Konten dari Pengguna

Konten TikTok, Sebuah Adiksi atau Atensi

Destya Arwanda
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
29 Desember 2020 12:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Destya Arwanda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aplikasi TikTok yang digemari khalayak masyarakat.
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi TikTok yang digemari khalayak masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia “budaya” adalah adat istiadat, sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah berkembang. Sedangkan “populer” adalah disukai dan dikagumi banyak orang. Menurut pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa budaya populer adalah budaya yang benyak digemari masyarakat saat ini dan sudah dijalankan dalam kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Semakin berkembangnya teknologi saat ini diikuti dengan bertambahnya budaya populer yang terjadi di dunia digital. Hal ini muncul karena banyaknya masyarakat yang ikut berpartisipasi dalam penggunaan budaya tersebut. Budaya ini semakin populer dengan mengikuti kemajuan masyarakat saat ini.
Di masa pandemi ini hampir semua kegiatan baik pendidikan hingga pekerjaan dilakukan di rumah saja dan mulai banyak yang melakukan kegiatan untuk menghibur diri di rumah. Salah satunya dengan bermain TikTok. Sejak awal tahun 2020 aplikasi TikTok mulai digemari khalayak masyarakat dan kini menjadi aplikasi terlaris nomor 1 pemutar & editor video di Play Store (diakses 28/12/2020). TikTok adalah aplikasi yang berisi konten video pendek yang digunakan untuk hiburan hingga mencari penghasilan.
ADVERTISEMENT
TikTok ini menjadi budaya populer dan banyak khalayak yang menggunakannya. Konten yang termuat dalam bentuk video pendek yang berdurasi 15 hingga 60 detik dan banyak macamnya seperti konten menari, bernyanyi, mengulas produk dan masih banyak lagi. Dari video yang berdurasi pendek tersebut menjadikan banyaknya konten yang dibuat menjadi tidak membosankan. Di dalam sebuah komunikasi penyampaian pesan pasti terdapat proses pengirim pesan dan penerima pesan. Disini pengguna TikTok yang menonton dapat menerima pesan yang disampaikan melalui konten video yang dibuat tersebut. Pengguna juga dapat memberikan timbal balik dengan berkomentar pada konten maupun berduet dengan konten tersebut.
Berbagai konten yang termuat di TikTok membuat khalayak merasa terhibur. Sehingga banyak pengguna yang kecanduan bermain TikTok hingga sampai lupa waktu karena keasyikan menjelajahi linimasa konten video. Hal ini dilihat dari beberapa konten TikTok yang memperlihatkan jika dia sedang keasyikan video dari malam hingga pagi. Di dalam konten tersebut juga banyak yang berkomentar jika hal tersebut sesuai dengan yang terjadi di beberapa pengguna lainnya. Artinya tindakan melihat konten video dalam jangka waktu yang lama juga dilakukan oleh beberapa pengguna lainnya.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari Kompas.com (diakses 28/12/2020) sekitar 40 persen pengguna TikTok ada di rentang usia 16 hingga 24 tahun. Namun tidak hanya kalangan anak muda melainkan juga orang dewasa diatas umur 24 tahun pun tertarik dengan aplikasi satu ini. Di berbagai usia pengguna TikTok memiliki tujuan masing-masing dalam menggunakan aplikasi ini seperti sebagai pembuat konten, sebagai penonton, mencari informasi, dan lain-lain.
Dampak bisa terjadi pada pengetahuan, sikap, dan tingkah laku seseorang (De Fleur, 1982). Setiap budaya populer pasti ada dampak positif dan negatifnya. Dampak positif dari TikTok adalah kita mendapatkan banyak informasi yang sebelumnya tidak kita ketahui, mendapat hiburan, menambah ilmu dari pengalaman orang lain hingga mendapat penghasilan. Dampak positif TikTok ini memang banyak ditambah lagi dengan konten inspiratif yang menambah motivasi pengguna lain untuk menjadi pribadi yang lebih baik dan berbagi sesama. Sedangkan untuk dampak negatifnya yakni beberapa konten yang dibuat memuat kebencian maupun saling menyindir, beberapa pengguna membuat konten apapun hanya karena mengejar popularitas atau viral tanpa melihat akibat dari yang tindakannya.
ADVERTISEMENT
Pada aplikasi TikTok tidak hanya konten hiburan saja tapi juga terdapat konten yang mempunyai jualan produk dan dalam aplikasi sudah terdapat fitur TikTok for Business. Disana pemilik maupun penjual dapat melakukan branding dengan membuat video menarik seputar produknya, mencantumkan ulasan produk atau testimoni dan dipublikasikan sehingga dapat membuat khalayak yang menonton dapat mengetahui ulasannya dan membeli produk sesuai kebutuhannya. Ulasan yang biasa dibuat di TikTok pun menjadi menarik karena mengingat durasi yang singkat sehingga secara langsung dipaparkan manfaatnya. Hal ini membuat beberapa khalayak yang menonton merasa terpengaruh dan ikut membeli produk yang diulas tersebut.
Selain konten jualan, konten dengan mengulas produk juga dapat memberikan penghasilan bagi pembuatnya seperti penghasilan dari mempromosikan produk atau yang dinamakan endorse, penghasilan dari TikTok jika banyak pengikut yang menonton, dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Dilansir dari kontan.id (29/12/2020) pengamat media sosial memperkirakan bahwa sejumlah “seleb” TikTok dengan jumlah pengikut yang besar, bisa mendapat penghasilan hingga US$ 1 juta (Rp. 13,9 miliar) untuk sekali posting.
Jadi kesimpulannya, Tiktok adalah aplikasi yang membuat khalayak menjadi kecanduan karena konten – konten di dalamnya mengandung unsur hiburan dan kreatif karena berbagai macam topik dapat dijadikan sebuah konten yang menarik. Banyak yang diuntungkan dari aplikasi ini seperti mendapatkan penghasilan dari membuat konten yang ditonton oleh ribuan orang, dari mempromosikan produk atau endorse, dan lain sebagainya.