Konten dari Pengguna

Apakah Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Di Indonesia Sudah Efektif ?

Devan Haidar Wirya Hidayat
Saya seorang Mahasiswa yang sedang berkuliah di Universitas Pamulang dengan jurusan Sistem Informasi
13 November 2024 16:16 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devan Haidar Wirya Hidayat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Gambar diatas mendeskripsikan seseorang sedang belajar bersama sama (sumber:https://png.pngtree.com/png-clipart/20190916/original/pngtree-studying-students-studying-reading-discussion-png-image_4585639.jpg)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar diatas mendeskripsikan seseorang sedang belajar bersama sama (sumber:https://png.pngtree.com/png-clipart/20190916/original/pngtree-studying-students-studying-reading-discussion-png-image_4585639.jpg)
Latar Belakang
Di tengah perubahan sosial yang pesat, kesadaran sosial generasi muda menjadi topik penting yang perlu diperhatikan lebih dalam. Pendidikan Kewarganegaraan, yang diajarkan sejak sekolah dasar hingga perguruan tinggi, bertujuan untuk membentuk warga negara yang tidak hanya memahami hak dan kewajibannya, tetapi juga peduli terhadap masyarakat sekitar.
ADVERTISEMENT
Melalui PKn, diharapkan siswa menjadi individu yang berkarakter, bermoral, dan memiliki tanggung jawab sosial yang tinggi. Namun, muncul pertanyaan penting: apakah Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan saat ini sudah cukup efektif dalam mencapai tujuan ini?
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi dan globalisasi, generasi muda dihadapkan pada berbagai tantangan baru, yang seringkali membuat mereka terfokus pada kepentingan pribadi, atau bahkan terisolasi dari realitas sosial. Banyak pelajar yang menghabiskan waktu di dunia digital dibandingkan berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar.
Di sisi lain, isu-isu sosial seperti kemiskinan, ketimpangan ekonomi, perubahan iklim, dan radikalisme meningkat, dan memerlukan partisipasi aktif generasi muda. Hal ini menuntut adanya pemahaman dan kesadaran sosial yang lebih kuat, yang seharusnya dapat dibentuk melalui Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan.
ADVERTISEMENT
Lalu, hal apa yang dapat ditingkatkan dalam pengajaran mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan ?
Melihat permasalahan di atas, penulis berpendapat bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan saat ini masih terdapat kekurangan dalam membentuk kesadaran sosial siswa/i secara mendalam. Tanpa adanya pengembangan kurikulum yang lebih terarah dan relevan, PKn berisiko kehilangan perannya dalam menumbuhkan generasi yang peduli dan bertanggung jawab secara sosial.
Adapun solusi-solusi yang akan disampaikan oleh penulis, bertujuan agar mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada ranah pendidikan dapat membantu para tenaga kependidikan meningkatkan kualitas siswa/i di Indonesia.
Materi PKn perlu lebih dihubungkan dengan isu-isu yang relevan di masyarakat Indonesia, seperti ketimpangan sosial, korupsi, radikalisme, dan pentingnya keberagaman dalam kehidupan sehari-hari. Dengan cara ini, siswa dapat memahami nilai-nilai Pancasila—seperti keadilan sosial, persatuan, dan gotong royong—dalam konteks kehidupan nyata di negara mereka sendiri.
ADVERTISEMENT
Misalnya, pembahasan tentang “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” dapat dikaitkan dengan realitas ketimpangan ekonomi di Indonesia, sehingga siswa belajar memahami urgensi pemerataan kesejahteraan dan bagaimana mereka bisa berperan sebagai warga yang peduli dan bertanggung jawab.
Generasi muda harus dibekali dengan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana nilai-nilai Pancasila dapat diterapkan untuk mengatasi tantangan sosial yang ada di sekitar mereka.
PKn perlu didorong untuk tidak hanya mengandalkan pendekatan teoritis, tetapi juga harus melibatkan siswa dalam kegiatan praktis yang memperlihatkan langsung penerapan nilai kewarganegaraan dalam kehidupan sehari-hari.
