang tua, iri lihat keluarga orang.” "Inner child-ku meronta-ronta lihat dia disayang oleh kedua orang tuanya," katanya. Tetapi tahukah kalian, apakah inner child itu?
ADVERTISEMENT
Menurut Bradshaw, inner child merupakan hasil pengalaman atau kejadian di masa lalu yang belum terselesaikan dengan baik. Diri kita yang sekarang terbentuk oleh peristiwa dan pengalaman yang terjadi di masa lampau. Setiap kita pasti pernah mengalami masa sulit dan mengalami hal yang tidak mengenakkan yang tak jarang meninggalkan trauma dalam diri saat kita masih kecil. Tanpa kita sadari, untuk menghindari rasa sakit dan luka yang kita alami ketika itu, kita hanya melakukan pengabaian, menghindar dan menekan luka tersebut, menekannya ke alam bawah sadar, atau mengabaikannya dengan harapan luka tersebut akan hilang. Raditya Riefananda mengungkapkan bahwa pengalaman masa kecil seseorang, baik yang positif maupun yang negatif, sama-sama berperan dalam pembentukan kepribadian seseorang yang akan berpengaruh ketika kelak ia menjadi dewasa. Seseorang yang memiliki luka yang belum terselesaikan dan trauma tersebut sering mengalami insecure, merasa haus akan kasih sayang, merasa tidak berdaya, bahkan merasa kalau dirinya tidak berharga. Jika hal ini menetap dalam diri seseorang akan berpengaruh dalam hubungan pertemanan, pernikahan, dan juga hubungan pekerjaan.
ADVERTISEMENT
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk pennyembuhan luka yang belum terselesaikan adalah dengan memaafkan. Lantas bagaimana langkah-langkah memaafkan? Menurut Mawan, dalam konsep teologis, menguraikan tiga tahapan dalam proses memaafkan, yaitu:
1. Mengingat kembali pengalaman terluka
Mengingat kembali pengalaman terluka mungkin menjadi langkah yang paling sulit karena kita harus mengalami luka itu kembali. Kita perlu melepaskan segala bentuk pertahanan yang kita gunakan untuk menutup perasaan tersebut. Kemudian akan timbulah perasaan berduka yang membuat kita tidak lagi menyangkal dan menolak luka yang kita alami serta berusaha pulih melalui perasaan tersebut.
2. Mengartikan/ memaknai ulang luka
Luka batin telah mengacaukan penilaian kita terhadap orang yang telah melukai diri kita. Kita perlu menyadari bahwa Tuhan telah memberikan pikiran, kehendak, dan emosi. Kehendak akan mengontrol pikiran dan pikiran akan mengontrol emosi. Hal tersebut dapat membuat kita dapat menyadari bahwa sering kali kita melihat mereka yang melukai kita dengan kaca mata luka batin kita. Dengan mengontrol pikiran, maka kita dapat melihat bahwa mereka pun sama dengan kita: sama-sama lemah. Kita dapat memandang mereka lebih dari apa yang mereka perbuat dan menganggap diri kita lebih dari luka yang kita terima agar kita dapat mengenal lebih baik orang yang telah melukai kita.
ADVERTISEMENT
3. Melepaskan rasa marah
Sebenarnya, kita dapat melepaskan rasa marah dengan mengakui adanya kemarahan itu. Kita harus bisa menyadari bahwa kemarahan merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan kerap kali dapat memberikan dampak buruk depada diri sendiri dan orang lain. Langkah awal yang dapat kita lakukan adalah mengakui kepada Tuhan agar kita memperoleh kekuatan untuk dapat melepaskan kemarahan dengan benar. Melepaskan kemarahan dengan benar membuat kita secara sukarela tidak lagi mempunyai keinginan untuk balas dendam. Ini berarti kita telah mengampuni orang yang telah melukai kita dan kita akan terbebas dari luka emosional.
Jadi, yuk, kita berdamai dengan pengalaman-pengalaman masa lalu agar kita dapat melangkah menjadi pribadi yang lebih baik untuk diri kita sendiri dan lingkungan sekeliling kita!
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Siregar, C. (2012). Menyembuhkan luka batin dengan memaafkan. Humaniora, 3(2), 581-592.
Surianti, S. (2022). Inner Child: Memahami dan Mengatasi Luka MasaKecil. Jurnal Mimbar: Media Intelektual Muslim dan Bimbingan Rohani, 8(2), 10-18.