Konten dari Pengguna

Demi Hindari Konflik, Mushaf Al-Quran Dibakar

Devani Bagus Aprinda
Resident of Internal Medicine Universitas Airlangga. Medical Doctor at PT. Rolas Nusantara Medika. Writting Enthusiasm.
8 Februari 2022 12:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devani Bagus Aprinda tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mushaf Al-Quran (Dokumentasi pribadi penulis).
zoom-in-whitePerbesar
Mushaf Al-Quran (Dokumentasi pribadi penulis).
ADVERTISEMENT
Alkisah penurunan Al-Quran, ternyata mushaf Al-Quran pernah dibakar sendiri oleh umat Islam. Berikut penjelasannya.
ADVERTISEMENT
Al-Quran merupakan keajaiban dan mukjizat yang tidak ditemukan dalam buku-buku lain. Kesempurnaannya membuat umat manusia percaya dan beriman. Wahyu Al-Quran secara bertahap turun kepada Rasulullah SAW selama hampir 23 tahun.
Para ulama membagi masa turunnya Al-Quran ini menjadi dua periode, yaitu periode Mekah dan Madinah. Periode Mekah berlangsung selama tiga belas tahun masa kenabian Rasulullah SAW dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surah Makkiyah. Sementara periode Madinah dimulai sejak peristiwa hijrah, berlangsung selama 10 tahun dan surat-surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surah Madaniyah.
Kemudian demi menjaga dan melestarikan Al-Quran, terjadilah masa penulisan (pencatatan dalam bentuk teks) Al-Quran yang dimulai semenjak zaman Nabi Muhammad SAW. Hingga transformasinya sebagai teks yang dijumpai saat ini terselesaikan dalam zaman Khalifah Utsman bin Affan.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya wahyu Al-Quran tadi dikumpulkan secara bertahap dan tertib. Pada masa Nabi Muhammad SAW masih hidup, ada beberapa orang yang ditunjuk untuk menuliskan Al-Quran, yakni Zaid bin Tsabit, Ali bin Abi Thalib, Muawiyah bin Abu Sufyan, dan Ubay bin Kaab. Media penulisan yang dipakai ketika itu berupa pelepah kurma, lempengan batu, daun lontar, kulit atau daun kayu, pelana, serta potongan tulang belulang binatang.
Sementara itu, pada masa kekhalifahan Abu Bakar, terjadi beberapa pertempuran yang dikenal dengan Perang Ridda, yang mengakibatkan tewasnya seorang sahabat penghafal Al-Quran. Oleh karena sangat khawatir dengan situasi saat itu, Umar bin Khatab meminta Abu Bakar untuk mengumpulkan semua tulisan kitab suci Al-Quran yang tersimpan di antara para sahabat. Abu Bakar kemudian menunjuk Zyed Ibn Sabit sebagai koordinator tugas tersebut. Setelah pekerjaan selesai dan Al-Quran ditempatkan dengan benar dan rapi di dalam mushaf, hasilnya diserahkan kepada Abu Bakar sebagai khalifah pada masa itu. Setelah kematian Abu Bakar, mushaf diberikan kepada Umar bin Khatab sebagai khalifah penggantinya. Selanjutnya mushaf disimpan oleh putrinya, Hafsa, yang juga istri Nabi Muhammad SAW.
ADVERTISEMENT
Kemudian pada masa pemerintahan ketiga, yakni masa Khalifah Utsman bin Affan, terdapat keragaman dalam cara pembacaan Al-Quran (qira'at) yang disebabkan oleh perbedaan dialek (lahjah) antar suku dari daerah yang berbeda. Hal ini menimbulkan kekhawatiran Utsman, sehingga ia mengambil kebijakan untuk membuat mushaf standar (menyalin mushaf yang dipegang Hafsa) yang ditulis dengan cara penulisan standar dan baku. Standar ini yang kemudian dikenal sebagai cara penulisan (rasam) Utsmaniyah. Rasam ini digunakan hingga saat ini. Bersamaan dengan standarisasi ini, diperintahkan pula untuk memusnahkan (membakar) semua mushaf yang menyimpang dari standar yang dihasilkan. Melalui prosedur ini, Utsman berhasil mencegah potensi bahaya konflik di masa depan antara umat Islam dalam membaca dan menulis Al-Quran.
Referensi:
ADVERTISEMENT
Aprinda, D. B. 2013. Alkisah Penurunan Al-Qur'an, Dituliskan, Dibakar, dan Dituliskan. [on line]. http://devani-b-aprinda.blogspot.com/2013/10/alkisah-penurunan-al-quran-dituliskan.html. [5 Februari 2022].
Tim Syaamil Al-Qur'an. 2009. Syaamil Al-Qur'an The Miracle 15 in 1. Bandung: PT Sygma Examedia Arkanleema.