Mengapa? Karena tanpa adanya pengalaman langsung, nilai-nilai yang diajarkan dalam PKn hanya akan tetap menjadi teori yang jauh dari kenyataan hidup siswa.
ADVERTISEMENT
Kegiatan praktis, seperti proyek sosial atau pengabdian masyarakat, dapat memberikan siswa kesempatan untuk merasakan sendiri dampak dari tindakan kewarganegaraan mereka, dan ini akan lebih mendalam dibandingkan hanya sekadar membaca teori di buku teks.
Jika siswa tidak terlibat secara langsung dalam masyarakat, mereka tidak akan pernah sepenuhnya memahami pentingnya berperan aktif sebagai warga negara.
Selain itu, pendidikan PKn harus lebih mengutamakan pembelajaran interaktif yang dapat merangsang berpikir kritis dan partisipasi aktif siswa. Sistem pembelajaran yang hanya mengandalkan ceramah di kelas tanpa ada ruang untuk diskusi dan perdebatan hanya akan membatasi pemahaman siswa terhadap isu kewarganegaraan.
Diskusi kelompok dan studi kasus mungkin dapat menjadi suatu opsi, yang boleh jadi metode ini sangat efektif untuk melatih siswa berpikir lebih kritis tentang masalah sosial yang ada, sekaligus memberikan mereka kesempatan untuk mengembangkan keterampilan komunikasi dan argumentasi.
ADVERTISEMENT
Penting juga untuk mengakui bahwa pendidikan kewarganegaraan tidak hanya mengajarkan hak dan kewajiban dalam konteks nasional, tetapi juga dalam konteks global. Di dunia yang semakin terhubung ini, pemahaman tentang hak asasi manusia, perdamaian internasional, dan keberagaman budaya global menjadi sangat relevan.
Oleh karena itu, pembelajaran PPKn harus memperkenalkan siswa pada nilai-nilai kewarganegaraan dalam konteks nasional dan global yang lebih luas, sehingga mereka siap menghadapi tantangan yang mempengaruhi kehidupan berbangsa, seperti radikalisme, disinformasi, dan dinamika sosial lainnya di era digital.
Terakhir, penulis berpendapat bahwa kurikulum PKn perlu ditingkatkan secara berkala agar tetap relevan dengan perkembangan zaman. Tanpa peningkatan, dikhwatirkan pendidikan kewarganegaraan bisa menjadi beban bagi siswa, bukan inspirasi untuk berkontribusi pada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Kurikulum yang lebih dinamis dan fleksibel yang dapat mengakomodasi isu-isu kontemporer akan lebih efektif dalam membentuk generasi muda yang tidak hanya memahami kewajiban mereka sebagai warga negara, tetapi juga peduli dan berperan aktif dalam masyarakat.
Kesimpulan
Kesimpulannya, pengajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di Indonesia perlu mengalami pembaruan yang mendalam agar dapat memenuhi tujuan utamanya dalam membentuk generasi muda yang peduli dan bertanggung jawab terhadap masyarakat.
Peningkatan relevansi materi dengan isu-isu sosial terkini, penggunaan pendekatan pembelajaran yang lebih praktis dan interaktif, serta pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran adalah langkah-langkah yang sangat dibutuhkan.
Selain itu, penting bagi kurikulum PPKn untuk lebih menekankan pada pemahaman tentang kewarganegaraan dalam konteks global dan memberikan ruang bagi siswa untuk berpikir kritis dan aktif dalam menghadapi tantangan sosial yang ada.
ADVERTISEMENT
Dengan memperbaiki aspek-aspek tersebut, pendidikan PPKn dapat lebih efektif dalam membentuk individu yang tidak hanya mengerti hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara, tetapi juga siap berperan aktif dalam menciptakan perubahan positif di masyarakat, baik di tingkat nasional maupun global.