Konten dari Pengguna

Tidak Perlu Takut untuk Selesai: Penerapan Mindfulness dalam Hubungan Pertemanan

Destiana Dian Pratiwi
Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya
5 Desember 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Destiana Dian Pratiwi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menjalani masa kuliah di perantauan memberikan kesempatan bagi saya bertemu banyak orang baru. Beberapa di antara mereka hadir bukan hanya sebagai rekan kuliah, tetapi juga sebagai seseorang tempat saya berbagi cerita dan pendukung yang sangat berarti untuk saya dalam menjalani dinamika kehidupan selama masa studi. Kehadiran mereka membawa rasa senang karena bersama mereka, saya menemukan rasa senang dalam canda tawa, obrolan ringan, pengalaman-pengalaman kecil yang membuat masa kuliah terasa lebih hidup, serta menjadi pelipur di tengah tekanan dan tantangan yang sering muncul selama masa studi. Akan tetapi rasa takut terhadap istilah “people come and go” tidak jarang hadir ketika saya menjalani hubungan interpersonal dengan teman-teman saya, hingga membuat emosi sedih kerap hadir dalam diri saya di momen yang seharusnya sangat menyenangkan. Emosi sedih yang mengganggu datang dari ketakutan bahwa rasa senang bersama teman-teman ini tidak akan terjadi selamanya, ketakutan akan kehilangan teman-teman yang banyak membantu dan menghibur saya, rasa takut akan hadirnya kekosongan apabila tidak berada disekeliling mereka, dan ketakutan akan hadirnya kekacauan dalam hidup saya apabila diharuskan berpisah dengan teman-teman saya.
being present for the moment.
zoom-in-whitePerbesar
being present for the moment.
Mindfulness, atau kesadaran penuh dan hadir utuh (Silarus, 2015), adalah sebuah pendekatan dalam psikologi yang dapat diterapkan dalam hubungan interpersonal untuk mengatasi berbagai ketakutan-ketakutan yang muncul dalam hubungan interpersonal tersebut. Mindfulness didefinisikan sebagai pengingat perhatian dan kesadaran, yaitu proses atau keadaan di mana seseorang tetap terjaga dalam kesadaran terhadap kondisi saat ini, tanpa memberikan penilaian, tanpa memperluasnya, dan hanya menyadari serta menerima pikiran, perasaan, atau sensasi yang muncul (Kabat-Zinn, 1990). Thera (1972) mendeskripsikan mindfulness sebagai kesadaran yang jelas dan terfokus pada apa yang sebenarnya sedang terjadi pada diri kita dan dalam diri kita pada setiap momen. Deskripsi tersebut juga sejalan dengan Hanh (1976) yang mendeskripsikan mindfulness sebagai menjaga kesadaran seseorang untuk tetap hidup terhadap relitas saat ini. Sifat dari realita yang sebenarnya adalah segala sesuatu merupakan hal yang dapat rusak, berubah dan tidak ada intinya. Berdasarkan ketiga pengertian mindfulness tersebut, relevansi penerapan mindfulness terhadap ketakutan-ketakutan dalam hubungan interpersonal adalah untuk membantu seseorang untuk lebih sadar akan reaksi emosional seseorang dan mengurangi ketakutan-ketakutan tidak berdasar. Mindfulness membantu untuk fokus pada kenyataan saat ini, bukan pada kekhawatiran yang belum tentu terjadi, menanamkan kesadaran terhadap ketidakpastian dan sifat sementara dari segala hal, juga membantu mengurangi rasa takut karena seseorang belajar untuk menerima perubahan sebagai bagian alami dari kehidupan.
