Konten dari Pengguna

Menyorot Lomba

Nanda Pratama
Universitas Muhammadiyah Jambi
28 Agustus 2023 20:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Nanda Pratama tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Di tengah hiruk-pikuk lomba yang kerap mengobarkan semangat persaingan, mungkin saatnya kita merenung lebih dalam mengenai esensi sejati dari kompetisi. Apa yang terjadi ketika keinginan untuk menang berpadu dengan semangat kolaborasi? Inilah sebuah perjalanan ke dalam filsafat kompetisi yang mengajak kita untuk menggali makna di balik aktivitas lomba.
Sumber : Koleksi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Sumber : Koleksi Pribadi
Lomba, seakan menjadi suara merdu yang terdengar saat moment-moment gembira, seperti perayaan kemerdekaan hingga pergantian tahun. Ia tak hanya sekadar ajang untuk menunjukkan keahlian dan kemampuan, tetapi juga telah merajut benang-benang silaturahim yang erat dan memupuk hubungan di tengah masyarakat kita. Sebuah tradisi yang lekat, lomba menjadi jendela di mana kita dapat melihat berbagai nilai dan potensi yang ada di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Di balik sorotan panggung lomba, tersembunyi kesempatan berharga untuk belajar dari yang lain dan mengasah reputasi diri. Melalui interaksi dengan peserta lain, kita dapat memperkaya wawasan dan meningkatkan kualitas diri. Meskipun terkadang rasa keletihan menghampiri, peran lomba dalam membentuk kesan tak dapat dipandang sebelah mata. Ia membentuk karakter dan menempa ketangguhan dalam menghadapi tantangan.
Namun, realitas negatif juga tak dapat diabaikan. Semangat untuk berkuasa, keinginan untuk menghancurkan lawan, dan seringkali pengaruh energi negatif, semuanya merayap ke dalam lomba. Dorongan ego dan hasrat untuk menjadi yang terbaik sering menguasai, bahkan mengalahkan keinginan untuk berkolaborasi. Bangsa kita yang gemar dalam perlombaan tampaknya lebih fokus pada persaingan daripada kerja sama.
Dalam memahami fenomena ini, kita bisa mengambil inspirasi dari perjalanan Uni Eropa. Mereka membuktikan bahwa kekuatan muncul dari kesatuan dan kolaborasi, bukan kompetisi. Dalam konteks ini, mungkin saatnya bagi bangsa kita untuk merenung kembali tentang nilai lomba. Bagaimana jika lomba tak lagi hanya bernafas kompetisi, tetapi juga bernapas kolaborasi?
ADVERTISEMENT
Kita menghadapinya dengan pertanyaan: Bagaimana jika lomba yang kita geluti lebih dari sekadar upaya untuk menjadi nomor satu? Bagaimana jika kompetensi diarahkan menuju kolaborasi, di mana tujuan luhur menjadi fokus utama? Pendidikan bisa menjadi fondasi awal, membangun manusia yang tak hanya kompeten tetapi juga mampu berkolaborasi dalam kerangka yang etis dan bermartabat.
Kini, mari kita telusuri jalan yang melintasi persimpangan kompetisi dan kolaborasi. Tak sekadar meraih kemenangan dalam bentuk medali, tetapi sebuah kemenangan yang lebih dalam. Kita mengajak bangsa untuk merangkul spirit kolaborasi yang membuka jalan bagi transformasi sosial yang positif. Mari bersama-sama menyaksikan kompetisi yang bernafas kerja sama dan kompetensi yang bernafas kolaborasi, menciptakan harmoni yang akan membangun masa depan yang lebih baik. Kita butuh lebih dari sekadar kehebatan individu; kita butuh kerja sama untuk mencapai tujuan luhur yang tak terhingga
ADVERTISEMENT