Eksistensi Bahasa Daerah di Kalangan Milenial, Memang Masih Eksis?

Deva Okta Riandini
Mahasiswa Program Studi Sastra Indonesia Universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
14 Maret 2022 18:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deva Okta Riandini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Keanekaragaman bahasa daerah. Foto: Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Keanekaragaman bahasa daerah. Foto: Pexels.com
ADVERTISEMENT
Dahulu bahasa daerah lazim digunakan oleh masyarakat, sejak kecil pun mereka sudah diajarkan bahasa daerah oleh orang tuanya. Pengaruh perkembangan pengetahuan dan teknologi membuat generasi milenial semakin mudah dalam mengakses berbagai macam informasi, hal ini menyebabkan minat berbahasa daerah pada generasi saat ini mulai berkurang. Bahasa daerah mulai tergantikan dengan bahasa asing seperti Korea, Inggris dan lain sebagainya.
ADVERTISEMENT
Apa saja penyebab eksistensi bahasa daerah hilang?
Ada beberapa faktor penyebab mengapa eksistensi bahasa daerah di kalangan milenial mulai menghilang salah satunya, orang tua saat ini jarang sekali mengajarkan bahasa daerah kepada anak-anaknya. Selain itu, menggunakan bahasa daerah sering dianggap ketinggalan zaman oleh kalangan milenial. Kemudian, pengaruh media dengan munculnya fenomena “bahasa gaul” yang marak digunakan oleh anak-anak zaman sekarang. Seperti kata literally, which is dan santuy turut memberikan dampak terhadap eksistensi bahasa daerah maupun bahasa Indonesia.
Lalu, upaya apa yang perlu diambil untuk menjaga eksistensi bahasa daerah?
Pesatnya perkembangan teknologi saat ini, banyak generasi milenial mulai meninggalkan bahasa daerah. Dengan mengajarkan bahasa daerah pada anak usia dini yang dilakukan oleh orang tua maupun guru merupakan salah satu upaya yang tepat, sehingga kekayaan budaya dan nilai luhur daerah yang dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Selain itu, meningkatkan kecintaan dan membiasakan anak menggunakan bahasa daerah di lingkungan keluarga. Namun, kita tidak dapat memaksakan semua menggunakan bahasa daerah. Karena di luar rumah kebutuhan berkomunikasi tidak cukup dengan satu bahasa saja.
ADVERTISEMENT
Penutur bahasa daerah yang semakin sedikit
Fenomena makin sedikitnya penutur bahasa daerah menjadi keprihatinan bersama, ini menjadi kerugian besar jika bahasa-bahasa daerah tersebut punah. Sejatinya, bahasa daerah merupakan salah satu kekayaan intelektual yang dimiliki. Bahasa daerah merupakan perwujudan bangsa, dimana Indonesia memiliki keramah tamahan dalam kehidupan sosial. Maka kita sebagai generasi penerus bangsa harus bisa melestarikan dan mempelajari bahasa daerah kita, agar eksistensi bahasa daerah tidak tergerus oleh zaman.