Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Cerita Pendek : Khadijah Mu
29 Oktober 2022 6:09 WIB
Tulisan dari DEVA AZ-ZAHRA ADITIYA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ini adalah hari pertama ku menjadi istrimu, aku menyiapkan sarapan untuk kita berdua, setelah masakan selesai aku langsung menuju ke ruang makan untuk menyiapkannya di meja makan, dan kamu ternyata sudah menunggu di meja makan itu.
ADVERTISEMENT
“Khadijah, boleh aku bantu siapkan?,” katamu bertanya. “Tentu boleh,” jawabku tersenyum.
“Wangi sekali makanan ini, pasti sangat enak.”
“Bisa saja kamu.”
“Aku mau coba sayur sup nya boleh?”
“Tentu boleh, sini aku bantu ambilkan.”
“Dilihat-lihat istriku sangat cantik ya.”
“Apasih kamu, masih pagi sudah gombal, sudah cepat makan.”
“Enak tidak, sayur sup nya?.”
“Enak banget, apalagi kalau makannya sambil lihatin kamu.”
“Gombal terus.”
Aku sangat bersyukur bisa menjadi istrimu, selain wajahmu yang tampan dan suaramu yang indah, caramu memperlakukan diriku membuat jatuh cinta setiap saat.
Aku dan dirimu malam ini duduk berdua diruang tamu, dirimu merangkul ku dengan sangat hangat, sambil bercerita sebuah mimpi yang akan kita wujudkan bersama, aku tak henti menatap senyum manismu, dan dirimu pun tak henti terus memujiku dengan sebutan khadijah ku sangat cantik, aku hanya tersipu malu dan membalas dengan senyuman.
ADVERTISEMENT
Dirimu bertanya, “Khadijah, boleh aku bertanya sesuatu?.” jawabku “Tentu boleh, kamu ingin bertanya soal apa?.”
“Apa yang membuatmu yakin, untuk menerima lamaranku waktu itu?.”
“Akhlak dan lantunan ayat suci yang kamu bacakan yang waktu itu, membuat hatiku bergetar dan damai.”
“Bernarkah? kau ingin tahu tidak, kenapa aku menikahimu.”
“Kenapa? katakanlah, jangan membuat diriku penasaran.”
“Tapi aku tidak ingin mengatakannya.”
“Ahmad, katakanlah.”
“Dirimu akan menemui jawabannya, nanti.”
“Hmmm, baiklah.”
Aku dan dirinya bergegas ke kamar untuk beristirahat, aku langsung merebahkan diriku di kasur dan memikirkan kira-kira apa jawaban Ahmad ya, sambil menatap wajah nya dengan penasaran, dirinya hanya tersenyum-senyum seolah menyimpan rahasia.
“Dirimu sudah ngantuk, Khadijah?.”
“Iya.”
“Sini tidur dipelukanku, biar tidak cemberut lagi istriku yang cantik ini.”
ADVERTISEMENT
“Dasar gombal terus, sudah aku ingin tidur.”
“Baiklah, selamat tidur Khadijah ku yang cantik.”
“Selamat tidur juga Ahmad ku yang nyebelin.”
Ketika aku mulai sedikit terlelap, katamu “Aku menikahimu karena Allah yang menggerakan hatiku padamu, betapa bersyukurnya diriku mendapatkan istri yang sholeha, bukan hanya parasmu yang cantik, tetapi hatimu begitu indah wahai Khadijah ku, izinkan aku untuk selalu menemanimu sampai akhir hayat.”
Aku yang malam itu mendengar perkataan darinya sangat bahagia, dibalik pelukkan nya aku tersenyum bahagia, betapa beruntungnya Allah menitipkan suami yang begitu sempurna, dalam hatiku “Wahai Ahmad, sesungguhnya aku adalah salah satu istri yang sangat beruntung di dunia ini.”
Begitu indah skenario Allah, kesabaran yang mendatangkan hasil yang begitu indah, hari ini lima bulan pernikahan kita, dan sampai saat ini rasa cintaku kepadanya selalu bertambah dan terus bertambah, kebahagian kami bertambah saat Allah mempercayai untuk menititipkan janin dalam kandungan ku, sebentar lagi aku dan Ahmad akan menjadi seorang ayah dan ibu.
ADVERTISEMENT
Wahai Ahmad ku, akulah Khadijah mu, ya Allah jika engkau mengizinkan aku untuk selalu menjaganya, maka izinkanlah aku untuk terus menjaganya sampai akhir hayat yang kekal.