Konten dari Pengguna

Kritik Sosial Politik dalam Lagu Ciptaan Musisi Legendaris Iwan Fals

Desti Ramadhani
Ilmu Komunikasi'19 UII
5 Januari 2021 12:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desti Ramadhani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Siapa yang tidak mengenal Iwan Fals? Musisi legendaris Indonesia yang lahir di Jakarta, 3 September 1961 dengan nama asli Virgiawan. Terciptanya nama Iwan Fals bermula dari perjalanan ia sewaktu kecil. Ketika melihat seorang anak kecil yang memainkan gitar di pesawat, namun pramugari tersebut heran melihat permainan gitar yang terdengar fals. Maka dari itu, pramugari tersebut membenarkan steman nada gitar dan mengajari Iwan memainkan sebuah lagu berjudul Blowing in the Wind. Dari peristiwa itulah Iwan menambahkan Fals dibelakang namanya (Ubaedy dan Ratrioso, 2005:2).
ADVERTISEMENT
Kepiawian Iwan dalam bermain gitar dan menciptakan lagu membuat Iwan terkenal dikalangan teman-temannya. Merasa banyak anak muda yang suka dan kenal dengan lagu ciptaanya maka mendorong Iwan untuk mencoba peruntungan di ibukota dengan bermodalkan hasil penjualan sepeda motor kemudian Iwan ke ibukota bersama beberapa temannya yang bergabung dalam kelompok “Amburadul” (Awe, 2007:4-5).
Percobaan Iwan belum berhasil karena album tersebut gagal dipasaran, namun tidak membuat Iwan menyerah karena setelahnya ia memenangkan festival lagu humor di tahun 1980 dan sempat diproduksi oleh ABC Records tetapi hasilnya masih gagal dan lagu-lagunya hanya dinikmati oleh kalangan tertentu. Sampai akhirnya, perjalanan Iwan Fals menemukan titik keseriusan saat bertemu Musica Studio dimana Iwan mengeluarkan album Sarjana Muda dan berkat album tersebut Iwan Fals mulai banyak ditawari untuk bernyanyi di televisi, salah satunya acara Manasuka Siaran Naga yang disiarkan oleh TVRI. Iwan Fals mulai aktif dengan berkolaborasi bersama W.S Rendra, Sawung Jabo dan Setiawan Djodi dengan menciptakan lagu Bento dan Bongkar. Lagu ini sangat menginspirasi kalangan anak remaja dan sempat dikumandangkan saat para mahasiswa melakukan demonstrasi (Simanjuntak, 2009:96).
ADVERTISEMENT
Awal karir Iwan Fals, ia sempat mendapat kecaman karena menciptakan lagu-lagu yang berisi kritikan terhadap pemerintah. Bahkan pada masa Orde Baru, banyak jadwal konser dibatalkan karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan. Bahkan saat konser Iwan Fals pernah disabotase bahkan dibubarkan sehingga berkakhir dengan berurusan pada pihak keamanan karena lagu-lagu yang dinyanyikannya dikonser dianggap mengganggu stabilitas negara karena membawakan lagu yang menyindir penguasa saat itu.
Hampir semua lagu Iwan Fals sarat akan kritik sosial yang ditujukan untuk pemerintah, salah satunya adalah lagu “Surat Buat Wakil Rakyat” dimana lirik yang terdapat dalam lagu ini bermakna sebagai sindiran untuk para anggota DPR untuk mewakilkan rakyat demi tujuan rakyat bukan hanya berhura-hura dan tidur dalam sidang.
ADVERTISEMENT
Secara umum lagu surat buat wakil rakyat menggambarkan mengenai kondisi sosial pada saat karya tersebut lahir dan terwakili sebagai realitas sosial di mata masyarakat dimana lirik yang termuat dalam lagu ini menggambarkan image wakil rakyat. Namun, pesan yang lebih ingin disampaikan lebih kepada pesan moral dimana seharusnya wakil rakyat harus benar-benar mewakiliki rakyat untuk kepentingan rakyat bukan untuk kepentingan pribadi. Hal ini merupakan kritik tentang banyaknya anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang menjalinkan hubungan nepotisme didalamnya (Fatni, 2017: 35-36).
Makna dari lagu “Surat Untuk Wakil Rakyat” karya Iwan Fals berarti sebagai pembelaan terhadap nilai kemanusiaan, meskipun lagu tersebut tersirat dalam bentuk sebuah lirik lagu dimana terlihat dari kemerosotan tata nilai manusia dikehidupan sehari-hari. Lagu Iwan Fals mengangkat soal manusia dan masyarakat yang menafikan martabat manusia, baik dalam pribadi individu itu sendiri maupun terhadap manusia lainnya (Fatni, 2017:35-36).
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, dari lau ciptaan karya Iwan Fals ini diharapkan menjadi kritikan keras untuk wakil rakyat yang diharapkan bias menjadi wakil rakyat yang baik untuk kepentingan rakyat karena dasarnya wakil rakyat pun dipilih oleh rakyat.
Desti Ramadhani, Mahasiswi Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Indonesia.