ADVERTISEMENT
Pengaplikasian mindfulness dalam hubungan interpersonal pertemanan ditargetkan dengan tujuan untuk membantu dalam mengelola emosi dan ketakutan-ketakutan yang muncul dalam menjalani interpersonal, terutama selama masa studi di perantauan. Target dari pengaplikasian mindfulness juga dicapainya kesadaran terhadap pikiran dan perasaan yang muncul, tanpa terbawa kekhawatiran berlebihan terhadap masa depan atau kehilangan teman-teman yang saat ini sangat berarti bagi saya, menerima secara utuh segala momen kebaahagiaan dan/atau kesedihan bersama mereka, tanpa terganggu oleh rasa takut bahwa momen tersebut akan berakhir. Mindfulness juga bertujuan untuk membantu mengembangkan ketenangan dengan menyadari dan menerima realita yang bersifat sementara dari hubungan manusia sebagai bagian alami dari kehidupan. Dengan praktik ini, saya belajar menerima perubahan, seperti perpisahan, dengan lapang dada juga dengan kesadaran penuh untuk dapat menghargai setiap momen yang ada tanpa rasa cemas dan kesedihan yang tidak perlu. Selain itu, mindfulness diharapkan dapat membantu membangun hubungan interpersonal yang lebih sehat dengan fokus kepada realita saat ini agar mampu hadir secara emosional untuk teman-teman saya, mendengarkan secara penuh dan tanpa prasangka, serta menciptakan ruang yang nyaman untuk berbagi. Hal-hal tersebut diharapkan dapat memperkuat hubungan, sehingga saya tidak hanya mengandalkan kehadiran mereka sebagai sumber utama kesenangan, tetapi juga menjadi pendukung yang berarti bagi teman-teman. Secara keseluruhan, mindfulness dapat membantu untuk menemukan keseimbagan antara menikmati hubungan yang saat ini terjadi dengan sadar penuh hadir utuh dan menerima realita yang berupa perubahan sebagai bagian dari perjalanan hidup.
ADVERTISEMENT
Penerapan mindfulness dalam hubungan interpersonal tersebut dapat dioptimalkan dengan mengikuti lima aspek yang dikemukakan oleh Dr. Jon Kabat-Zinn. Pertama, dengan memberikan atensi terhadap diri sendiri untuk mengenali dan memahami perasaan serta pikiran yang muncul, seperti ketakutan akan kehilangan teman atau kecemasan terhadap masa depan hubungan. Kedua, dengan berada di momen kini untuk bisa sepenuhnya menikmati kebahagiaan bersama teman-teman dalam obrolan, tawa, dan pengalaman kecil, tanpa terganggu oleh kekhawatiran tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Ketiga, dengan tidak langsung bereaksi terhadap emosi seperti rasa takut atau sedih, sehingga hubungan dapat terjaga dengan sehat dan seimbang tanpa adanya ketergantungan emosional yang berlebihan. Keempat, berusaha untuk tidak menghakimi situasi dan emosi sebagai bentuk baik atau buruk agar dapat menerima perubahan dalam hubungan sebagai sesuatu yang alami. Terakhir, dengan sikap terbuka, melatih empati, penghargaan, dan penerimaan terhadap teman-teman untuk menjaga hubungan tetap harmonis dan bermakna.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, disimpulkan bahwa penerapan mindfulness digunakan untuk membantu mengelola emosi, menikmati momen kini, dan menerima perubahan dalam hubungan interpersonal. Dengan kesadaran penuh, sikap terbuka, dan tidak menghakimi, hubungan menjadi lebih sehat, tulus, serta seimbang, tanpa kecemasan berlebihan terhadap masa depan.
Daftar Pustaka
Elkind, D. (1967). Egocentrism in adolescence. Child Development, 38, 1025–1034.
Hanh, T. N. (1976). Miracle of mindfulness. Boston: Beacon
Kabat-Zinn, J. (1990). Full catastrophe living, using the wisdom of your body and mind to face stress, pain, and illness. Bantam Dell.
Silarus, A. (2015). Sadar penuh, hadir utuh. TransMedia Pustaka.
Thera, N. (1972). The power of mindfulness. Unity Press.